Begin Again 2

66 10 0
                                    

Tekan bintang dulu yah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tekan bintang dulu yah!

***

Pukul sembilan malam Gibran menjalankan motornya, menyalip kendaraan-kendaraan lain untuk segera sampai di tujuan. Rafa, temannya yang memiliki rambut ikal serta selalu berpakain rapih dan selalu wangi sepanjang hari memberitahunya Ketika lelaki itu datang di kostnya, bahwa ia baru saja melihat Asha bersama seorang pria, memasuki sebuah kafe.

Asha tidak suka kopi, untuk apa masuk ke dalam kafe?

Bodoh, kafe tidak hanya menjual kopi asal kau tahu saja, Gibran!

Bodohnya, ia tidak bertanya pada Rafa di kafe mana dan langsung melajukan motornya begitu saja, meninggalkan teman-temannya di kamar kost membuat kerusuhan. Gibran menepikan motornya, mengambil ponsel dari dalam saku untuk menghubungi Rafa, belum tersambung panggilannya lelaki itu melihat Asha di seberang jalan, sedang duduk bersama seorang pria yang rasanya Gibran ingin pukul wajahnya sekarang juga. Tidak adakah lelaki lain selain pria itu? Alan, si buaya darat yang sangat terkenal di kampusnya?

Gibran tahu Asha bodoh tentang laki-laki, itu karena ia tidak pernah pacaran sebab Gibran selalu mengitilinya, sejak kejadian itu tentu saja.

Darahnya mendidih ketika tangan Alan naik mengusap sudut bibir Asha, bibir yang pernah di sentuhnya sekali di masa SMA, kurang ajar. Jadi dia segera turun dari motornya dan menyebrangi jalan, memasuki kafe dan begitu saja berdiri di depan keduanya.

"Sori banget ganggu, tapi gue ada urusan sama nih cewek."

Asha memelototkan matanya, mulutnya komat-kamit sedang marah, ia seperti tengah mengomel pada Gibran namun dengan tanpa suara, dan entah mengapa Gibran merasa... Gemas melihatnya. Sepertinya mereka sedang berbicara dengan Bahasa alien dalam hati, karena Gibran ikut membalasnya. "Nggak kok, Kak. Nggak ada urusan, Kok." Asha tersenyum canggung, tangan kirinya mendorong tubuh Gibran untuk segera pergi menjauh. Sementara tangan kanannya ia kebaskan di depan wajah Alan.

"Beneran nggak ada, kan?" tanya Alan memastikan , tatapnya terarah pada Gibran. Pria itu melihat Gibran sekilas, lalu Kembali menatap Asha. "Nggak, kok." Balas Asha cepat.

"Ada kak." Ujarnya sopan, Gibran bahkan sampai membungkuk sebelum menarik tangan Asha. "Sini lo." Perempuan itu berdiri dan Gibran berhasil menyeretnya pelan. Asha berusaha melepaskan tangannya dengan paksa. "Kenapa sih, Bran?" tanyanya. Ia kesal. terlebih lagi sekarang menjadi pusat perhatian orang-orang.

Gibran menatapnya tajam. "Pulang nggak, Lo?" ancamnya dengan sedikit bisikan. Namun Asha tak mendengarnya, Perempuan itu kembali ke meja bersama Alan karena sejak tadi pria itu hanya menjadi penonton, namun Gibran datang kembali dan langsung mengangkatnya seperti mengangkat karung beras di punggungnya. Gibran membawanya keluar kafe, menyebrangi jalan, dan menaikkannya ke atas motor.

"Diem, Lo." Perintahnya. Tapi Asha memukul punggungnya dengan keras, berkali-kali.

"Ngapain sih, Bran?" Marahnya. Perempuan itu terlihat sangat kesal. Biasanya juga mereka tidak seperti ini, Selalunya Asha menghindarinya, atau Gibran yang masa bodo amat jika hal itu menyangkut dirinya, atau bahkan mereka selalu diam seperti tidak saling mengenal saat bertemu, namun entah mengapa beberapa hari terakhir ini Asha merasa banyak menghabiskan waktunya untuk meladeni sifat kekanak-kanakan Gibran.

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang