Begin Again 16

42 9 2
                                    

Hai hai!!!

Gimana kabarnya? Baik? Baik yahhhhh Insyaa Allah...

Sebelum kita lanjut, kita tekan dulu bintangnya ✴️

Terus kita bakar kolom komentarnya 🔥🔥🔥

Udah siap!!!

Cus...

*** ✴️ ***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*** ✴️ ***

Kemarin pagi setelah Elina pergi, Asha begitu saja naik ke kamarnya, sehingga ketika Gibran kembali ke meja makan dan tidak menemukan Asha disana, ia merasa kecewa. Gibran tidak punya banyak waktu untuk berbicara dengan Asha karena ia harus segera berangkat kuliah, lalu hari kemarin kemudian terlewati tanpa ada komunikasi diantara keduanya.

Pagi ini juga sama, Asha sudah tidak ada Di rumah saat Gibran bersiap ke kampus, ia hanya menemukan sepiring sarapan dan segelas kopi di meja makan.

Hari ini lelah sekali, Gibran mengerjakan beberapa tugas kuliahnya, lalu setelah pulang kuliah di siang hari, ia lanjut ke salah satu lokasi pembangunan rumah subsidi yang ia tangani bersama Yusuf dan beberapa temannya.

Sekarang pukul sembilan lewat banyak, hampir pukul sepuluh ketika Gibran membuka pintu rumah dan mendapati cahaya temaram di ruang tamu. Ia terdiam sejenak, lalu menarik napas dalam, ada perasaan yang tidak bisa ia ungkap, sejak kemarin membuatnya berat. Pria itu kemudian menutup pintu, berjalan ke kamarnya, sejenak ia berhenti, menatap tangga yang menghubung ke lantai dua, dimana kamar Asha berada.

Gibran bersiap untuk membersihkan diri, ia memutar keran, lalu air hangat turun membasahi tubuhnya, ada kabut yang terlihat, kaca di sampingnya terkena air, meninggalkan bekas tetes yang belum sempurna. Ia mengusap wajahnya, menghapus air yang berjatuhan dari kepala, matanya menutup, lalu satu persatu masalah mulai memenuhi pikirannya.

Sudah hampir dua minggu ia dan Asha tidak ada pembicaraan, tidak ada tegur sapa, dan tidak ada aktivitas bersama. Selama itu pula Gibran merasa hampa, setiap harinya terasa berat, ia lebih banyak menghela napas. Beberapa kali ia mencoba memberanikan diri untuk berbicara, namun seperti ada sesuatu yang membelenggunya. Ia bahkan pernah sudah mengetuk pintu kamar Asha, lalu ketika ia mendengar sahutan Asha dari dalam kamar, ia begitu saja menghilang entah kemana. Kakinya dengan cepat melarikan diri.

Hari ini seorang pria muda mencarinya sampai ke tempat kerja, memaksa ingin bertemu, dan Gibran dengan senang hati menemuinya dengan prasangka baik, namun setelah berbicara dengan pria muda itu, ia merasa menyesal...

Gibran membuka pintu kamar Asha perlahan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Kamar itu gelap, hanya ada pencahayaan dari lampu berdiri di sudut kamar. Gibran mendekat, ia naik ke atas kasur,  mengambil posisi agar bisa melihat Asha lebih dekat. Perempuan itu terlihat pulas sekali dalam tidurnya. Gibran tersenyum kecil, apakah hanya dirinya yang tersiksa dengan keadaan ini?

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang