Semilir angin dari balkon kamar yang terbuka membuat Mai semakin mengeratkan pelukannya pada selimut. Gadis itu enggan beranjak, merasakan delapan puluh persen energinya terkuras habis pasca runtutan kegiatan pernikahannya dan perbuatan Jay semalam.
Di nakas tersedia segelas teh camomile hangat dan beberapa cookies yang sudah Jay siapkan. Kemana Jay setelah berbuat yang iya-iya semalam?
Lelaki itu sudah tampan dengan setelan olahraganya, menempuh jarak lima kilo meter berlari pagi ini di sekitar Jumeirah Resort. Wajahnya tersungging senyuman paripurna tanpa cela, sengaja dia meninggalkan Mai karena gadis itu benar-benar tidak bisa membuka matanya.
Membuka pintu kamarnya perlahan, Jay menemui pemandangan terindah sepanjang hidupnya. Pintu balkonnya yang terbuka menampilkan pemandangan pantai dan awan yang menyejukkan mata dan Mai yang masih pulas tertidur, dengan punggungnya yang berwarna kecoklatan tidak berbalut selimut, membuat Jay terkekeh ringan mengingat perbuatannya semalam.
Hai ini memang bukan pertama kalinya Jay bercinta dengan seorang wanita, tapi percayalah bercinta dengan gadis yang sudah kau nikahi dan kau cintai sepenuh hati rasanya berbeda.
Jay berputar dan berlutut di sisi tempat tidur untuk mengitip wajah Mai yang menggemaskan saat tertidur, lalu mengecupnya perlahan, sengaja ingin membangunkan istrinya. Dih istri~
Tiga kali mengecup tidak ada pergerakan apapun dari Mai, Lelaki itu kembali mengecup hidung Mai dan mengusap punggung terbukanya, membuat gadis itu merasa geli dan menggeliat. ”Mama aku masih ngantuk.”
Tawa ringan Jay menghiasi bibirnya, ”Tapi ini bukan Mama, ini suamimu darling.”
Mai menghentikan gerakannya, membuka mata, ”Astaga lupa, kita udah nikah!” ucap Mai sambil bangun dari tidurnya dan terduduk. Tangannya segera menahan selimutnya yang melorot dari tugasnya menutupi tubuh bagian atasnya.
”Perlu ku ingatkan?” ucap Jay menaikan sebelah alisnya.
”Ngga usah ya makasih! Sakit semua badan aku!” jawab Mai ketus, membuat tawa riang Jay pecah.
Lelaki itu menyerahkan teh camomile pada Mai, kemudian duduk disamping gadis itu, menatap Mai yang wajahnya terlihat bengkak akibat tidur terlalu larut dan bangun terlalu siang. ”Begitulah kira-kira yang akan kau hadapi sampai kita tidak bisa melakukannya lagi darling.” goda Jay membuat gadis itu tersedak teh yang sedang dia minum.
”Jay berhentilah menggodaku dengan kalimat mesum-mu astaga!” teriak Mai sambil melempar bantal. Membuat Jay berlari kabur ke sudut ruangan.
--
Kedua orang tua Mai sedang berada di kamar Mai dan Jay siang ini, selepas makan siang mereka memutuskan untuk menemani Mai mengemas barang-barang yang akan dibawa gadis itu ke Itali.
Ya, malam nanti mereka akan langsung terbang ke Turin karena jadwal Serie A yang padat, Jay tidak bisa berlama-lama di Indonesia.
”Sudah ada lagi yang tertinggalkah biar papa kirimkan nanti lewat ekspedisi?” tanya Pak Broto, melihat putrinya dengan setelan jersey bola kebesaran milik Jay mengemasi dua koper besar dan dua koper kecil.
Mengangguk kecil, Mai berdiri melangkah mendekati kedua orang tuanya. Mai bisa lihat ada kesedihan di wajah mereka, ”Papa kenapa?” tanya Mai pada Pak Broto, musuh dalam hidupnya selama dua puluh lima tahun, tapi juga cinta pertama dalam hidupnya di dunia.
”Papa tidak bisa antar kamu ya sayang. Kamu baik-baik ya disana.” ucap Pak Broto menahan air matanya tumpah.
Mai menangis tiba-tiba, seperti apapun hubungan buruk Mai dengan ayah nya, gadis itu tetap selalu mencintainya bukan. ”Papa jangan nangis, aku sedih. Kan aku sama Jay, Papa sama Mama. Aku bisa ke Jakarta kapanpun, Papa Mama juga bisa ke Itali kapan pun.” Mai beralih ke Ibunya yang sudah tidak mampu berkata-kata, ”Mama, udah jangan sedih. Nanti aku ga jadi pindah ke Itali kalo kalian nangis terus.”
”Nanti kalo kamu ke Itali, Papa berantem sama siapa Mai? Mama kan ga bisa diajak berantem?” Pak Broto memeluk putrinya, mencium lembut aroma shampoo yang menguar dari rambut brunette yang dulu sering berganti warna karena anaknya suka sekali bereksperimen.
”Itu tandanya papa disuruh buat jangan marah-marah terus, biar ga darah tinggi. Papa Mama jangan nangis ya.”Mai memeluk keduanya, dibelakan mereka Jay tersenyum, melihat betapa Mai begitu dicintai keduanya.
Pantas saja mertuanya memberikan standar tinggi bagi para kandidat calon suami Mai, karena Jay menyadari bahwa Mai adalah sesuatu yang paling berharga yang dimiliki keluarga ini, selain gurita bisnis mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jay Idzes - Catch The Runaway Bride
FanfictionMenjelang hari pernikahannya bersama dengan Jay membuat Mai merasa gelisah. Apalagi ketika disadari bahwa Jay kini adalah lelaki bersinar, pesebak bola dengan jutaan fans wanita sekaligus pebisnis handal dengan berbagai kolega dengan sekretaris cant...