Begin Again 19

43 8 4
                                    

Hai hai, datang lagi nih gue...
Suka nggak?
Semoga suka yah!!!
Lagi semangat-semangatnya nulis, walau sibuk di trabas aja wkwkwk.

Yuk, kasih love dulu buat pasangan ini ❤️
Kali ini kita hibur Gibran sama-sama.

Yuk, kasih love dulu buat pasangan ini ❤️Kali ini kita hibur Gibran sama-sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yaudah kita lanjut, Yukkkk!

Kita tidak pernah tahu dengan apa yang terjadi kedepannya, bahkan untuk beberapa menit kedepan tidak ada yang tau apa yang akan terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kita tidak pernah tahu dengan apa yang terjadi kedepannya, bahkan untuk beberapa menit kedepan tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. Seperti halnya Gibran yang tidak memprediksi sama sekali tentang kemarahan Asha hari ini, atau mungkin kemarahannya sendiri.

Ia menghembus napas berat lagi dan lagi, entah untuk keberapa kali. Sesak sekali rasanya, ia sentuh dada yang Asha tendang tadi, nyeri sekali. Ia periksa keadaannya, lumayan mengerikan, ada memar disana.

Bayangan kejadian beberapa jam lalu di kamarnya berputar seperti kaset film yang rusak. Ribut, mengganggu penglihatan, dan... Gibran harap itu bisa rusak sepenuhnya dan terhapus dari ingatan.

Beberapa tahun lalu, kejadian seperti ini juga terjadi. Ketika mereka sama-sama ingin melakukannya, lalu berakhir kacau seperti hari ini. Setelahnya, mengapa hanya ia yang tampak seperti lelaki brengsek? Mengapa hanya ia yang terlihat jahat disini? Ia tidak pernah memaksa Asha, mereka sama-sama mau melakukannya, lalu kenapa Asha harus bersikap seolah-olah ia sedang di perkosa?

Ia memejamkan mata, berharap bayangan itu hilang di ingatannya. Sepoi-sepoi angin menerpa wajahnya yang terasa panas, terasa sangat menenagkan. Bersyukurnya karena hatinya ikut menjadi tenang.

Ia mengambil napas berat sekali lagi. Matanya terbuka, menatap ponsel yang baru ia beli kemarin sebelum pergi jalan-jalan bersama anak-anak.

Ponsel itu menampilkan wallpaper yang istimewa, foto yang mahal. Ia mengambilnya diam-diam di mobil saat Asha ketiduran setelah pulang dari apartmennya malam itu. Ia tatap wajah lelap itu lamat-lamat, namun perasaannya semakin karuan. Ia membalikkan ponsel itu, merasa muak pada Asha. Untuk hari ini, ia janji hanya untuk hari ini.

Ponselnya berdering, ada nama Sahwa disana. Ia mengangkatnya.

*** 💦 ***

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang