ASAKILA~39

1.1K 73 15
                                    

39. TINGGAL KENANGAN

.
.
.

2 minggu telah berlalu. Hari ini, keluarga kecil gus Aksa sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit.

Namun harus tetap melakukan perawatan alternatif dirumah. Terutama si kembar.

Di rumah mewah kiai Alzam, terasa begitu sepi.

Di balkon utama, tepatnya di lantai 2, kiai Alzam tengah berdiri, menatap pelataran rumahnya dan rumah bekas peninggalan kiai Adam sebelum tinggal di Bogor.

Pria paruh baya itu tersenyum tipis saat melihat gus Aksa berjalan bersama Syakila. Pasangan suami istri yang sangat terlihat harmonis.

"Humairah, lihatlah, putra kita begitu bahagia sekarang, dengan Syakila, Aksa dapat menemukan kebahagiaan barunya dan warna kehidupannya." Gumam kiai Alzam.

Zrasshhh

Tiba tiba hujan deras turun membasahi permukaan bumi, saat kiai Alzam melihat ke bawah, ia melihat gus Aksa yang tengah berlari larian bersama Syakila.

Kiai Alzam tertawa kecil
"Melihat Aksa dan Syakila, seperti melihat diriku dan dirimu, humairah. Humairah, yang tenang disana ya, aku disini selalu mendoakanmu." Kiai Alzam menghela nafas berat, sesaat memori ingatannya terputar kembali.

"Gus, kalau di antara kita berdua ada yang pergi duluan, gimana?" Tanya Shafiyah. Ia sedang duduk disofa sambil bersandar di dada bidang gus Alzam.

Gus Alzam menoleh
"Gimana apanya?"

"Gak jadi. Hehehe."

"Humairah,"

"Iya?" Shafiyah mendongak menatap gus Alzam.

"Jika aku yang pergi duluan, aku hanya meminta satu hal, jaga dirimu dan kesehatanmu. Ada dengan tidak adanya aku disampingmu, kamu harus tetap berdiri tegap. Meskipun suatu saat nanti kita sudah tidak bisa sama-sama lagi, tapi aku tetap mencintaimu, aku akan menatapmu dari atas langit, dan tersenyum melihat satu perempuan cantik."

"Perempuan cantik? Siapa?" Shafiyah tidak sadar, bahwa dirinya lah yang gus Alzam maksud itu.

"Kamu humairah." Gus Alzam mencolek gemas hidung kecil Shafiyah.

Shafiyah tertawa kecil.

"Em habibi ... jika aku yang pergi duluan, kamu harus mencari pengganti ku, jangan terlalu hanyut dalam mengenang kepergian seseorang." Ucap Shafiyah, tanpa gus Alzam sadari, Shafiyah mengeluarkan setetes air mata.

Gus Alzam menggeleng
"Tidak ada yang bisa menggantikan posisimu humairah. Aku tidak akan meninggalkanmu, dan kamu juga tidak akan meninggalkan ku. Kalau bisa pergi bersama, kenapa harus satu satu?"

Shafiyah memukul pelan lengan kokoh gus Alzam
"Ihh! Kalau kita berdua pergi sama sama, terus anak kita nanti gimana?"

ASAKILA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang