Turin, Italia.
Sebastian tengah sibuk mencatat apa saja hasil rapat dengan tim project di Jerman ketika Jay tengah sibuk membantu Mai berbenah ke penthouse baru mereka. Ya, setelah Jay menikah lelaki itu memutuskan menyewa penthouse karena menurutnya akan lebih lega untuk ditinggali mereka berdua.
Mai tengah membereskan dapur dan menata belanjaan mereka, ketika Jay menghampirinya dan berdiri di belakang gadis itu. Tangannya meraih ikat rambut hitam Mai, yang sudah hampir setahun bertengger menjadi gelangnya. Merengkuh seluruh rambut Mai dalam satu ikatan lalu mengikatnya.
"Kau bisa melakukannya darling?" Tanya Mai menunggu Jay mengikat rambutnya.
Belum menjawab, Jay berkonsentrasi mengikat rambut Mai, "Sudah. Berhasil tapi tidak rapi." Jay menatap hasil ikat rambutnya.
Mai menyentuh ikatan tersebut, beberapa rambutnya terasa kusut, "Terima kasih sayang, kau pandai sekali." Jawab Mai mengapresiasi usaha Jay lalu mengecup pipi suaminya.
"Kau dan Sebastian ingin makan apa? Sudah saatnya makan karena nanti sore kau harus berlatih kan?" Mai memasukkan beberapa sayuran ke dalam kulkas.
Menimbang menu apa yang ingin dia makan, Jay tersenyum melihat betapa Mai gesit dan cermat dalam berbelanja dan mengurus rumah. Dulu, Jay pikir dia membutuhkan asisten rumah tangga untuk membantu Mai, tapi ternyata gadis itu benar-benar di luar dugaan. Berhenti mengagumi istrinya, Jay memutuskan ingin memakan nasi kare ayam dengan salad sayur segar.
Lelaki itu masih setia menemani Mai berkutat di dapur, "Boleh aku membantumu memasak darling?" Jay mendekat menawarkan diri.
"Tentu saja. Tolong cuci semua sayuran yang sudah aku potong dengan air mengalir ya, lalu cuci ayamnya, dan tolong keringkan sayuran dengan salad spinner." Ucap Mai menginstruksi Jay.
Senyum Jay merekah, "Siap Chef." Jawabnya sambil mengerjakan apa yang menjadi tugasnya. Ah sungguh membantu istri setelah menikah adalah sesuatu yang menyenangkan. Mendengar Mai meminta tolong, berterima kasih dan mengapresiasi hasil kerja Jay membuat lelaki itu merasa menjadi suami paling sempurna di dunia.
--
"Sebastian, aku dan Mai akan berlatih. Kau bisa lamgsung pulang nanti. Oh di kulkas, ada salad buah buatan Mai. Ambil saja nanti jika kau ingin." Ucap Jay setelah membaca hasil resume yang Sebastian buat untuknya.
Mengangguk mengiyakan, Sebastian kembali memfokuskan pandangannya pada layar laptop, lalu memberi kode pada Jay agar lelaki itu tidak berisik dan menganggu pekerjaannya.
Jay mebghampiri Mai yang telah berganti ke setelan olahraganya, gadis itu berencana untuk rutin ikut berolahraga mulai hari ini meskipun hanya olahraga ringan. Salah satu usaha mereka untuk memiliki anak selain healthy life and food adalah dengan berolahraga.
"Sudah memutuskan ingin olahraga apa darling?" Tanya Jay saat mereka berjalan menuju basement parkir.
Mengedikkan bahunya, Mai tertawa, "aku memilih jogging di sekitarmu saja saat kau berlatih sayang. Oh kau jadi akan ke Milan minggu depan?"
Jay membuka pintu mobil untuk Mai, mempersilahkan isinya duduk. Lalu berputar mengitari mobil dan duduk di kursi kemudi. Menjalankan mobilnya meninggalkan gedung apartemen menuju training ground Torino FC.
"Tentu. Namaku masuk kedalam skuad untuk berangkat ke Milan. Kau ingin ikut darling?" Tawar Jay. Matanya melirik Mai singkat saat dia sedang fokus mengemudi.
Mai mengangguk bersemangat, "Bolehkah? Aku ingin berjalan-jalan disana. Aku janji tidak akan mengganggu masa berlatihmu sayang."
Tersenyum manis, Jay meraih sebelah tangan Mai, lalu menciumnya. "As your wish darling. Aku akan mencari supir untuk menemanimu selama disana."
"Big No. Tidak darling, aku ingin berpetualang sendiri."
Jay mengerutkan keningnya, "Kau yakin?"
"Ya tentu saja. Boleh?"
"Boleh tapi kau harus menjaga diri. Okey?" Ucap Jay masih menggenggam tangan Mai.
Gadis itu bersorak kegirangan aetelah mendapat izin dari suaminya.
--
Malam semakin larut ketika Jay mendapati istrinya tengah duduk di sofa besar menghadap ke jendela penthouse mereka. Mai sedang membaca buku ketika Jay duduk disampingnya membawa sebuah map. Lelaki itu duduk disamping Mai, menarik gadis itu untuk beralih bersandar ke dadanya. Membiarkan tubuh mungil dengan aroma memabukkan itu menempel pada tubuh kekar Jay yang semakin bulking.
"Apa yang kau baca sayang? Apakah aku menganggumu?" Tanya Jay memakinkan rambut Mai.
"No darling. It's just a self improvement books. Ada yang bisa aku bantu?" Mai menutup bukunya. Mencari posisi terbaik untuk menikmati malam bersandar pada dada suaminya.
Jay menunjukan sebuah Map, lalu membukanya. Ada beberapa lembaran iklan dan prosedur mengenai IVF dari sebuah klinik kesuburan dan metode inseminasi. Memperketat pelukannya pada tubuh Mai, lelaki itu berbisik lembut.
"Sepulang dari Milan. Akan ada jeda kompetisi satu minggu, aku akan mencoba untuk mengkosongkan jadwal pekerjaanku. Jika kau tidak keberatan haruskan kita menemui dokter? Untuk mulai berkonsultasi mengenasi program kehamilan nantinya?" Ucap Jay lembut berusaha tidak menyinggung Mai.
Gadis itu beringsut duduk, membaca kertas-kertas dalam map yang Jay bawa. Lalu senyumnya mengembang. "Kau mencarinya sendiri sayang?"
Mengangguk ringan Jay tersenyum. "Ya, aku menghargai keputusanmu untuk memiliki anak melalui berbagai metode. Mari kita berjuang bersama mewujudkannya sayang. Aku juga mengiginkannya."
Mai merasa terharu, suaminya sudah berjalan sejauh ini untuk berusaha mendapatkan anak. Memeluk Jay, hati Mai terasa menghangat. Dia yakin menerima lamaran Jay dan menikahi lelaki itu adalah pilihan yang tidak pernah mungkin dia sesali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jay Idzes - Catch The Runaway Bride
FanfictionMenjelang hari pernikahannya bersama dengan Jay membuat Mai merasa gelisah. Apalagi ketika disadari bahwa Jay kini adalah lelaki bersinar, pesebak bola dengan jutaan fans wanita sekaligus pebisnis handal dengan berbagai kolega dengan sekretaris cant...