SEMBILAN BELAS

510 63 3
                                    

Musim Semi tiba diusia kandungan Mai yang ke tujuh bulan. Mai dan Jay begitu bahagia, mereka tidak pernah membayangkan hari-harinya bagaikan mimpi. Jay memang sangat sibuk dengan jadwal Serie A dan pekerjaan lainnya, tapi lelaki itu tak pernah sekalipun mengabaikan Mai.

Di pagi dan malam hari, Jay akan mengobrol dengan bayi yang ada di perut Mai. Mencium lembut perut yang sudah semakin besar itu. Di siang hari akan ada seorang therapis yang mendampingi Mai untuk melakukan yoga hamil untuk persiapan melahirkan.

Sesuai rencana mereka di musim dingin lalu, hari ini mereka akan berangkat ke Falcade. Sebuah dataran tinggi di provinsi Belluno. Jay sudah menyewa sebuah rumah tak jauh dari penginapan yang di tempati oleh Torino FC untuk menjadi tempat tinggal Mai.

Sebastian dan bibi -asisten rumah tangga mereka sudah bersiap di mobil ketika Mai dan Jay berjalan bergandengan menyusul keduanya. Mereka akan berlibur dan mendampingi Jay melakukan TC dan itu sangat menyenangkan.

"Darling, nanti aku akan menyusulmu okay. Karena perjalanan ini panjang pastikan kalian beristirahat, luruskan kakimu jangan sampai membengkak ya sayang." Pesan Jay pada Mai.

"Iyas daddy. Kau dan rombongan berhati-hatilah ya. Sampai bertemu disana." Jawab Mai sebelum memasuki mobil.

Jay mencium Mai lalu mengusap dan mencium perut buncit gadis itu, "Jaga Mommy ya sayang."

--

Senyum Mai melebar ketika mereka memasuki villa yang mereka sewa. Sebuah villa dengan model khas dataran tinggi eropa yang didominasi kayu. Di kelilingi bukit dengan aliran air sungai dingin mengalir sepanjang mata memandang, memberikan jarak pada lapangan yang akan menjadi TC bagi Torino FC.

Mai berjalan perlahan menyusuri jalan setapak di kebun yang menghampar dihadapan villa, menikmati semerbak aroma segar daun pinus dan bunga liar lainnya yang tertiup angin musim semi.

Dari belakang Jay yang sudah datang dan melakukan presensi di TC menghampiri istrinya yang semakin cantik diusia kehamilan yang bertambah. Mai berjengit saat Jay memeluknya dari belakang. Mengusap lembut perutnya, mencium puncak kepalanya, menikmati ketenangan disekitar mereka.

Jay bersyukur memiliki istri seorang Mai, gadis ini terlalu hebat dan kuat menghadapi segala ujian di pernikahan mereka. Mai menyandarkan kepalanya di dada Jay, tangannya mengusap lengan Jay.

"Darling?" Tanya Jay.

"Hmm.."

"Aku sangat mencintaimu dan bayi kita. Terima kasih sudah sangat kuat dan hebat bagiku sayang. Kau sempurna." Bisik Jay lembut.

--

Selepas berlatih, Jay dan tim-nya diminta untuk berendam dialiran sungai yang jernih dan sangat dingin. Beberapa dari pemain berteriak kedinginan tak ketinggalan Jay. Membuat Mai tertawa melihatnya.

"Hai Jay dan semuanya!" Sebuah suara muncul dibelakang Mai, Emma.

Gadis itu mengikat rambutnya tinggi dengan bikini hitam yang dilapisi kemeja putih menerawang. Bagus Emma, tunjukkan betapa rendah kastamu, batin Mai memutar kedua bola matanya saat melihat gadis pirang itu ikut berendam dan membuat cetakan jelas kulitnya dari balik kemeja putih itu.

Mai melambaikan tangan pada Jay memberi kode pada suaminya bahwa dia akan kembali ke Villa terlebih dahulu. Jay mengangguk dan meneriakkan "Take care darling." Yang mendapat olokan dari teman-temannya.

Perjalanan menuju Villa sedikit menanjak, beberapa jalan berbatu membuat Mai sedikit kesulitan dan beberapa kali beristirahat. Ditanjakan terakhir Mai merasakan perutnya berkontraksi sedikit menyiksa hingga semakin intens. Tapi tidak mungkin ini masih bulan ketujuh, Mai tidak mungkin mengalami kontraksi kan.

"Maaaai ada apa denganmu?" Teriak Emma dengan panik ketika menemukan Mai terduduk disekitar rumput berpeluh dan terlihat pucat.

Menatap Emma yang terlihat panik, Mai mengulurkan tangan pada Emma, "Ms. Zuccher bisa tolong panggilkan suamiku. Sungguh perutku sangat sakit."

Emma mengangguk lalu berlari turun beberapa menit kemudian terdengar suara gadis itu berteriak meminta pertolongan memanggil Jay. Sedangkan Mai yang gadis itu lakukan hanya memegang perutnya, bertanya pada anaknya apa yang sedang dia lakukan didalam sana kenapa terasa sakit sekali.

Jay, Emma disusul Huston dan Filipe menemukan Mai nyaris pingsan dengan peluh didahinya. Langkah Jay terhenti, otaknya nyaris tidak bisa berpikir, jantungnya hampir meledak, air matanya nyaris menetes ketika dia melihat darah segar mengalir dari dalam dress lilac yang Mai gunakan.

Gadis itu pendarahan.

Jay Idzes - Catch The Runaway BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang