"Aku berangkat hari ini ya Pa. Aku akan ke Turin, ada beberapa hal yang harus aku urus bersama dengan Jay." Ucap Mai saat gadis itu makan pagi bersama kedua orang tua nya.
Ya sesuai kesepakatan berdua, Mai akan ke Turin untuk membantu Jay melakukan fitting suite yang akan dia gunakan di pernikahan mereka nanti. Lelaki itu benar-benar tidak memiliki waktu untuk terbang ke Jakarta. Tentu ini akibat dari double job yang terpaksa Jay ambil untuk memenuhi syarat gila dari orang tua Mai.
"Berapa lama? Kalian belum menikah jangan macam-macam disana." Ucap Papa Mai memperingatkan.
"Iya papa, Mai juga lagi mens kalo papa takut aku hamil duluan."
"Maaaai." Ucap Mamanya menyela sebelum terjadi perdebatan panjang kedua ayah dan anak itu. "Berapa lama disana sayang?" Lanjutnya.
Menelan roti panggangnya, Mai menyeruput kopi hitam hangatnya, "mungkin dua minggu. Aku juga akan menghadiri fashion show dari Justinus Chloe untuk wedding gown collection terbaru mereka."
"Okay. Take care." Ucap Papanya singkat, lalu beranjak meninggalkan meja. Mencium singkat puncak kepala Mai dan Mamanya bergantian kemudian keluar pergi untuk bekerja.
--
Turin, Italia.
Sebastian berdiri sendirian di salah satu terminal kedatangan internasional, menunggu calon istri tuannya yang hari ini tiba untuk mempersiapkan pernikahan mereka. Lelaki itu menawarkan diri untuk menjemput Mai karena Jay terlihat begitu kelelahan hari ini setelah seharian mengikuti rapat online bersama koleganya mengenai proyek mereka yang sudah mulai berjalan.
Pandangan Sebastian tertuju pada Mai yang mendorong sebuah koper besar dan menenteng tote bag dari designer ternama. Segera lelaki itu menghampiri Mai untuk membantunya.
"Miss Mai. Hari ini saya yang menjemput anda." Ucap Sebastian begitu dia berdiri dihadapan Mai.
Mai mengerutkan dahinya, "Jay dimana?"
"Saya meminta tuan muda beristirahat Miss, beliau sedang terlihat lelah, sedangkan besok akan ada pertandingan di sore hari." Terang Sebastian yang dibalas anggukan oleh Mai. "Mari saya bantu Miss." Lanjutnya mengambil alih koper dan meletakannya di bagasi, lalu membuka pintu penumpang untuk Mai.
Gadis itu duduk, lalu menunggu Sebastian mengemudikan mobilnya. "Sebastian."
"Ya Miss?"
"Lain kali jangan membukakan pintu untukku ya. Hanya Jay yang boleh melakukannya untukku." Ucap Mai yang diiyakan oleh Sebastian.
Hanya Jay yang boleh melakukannya, membuka pintu untuknya, menolongnya, menggandengnya dan lain sebagainya. Mai tersenyum mengingat betapa Jay selalu berhasil memperlakukannya dengan manis.
Tiga puluh menit perjalanan, mobil yang dibawa Sebastian sudah terparkir di basement. Mai segera turun, kemudian menatap Sebastian, "Nanti letakan saja koperku di ruang tengah. Kau bisa langsung meninggalkan apartemen ya. Aku naik dulu."
Mai berlari memasuki lobby apartemen, lalu menunggu lift yang tidak sampai tiga menit sudah membawanya berdiri di depan pintu apartemen Jay, lalu memasukinya perlahan.
Rapi dan Berbau khas Jay.
Itu adalah kesan pertama saat Mai memasuki apartemen yang sudah hampir enam bulan tidak dia kunjungi. Ada foto baru terpajang di salah satu sisi dinding apartemen Jay. Foto Mai yang berdiri di sisi kanal di Venesia sedang membelakangi kamera, dicetak seukuran 20R dengan tone warna hitam putih. Senyum Mai terkembang melihatnya.
Gadis itu beralih ke kamar mandi mencuci tangan dan kakinya, lalu berjalan perlahan memasuki kamar Jay. Kamarnya gelap, hanya ada penerangan redup dari lampu bertone warm disamping tempat tidur Jay. Di meja kerjanya lembaran kertas berserak, ada pula gelas bekas pakai dan laptop serta beberapa alat tulis. Sedangkan di tempat tidur, seseorang yang dia rindukan tengan tertidur pulang dengan bibir sedikit terbuka, membuat Mai menahan tawanya.
Melepas ikat rambutnya Mai naik ke tempat tidur Jay, menghadap kearah Jay tidur, dan berbaring tepat disampingnya. Gadis itu menyelusuri garis rahang tegas Jay yang ditumbuhi jambang halus. Menciumnya seklias sebelum akhirnya memeluk Jay dan bergelung dalam selimut yang sama untuk beristirahat.
--
Sejak pagi tadi senyum Jay tidak pernah berhenti terkembang. Bahkan sepertinya kedua tulang pipinya sudah meronta pegal karena menahan senyum Jay. Bagaimana dia tidak tersenyum selama itu jika pemandangan yang dia temui saat membuka mata adalah punggung Mai yang membelakanginya.
Gadis itu sudah tiba. Berada dipelukannya semalaman.
Jay sengaja tidak membangunkannya, sudah hampir satu jam lelaki itu bangun dan hanya menikmati berbagai ekspresi tidur Mai. Sesekali dia memeluknya dan mencium Mai perlahan. Tangan Jay menyisir rambut brunet milik Mai. Lalu beralih memeluk punggung gadis itu. Menghidu aroma tubuh Mai.
Biar saja. Biar seperti ini dulu. Latihan masih dua jam lagi, masih ada waktu bagi Jay untuk menikmati pagi yang damai dengan Mai dipelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jay Idzes - Catch The Runaway Bride
FanfictionMenjelang hari pernikahannya bersama dengan Jay membuat Mai merasa gelisah. Apalagi ketika disadari bahwa Jay kini adalah lelaki bersinar, pesebak bola dengan jutaan fans wanita sekaligus pebisnis handal dengan berbagai kolega dengan sekretaris cant...