Epilog

566 119 26
                                    

HAPPY READING

❗❗❗


Tiga Tahun Berlalu....


Langit mulai menggelap, sudah waktunya memasuki castle saat udara terasa lebih dingin.

"Bawalah Em ke kamar nya, aku akan segera menyusul" ucap Yoongi sembari mengusap surai Jimin

"Aku ikut" lirih pemuda itu

"Tidak perlu, kasihan putri kita. Tampak nya dia sudah sangat mengantuk"

"Yoongi.."

"Baiklah, mengapa kau selalu membuat ku untuk terus mengatakan, Iya.!" Cibir Yoongi,  membuat Jimin terkekeh pelan. "Berikan Em padaku, kau akan kelelahan jika terus menggendong nya" lanjutnya, mengambil alih putri Phoenix dari gendongan Jimin

"Ayah, Em mengantuk..."

"Ssstt... Tidurlah sayang" bisik Yoongi, mengecup lembut puncak kepala Emily

Satu tangan pria itu menggendong Em, sedangkan satu tangan nya merangkul pinggang Jimin.
Mereka memasuki portal untuk mendatangi sebuah ruangan yg menjadi rahasia terbesar castle Phoenix.

Harum khas dari dalam ruangan bahkan tercium dari luar, beberapa penjaga langsung membungkuk hormat lalu membuka pintu tersebut saat melihat pemimpin mereka datang berkunjung.

Harum semerbak bunga terasa tajam menusuk hidung. "Apakah ibu baru saja datang.?"

"Sepertinya begitu"

"Sudah cukup lama aku tidak merasakan kehangatan ibu"

Yoongi langsung mengusap punggung Jimin, ia menghela napas melihat pancaran kesedihan dari mimik wajah sang Ratu.

"Bersabarlah, kehilangan seorang anak sangat berat baginya. Aku yakin, tidak lama lagi ibu akan kembali merangkul mu dan menimang putri kita" hibur Yoongi meyakinkan

"Paman.? Kita ada di lumah paman.? Ayah, ayah. Tulunkan Em.! Em ingin beltemu paman Louwis" Ternyata perbincangan dua orang dewasa itu membuat Emily terjaga, gadis kecil itu memukul pelan dada sang ayah agar cepat di turunkan dari gendongan. "Cepat ayah, Em ingin beltemu paman. Paman, Em datang.! Paman dimana.?" Celoteh gadis itu setelah Yoongi menurunkan nya. "Aaahh... Itu dia, paman.!!"

"Em.." pria dewasa didepan sana langsung memeluk gadis kecil yg juga berlari kearahnya. "Bagaimana bisa kau disini, Em.?"

"Mengapa paman disini.? Em melindukan paman" tanya Em balik

"Benarkah.?" Tanya nya penuh binar

"Ya, Em melindukan paman Louwis." Jawab gadis kecil itu polos

John fikir, Em berlari seperti tadi karena merindukan nya.
Tapi ternyata Putri Phoenix itu merindukan mayat di belakang nya.
Em melewati John tanpa rasa bersalah, tangan kecil Em mengetuk-ngetuk peti mati berbahan kaca yg di tempati oleh Louwis.

"Paman, Paman Louwis, Em datang.!"

Sedangkan di belakang sana Jimin dan Yoongi terkejut dengan kedatangan panglima castle witch di ruang peristirahatan terakhir Louwis.

"Entah mengapa aku ingin datang kesini, tapi ternyata percuma. Dia masih menjadi mayat tak bernyawa, aku akan pergi" celetuk John sebelum menghilang ditelan asap kegelapan

Em menempelkan wajahnya di peti kaca itu, ia terbiasa melakukan hal seperti itu setiap kali datang mengunjungi paman nya.
Walaupun belum pernah berinteraksi secara langsung, tetapi gadis itu selalu bersemangat setiap kali datang keruangan ini.

Tak ada yg berubah, wajah Louwis tetap sama seperti tahun terakhir wafatnya, hanya saja kulit yg awalnya memang putih kini menjadi lebih putih bak porselen.
Lagi-lagi Em mengetuk-ngetuk peti kaca Louwis.

"Paman, Em mempunyai pelmen jahe" bisik Em seperti sedang mengobrol. "Mengapa paman selalu diam saat Em datang.? Apa paman sakit.? Em masih memiliki obat sakit gigi di Kamal. Em tidak meminumnya saat ibu membelikan obat itu ketika Em sakit, paman mau.?" Bisik Em lagi, tak ingin ibu nya mendengar rahasianya, Gigi nya selalu sakit saat memakan banyak permen

Yoongi yg mendengar bisikan putrinya hanya bisa menahan tawa.
Lihatlah, Putri nya sungguh menggemaskan setiap datang mengunjungi Louwis.

Em berbalik menatap Jimin yg sedang menyalakan beberapa lilin. "Ibu, kapan paman menetas.? Sudah lama paman belada didalam peti sepelti telul.!"

Celetukan polos itu membuat Jimin menggigit bibir.
Berbeda dengan Yoongi, pria itu tak dapat lagi menahan tawa nya, sudah ia duga.
Jika mereka membawa Em kesini, rasa sedih dan duka tak lagi terasa.

"Ssstt... Em tidak boleh berbicara seperti itu, lebih baik Em meletakkan bunga ini didepan sana" Jimin membawa Putri nya menjauhi peti, tak lupa memberikan setangkai bunga tulip

"Ibu, Em kan hanya beltanya.! Em ingin belmain dengan paman Louwis. Em bosan belmain dengan kakak Al, ibu juga melalang Em belmain di lual.! Jadi Em ingin belmain belsama paman, tetapi paman selalu tidul. Paman juga tidak mau belbicala kepada Em.!" Celoteh gadis kecil itu menumpahkan isi hatinya

Di usianya yg masih sangat dini, Em termasuk anak yg sangat aktif dan banyak bicara.
Bahkan sering kali Yoongi dan Jimin kewalahan dengan sifat keingintahuan Em yg sangat tinggi.

"Sudah malam, Saat nya Em tidur." Seru Yoongi langsung menggendong putri nya setelah meletakkan beberapa bunga

Gadis kecil itu bersedekap dada. "Ayah, Ayah tidak boleh memotong pelcakapan olang lain.! Em sedang beltanya pada ibu—" Yoongi langsung membungkam mulut putrinya dengan kecupan singkat hingga wajah Em memerah kesal

"Mengapa putri ayah sangat cerewet, Hem.? Kau ingin ayah hukum.?"

Manik violet Em membelalak. "Tidak mau, Ayah...." Rengek gadis itu, mengalungkan tangan nya ke leher Yoongi

"Baiklah, Princess... Kalau begitu kita akan kembali ke kamar"

Em langsung mengangguk, membuat Jimin tersenyum manis melihat tingkah laku anak dan ayah itu.
Tanpa mereka sadari, bibir pria didalam peti yg tak lain adalah Louwis tersenyum tipis, mengiringi kepergian Raja dan Ratu Serta putri Phoenix itu.




//MinNovi//


THE PHOENIX (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang