Sejak Asha menganggukan kepalanya hari itu, hidupnya mulai tidak tenang. Ia harus menerima telpon dari semua anggota keluarga dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang keabsahan dari berita bahagia yang di bawa Gibran. Ibu apalagi, beliau tidak henti-hentinya mengingatkan ia untuk menjaga kesehatan sampai acara pernikahan mereka berlangsung dua minggu ke depan. Yah... dua minggu ke depan, seolah-olah mereka tidak keteteran dengan semua urusan, belum lagi Ibu yang mengundang banyak tamu, mulai dari kelompok arisannya, sosialitanya, belum lagi mengundang karyawan dan orang-orang penting perusahaan pusat dan cabangnya. Ibu dengan terangan-terangan mengatakan bahwa ia akan menjadikan pernikahan anak satu-satunya sebagai pernikahan yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Ia akan membuat pernikahan yang mewah yang akan di ingat oleh semua orang dan media. Walau Asha tidak terlalu mengerti dan tidak terlalu tahu seberapa besar perusahaan keluarga mereka itu, namun yang pasti cukup di tau banyak orang di luar sana.
Hari ini Asha harus mendatangi sebuah butik untuk mencoba gaun pernikahannya, ia sudah di depan butik dan menemukan sebuah mobil yang terparkir, mobil ibunya. Ia langsung masuk dan menemukan wanita paruh baya itu sedang berbicara dengan Tim WO yang sudah di percayai oleh Ibu. "Sayang, Kamu udah sampai? Gibran mana?"
Asha menerima pelukan sang Ibu, di ikuti dengan ciuman kecil di pelipisnya. Ada Tante Zea yang juga sedang berbicara dengan pihak WO yang lain, mungkin sedang membicarakan tentang warna pakaian seragam yang akan mereka gunakan. "Ada kuliah. Aku harus ngapain, Bu?"
Ibu membawanya memasuki sebuah bilik yang disana sudah tersedia gaun yang akan di pakainya. Ia merasa sangat takjub begitu melihatnya, sangat-sangat mewah, dan Asha tidak pernah membayangkan jika pernikahannya akan seperti ini. "Mbak, tolong di bantu cobain!" Ujar Ibu pada para wanita muda disana. Asha mulai memakai gaunnya, yang ternyata sangat-sangat berat. Bagaimana tidak, Gaun itu di penuhi dengan payet-payet mutiara yang benar-benar memanjakan mata, dan membuat semua orang pasti mendambakannya.
"Gimana? Masih ada yang mau ditambahin?" Tanya salah seorang diantaranya, yang Asha yakini adalah Designer yang merancang gaun ini.
"Mbak, nggak apa-apakan kalau saya mau lengannya di hilangin aja?" Wanita yang di ajak bicara itu menatap Ibu untuk meminta persetujuan, dan Ibu menganggukkan kepalanya tanpa banyak menunggu. "Ikuti semua kemauan dia, Dia yang akan menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
Teen FictionAsha dan Gibran adalah sepupu, Setidaknya seperti itu yang mereka tahu sampai akhirnya suatu rahasia besar terbongkar. Asha hanyalah anak pungut. dan demi menyelamatkan kehidupan mewahnya, ia dengan terpaksa harus setuju menikah dengan Gibran. Hubu...