Begin Again 8

46 5 2
                                    

Udah Vote?Yuk, Vote dulu, Love You 🫶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Udah Vote?
Yuk, Vote dulu, Love You 🫶

***

Gibran pindah ke samping Asha saat tengah malam. Ruangan itu menjadi terasa sangat dingin saat malam semakin larut sementara Gibran harus tidur di sofa tanpa selimut. Sebenarnya dia bisa saja mencari selimut atau kain untuk dirinya menghangatkan diri, namun kasur Asha menggoda dirinya, lagi pula tidak akan ada yang terjadi diantara mereka.

Gibran adalah orang pertama yang bangun saat burung-burung mulai ribut berkicau, matahari juga mulai naik, dan ia bisa merasakan hangatnya menembus kaca pembatas balkon di depan. Setelah menikmati indahnya matahari pagi yang datang dari cela gorden, Gibran kemudian mengalihkan tatap saat suara lenguhan Asha terdengar. Wanita itu merasa terganggu tidurnya, jadi Gibran memperbaiki selimutnya lalu kemudian memandang wanita itu lama.

Asha memiliki wajah yang cantik sempurna, bibirnya yang merah merekah, lembut tanpa garis kerut, hidungnya yang mancung, pipinya yang tidak chubby, dan matanya yang sangat-sangat indah. Saat pertama kali bertemu Asha setelah wanita itu pindah kemari dari Makassar adalah ia mendapati mata itu dan benar-benar menyukainya.

Asha memiliki pembawaan yang tegas. Ia tidak manja, namun juga masih membutuhkan bantuan orang lain sebagaimana hakikat makhluk sosial. Dibeberapa kesempatan Asha terlihat sangat menggemaskan, seperti ketika ia merengek pada Nenek atau Ibunya. dan beberapakali ia terlihat sangat bijak dan berwibawa ketika menghadapi sepupu-sepupunya yang masih remaja. Namun sikap mandirinya kadang membuatnya terlihat keras kepala, walau sebenarnya memang ia keras kepala.

Mata indah itu terbuka perlahan, menyadari kehadiran seseorang. Gibran menatapnya tanpa senyum walau sebenarnya ia sejak tadi ingin menampilkan senyum itu. Ia harus terlihat cool di depan Asha.

"Hai..." Perempuan itu menyapa terlebih dahulu, menunduk agar wajah bangun tidurnya bisa ia sembunyikan dari tatapan Gibran.

Suaranya yang serak terdengar sangat indah menurut Gibran. "Lo nggak kuliah?" Suara khas bangun tidur yang sangat-sangat enak untuk di dengar. Gibran menggeleng, kemudian bangun dari tidurnya. Ia memakai sepasang sendal sebelum kemudian berjalan kearah pantry dan mengambil segelas air minum. "Gue nggak kuliah hari ini, bisalah jagain Lo sampai besok."

Asha menggeliat pelan, menggerakkan tubuhnya di atas kasur untuk merilekskan otot-otot tubuh yang sempat kaku. "Gue mau kerja tugas seharian ini, Lo mending balik ke Kost lo deh."

Gibran tidak menjawab, ia berjalan ke sofa dan duduk disana, memainkan ponselnya.

Asha turun dari kasur dengan keadaan baju tidurnya yang kusut, hot pantsnya juga semakin naik, sehingga memperlihatkan kaki jenjangnya yang sangat-sangat putih. "Lo kalau ada Gue disini jangan keliaran begitu dong, pake celana panjang, gitu. biar enak diliat."

Asha hanya menggumam pelan sebagai reaksi dari kalimat saran Gibran, ia memasuki kamar mandi dan mencuci wajahnya, menggosok giginya juga. Ia menggulung rambutnya ke atas, memperlihatkan ceruk lehernya yang menggoda. Entah Asha sengaja menggodanya, atau Gibran yang sedang berfikiran kotor.

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang