chapter 10

8.1K 462 4
                                    

Mikel laki-laki berumur 20 tahun itu berjalan menghampiri adera yang sedang menyiram bunga di halaman rumahnya, senyum manis terpatri indah di bibir laki-laki itu.tatapannya tak lepas dari sesosok manusia yang sangat di cintainya.

"Adera"

Adera terkejut saat bahunya di balikkan tiba-tiba menghadap sosok laki-laki yang beberapa tahun ini mengejarnya,ia terdiam sejenak memproses apa yang sedang terjadi.

"Lepas!"

Adera menyentak pegangan mikel pada bahunya.

"Pergi sekarang kamu pergi, aku gak mau liat wajah kamu!"

"Adera denger_"

""Kamu kenapa sih kayak gini, aku itu gak pernah cinta sama kamu
mikel, bisa gak kamu ngejauh dari hidup aku!"

Untuk kesekian puluh kalinya kalimat itu keluar dari bibir adera, ia muak bertahun-tahun laki-laki ini merecoki hidupnya, berkali-kali ia berkata bahwa ia tak pernah mencintai laki-laki tersebut.

"Dan yang harus kamu tahu aku cinta sama eza kamu harus terima kenyataan itu, mulai sekarang aku mohon sebesar-besarnya kamu menjauh dari hidup aku, cukup beberapa tahun ini kamu buat aku gak pernah tenang."

Mikel terdiam mendengar kalimat yang sama untuk kesekian kalinya selama beberapa tahun ini.

ia hanya ingin memperjuangkan cintanya apakah itu salah?

Tangannya terkepal melihat adera yang berbalik dan dengan cepat memasuki rumahnya.

ia mencintai adera tapi adera mencintai pria lain, mikel hanya tertawa miris mengasihani nasip percintaan nya yang tak berjalan lancar.

Mikel tersentak dari lamunanya pikirannya melayang memikirkan perkataan adera tiga bulan yang lalu.
Apakah ia benar-benar harus menyerah? ia bimbang di satu sisi ia masih mencintai adera sedangkan di sisi lain wanita itu mencintai laki-laki lain.

Hari ini hari pertunangan adera dan eza, pagi tadi ia mendapat kan berita bahwa pertunangan di laksana kan hari ini dengan meriah.

Mengusap wajah nya kasar mikel menyandar kan punggungnya pada sandaran kursi cafe. sejenak pikirannya mengingat sawara yang sudah tidak di temui nya seminggu ini. apa kabar wanita itu?

Setelah kejadian terakhir kali mikel belum sempat mengganggu wanita itu.

"Kenapa gue malah mikirin dia?"

Mikel Menggeleng beberapa kali berharap sawara hilang dari pikiran nya.

                                ***

Sawara tersenyum tangannya dengan cepat mencatat pesanan pelanggan. seminggu ini hari-harinya cukup menyenangkan karna mikel si laki-laki menyebalkan itu tak lagi mengganggu nya.

"Ini aja mbak? ada tambahan yang lain?"

Pelanggan wanita itu menggeleng menyatakan bahwa hanya itu saja pesanannya.

"Baik mohon di tunggu sebentar"

Sawara memasuki area dapur untuk menyerahkan pesanan pada bima. setelahnya ia kembali keluar untuk melayani pelanggan lain.

Malam telah tiba sawara berdiri di depan resto menunggu ojek yang di pesannya datang.

Tangannya sibuk mengotak atik ponsel berniat menghilangkan kebosanan.

Suara pintu mobil yang terbuka menghentikan gerakan tangannya.

"Lo mau pulang bareng gue?"

Mikel laki-laki itu mendekat dan bertanya pada sawara.

"Gak usah gue udah pesan ojek"

"Oh yaudah, kalo gitu gue nemenin lo nunggu tukang ojeknya datang"

Tak menjawab sawara kembali sibuk bermain dengan ponselnya tanpa menghiraukan keberadaan mikel.

"Lo sebenci itu ya sama gue?"

Sawara mengalihkan pandangannya pada mikel. tatapan mereka berdua bertemu, sejenak terdiam sampai sawara mengalihkan pandangan dan kembali bermain dengan ponselnya.

"Gak juga"

"Lo gak benci sama gue?"alisnya berkerut apa kata wanita ini,tidak membencinya, tapi perlakuannya seakan-akan ingin mengoyak tempurung kepala mikel hidup-hidup.

Sawara Mengendikkan bahunya acuh setelahnya terjadi keheningan hingga ojek yang di pesan sawara datang.

Buru-buru sawara menaiki ojek yang di pesan nya meninggalkan mikel yang berdiri di sana dengan kedua tangan yang di masukkan kedalam saku melihat ia pergi.

glass window (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang