Begin Again 12

63 6 6
                                    

***

Vote dulu sebelum kalian lupa!!!

Untuk yang kemarin kasmaran, mari kita lanjutkan!

Asha di fotoin Gibran setelah main-main di lapangan pancasila kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asha di fotoin Gibran setelah main-main di lapangan pancasila kemarin.

Asha di fotoin Gibran setelah main-main di lapangan pancasila kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Ada banyak hal yang mesti di syukuri dalam hidup. Kalau kata Natasha Rizky kepada anaknya yang pertama, Tuhan memberi kita sepuluh nikmat, lalu kemudian di ambil satu kembali oleh tuhan, kita masih punya sembilan. Asha menghibur dirinya dengan kata-kata itu, Mikha yang anak pertama dan masih berumur sepuluh tahun saja sudah mengerti, mengapa Asha yang sudah dewasa harus tidak mengerti? Jadi dia melapangkan dadanya untuk menerima kenyataan, ketika pikiran itu datang dan membuatnya bersedih, ia akan mengalihkan diri dengan mengingat kenangan-kenangan baik bersama Ibu dan Ayah, bersama keluarganya.

Gibran juga seolah tahu situasinya, pria itu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sekarang lebih manja dan tidak memaksakan kehendaknya, jika Asha bilang tidak maka ia akan menurut walau sempat protes pada awalnya.

Seperti sekarang ini, Gibran terdiam manyun setelah Asha menolaknya untuk berciuman. Tentu saja, pria itu baru saja minum kopi beberapa waktu yang lalu, walau ia berkata sudah menyikat gigi dan membersihkan mulutnya, namun Asha tidak ingin mengambil resiko. Ia tidak ingin bangun pagi dengan kepala yang sakit.

Besok ia harus masuk magang pagi-pagi karena selanjutnya ia di pindah shift. Kebetulan Puskesmas tempatnya magang sangat kekurangan perawat, dan karena mereka butuh jaga malam, akhirnya meminta kesediaan Asha untuk hal itu. Asha juga tidak mempersulit, ia menerima begitu saja yang di katakan oleh kepala puskesmas, mungkin karena ia menyaksikan sibuknya UGD di pagi hari, terlebih lagi malam hari.

Asha turun dari sofa, meninggalkan Gibran yang cemberut, pria itu merajuk, dan Asha tidak peduli. Baginya, kopi sangat-sangat tidak bisa di toleransi. Perempuan itu menaiki tangga dan memasuki kamarnya, ia mengambil ponsel, bermain dengannya dalam kungkungan selimut.

Satu pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal menarik perhatiannya, ia menyentuh pop-up notifikasi whatsapp tersebut, menampilkan pesan yang menohok hatinya.

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang