Tekan dulu bintangnya dong!
***
Asha baru selesai mengerjakan laporannya pukul tiga dini hari. Sebelum beranjak untuk tidur, perempuan itu lebih dulu membereskan beberapa jurnal dan buku yang berserakan. Selanjutnya berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Miwa, Kucingnya yang memiliki bulu lembut bewarna kapas itu memiaw dua kali, menjilat tangannya, entah apa yang di mau. Asha mengendongnya, membawanya naik bersama keatas kasur.
"Iya-iya, kita tidur sekarang." Ujar Asha, berbicara pada kucingnya sebelum kemudian melabuhkan satu ciuman di kepalanya.
Seorang pria diatas motornya pergi setelah melihat lampu kamar di lantai dua padam, meninggalkan aroma kayu cendana bersama angin yang berhembus.
***
Asha menutup bukunya begitu kelas pertamanya selesai, ia membuka ponselnya yang sedari tadi berdering, menemukan banyak panggilan tak tertajawab dari nomor yang tidak di kenal, lalu yang paling atas ia menemukan Gibran menghubunginya.
Masih jam sembilan lewat, dan ia tidak menyangka akan mendapat kabar buruk seperti ini.
"Halo, kenapa?" Todongnya.
"Maaf, Saya temannya Gibran, ini kita lagi di rumah sakit kampus, ada kecelakaan tadi di lokasi proyek, bisa datang dulu nggak? Butuh wali soalnya."
"Gibran kenapa?" Tanyanya panik.
"Cuma luka sedikit, bisa kesini nggak?" Suara di sebelah sana kembali terdengar.
"Yah, saya kesana sekarang." Sembari memasukan bukunya ke dalam tas. Asha berlari ringan keluar kelas, melewati tangga dan sampai pada depan pintu fakultas.
Ia baru saja akan memesan ojek online, namun suara klakson dari mobil di depannya menarik perhatian. Kaca mobil diturunkan, memperlihatkan seorang lelaki yang terasa familiar baginya.
"Temennya Gibran, masuk gih. Biar gue anter."
Asha masuk ke dalam mobil, rasa khawatir masih meliputi dirinya, ia memeriksa jadwal kuliahnya, masih ada kelas kedua tiga puluh menit lagi. Ia pasti sudah gila jika harus absen hanya karena Gibran.
"Gibran nggak kenapa-napa, kok."
Atensinya teralihkan dari ipad, ia menatap teman Gibran yang fokus pada kemudinya. "Serius!" Sambungnya lagi.
Asha mengerutkan kening, "Jadi Gue kesana untuk apa?" Tanyanya.
Lelaki itu terkekeh. "Nggak tau juga sih. Tuh anak yang minta lo di kabarin."
Asha memejamkan matanya, ia sedang mengatur emosinya. "Putar balik dong, gue ada kelas lagi soalnya." Ujarnya, ia kembali sibuk dengan ipadnya.
"Tanggung, udah mau sampai juga."
Asha mengumpat dalam hati. Gibran memang suka mempermainkannya seperti ini. Lihat saja, ia tidak akan kalah dengan mudah seperti sebelum-sebelumnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
Teen FictionAsha dan Gibran adalah sepupu, Setidaknya seperti itu yang mereka tahu sampai akhirnya suatu rahasia besar terbongkar. Asha hanyalah anak pungut. dan demi menyelamatkan kehidupan mewahnya, ia dengan terpaksa harus setuju menikah dengan Gibran. Hubu...