Jay berdiri mematut dirinya didepan cermin, mengamati betapa suite berwarna nude yang dia kenakan begitu sempurna dan nyaman membalut tubuhnya. Suite ini dibuat berdasarkan ide dari Mai yang kemudian dibuat secara nyata oleh designer pilihan gadis itu.
"You like darling?" Tanya Mai sambil menuang segelas pressed juice segar buatannya untuk Jay sarapan.
Mengangguk bersemangat, Jay berdiri di depan Mai dan melebarkan tangannya. "Fantastic, kau jenius darling. Aku ingin segera memakainya bersamamu dengan gaun kemarin."
Mai tertawa kecil kemudian meletakan segelas salad sayur dan juice untuk Jay. "Look, ada namamu dibagian ini sayang." Gadis itu membuka jas yang Jay kenakan dan memperlihatkan bordiran nama Jay dan Mai dibagian dalamnya. Dekat dengan dada Jay.
"Sengaja aku letakan disini, agar namamu dan namaku berada didada ketika kita mengucapkan janji pernikahan nanti." Lanjut Mai membuat Jay merasa terharu.
Lelaki itu memeluk Mai, merengkuhnya kedalam pelukan. Mengatakan pada Mai betapa dia bersyukur memiliki Mai dan berkesempatan menikahi gadis itu tidak lama lagi. "Apapun yang terjadi aku tidak akan melepaskanmu darling."
--
"Mai, Darling? Kau masih di dalam?" Jay mengetuk pintu kamar mandi. Lelaki itu sudah akan berangkat ke basecamp Torino FC siang ini karena sore nanti pertandingan akan dimulai.
Mai membuka pintu, lalu melongokkan kepalanya dari pintu, "Kau berangkatlah lebih dahulu. Nanti aku akan menyusul."
"Sebastian akan mengantarmu ya darling."
Menggelengkan kepalanya, "No, no, aku akan berangkat sendiri sekalian jalan-jalan. Biarkan Sebastian bekerja."
"Kau yakin?" Tanya Jay yang dijawab Mai dengan anggukan. "Baiklah, aku akan berangkat sekarang. Let me kiss you." Lanjut Jay sambil menundukkan kepalanya, mencium puncak kepala Mai.
"Love you darling."
"Love you too Jay. Hati-hati di jalan." Ucap Mai kemudian kembali menutup pintu toilet.
--
Suasana stadion benar-benar padat dan ramai ketika Mai menghadiri pertandingan sore ini. Ratusan orang bernyanyi mengobrol dengan Bahasa Itali yang Mai sama sekali tidak tahu. Satu-satunya yang Mai ingat adalah gadis itu perlu pergi menuju pintu A sektor 2 untuk memasuki VIP tribun dan menunjukkan VIP Pass yang Jay berikan padanya.
Gadis itu mengernyit menahan kram perutnya yang luar biasa nyeri ketika dia harus berjalan membelah kerumunan, sembari berdoa agar dia tidak jatuh pingsan. Menstruasi selalu menyebalkan bagi Mai karena kram selalu menderanya bahkan membuat gadis itu tidak bisa bergerak atau parahny hingga jatuh pingsan.
Mai tersenyum lebar ketika pandangan matanya dan Jay bertemu. Lelaki itu mengedipkan matanya dan membuat Mai merona meskipun jarak mereka cukup jauh. Kekasihnya sudah siap bertempur mengamankan lini belakang Torino dengan segenap jiwa dan raganya.
Pertandingan berjalan hampir mendekati menit ke sembilan puluh tiga ketika Mai sudah tidak bisa lagi menahan nyeri kram perutnya. Gadis itu terus menekan perutnya dan menahan erangannya karena sudah tidak mampu lagi bersorak. Hingga akhirnya Mai menyerah melawan sakitnya. Gadis itu pingsan.
--
Ketika peluit pertandingan berakhir di menit ke sembilan puluh enam, Jay dan temannya merayakan bersama hasil imbang pertandingan sore ini melawan Juventus. Bersama rekan se-timnya Jay memberikan sapaan hangat pada para supporternya. Mata lelaki itu mencari dimana Mai berada tapi dia tidak menemukan gadis itu di tempat duduknya yang semula.
Kemana Mai?
Jay berjalan menuju ke ruang ganti pemain ketika matanya mengkap Bruno, dokter kesahatan yang berjaga tengah mengobrol dengan sosok yang tidak asing di matanya, Mai. Hal itu sontak membuat Jay mengarahkan langkahnya ke ruang kesehatan untuk menghampiri gadis itu.
"Darling, ada apa?" Tanya Jay mendapati Mai duduk dengan wajah pucat dan bulir keringat muncul di wajahnya. "Ada apa Bruno?" Pertanyaannya beralhi ke dokter yang berjaga hari ini.
"Kekasihmu kah?" Bruno mencoba mengkonfirmasi.
Jay mengangguk membuat tetesan keringat terjatuh dari dagunya yang kali ini sudah bersih dari jambang. "Dia calon istriku."
"Dia mengalami kram perut hebat karena menstruasi. Ku sarankan untuk membawanya ke rumah sakit. Dia menolaknya saat kami akan membawanya ke rumah sakit. Saat ku tanya dia bilang dia sudah bertahan dengan sakit menstruasi selama dua belas tahun. Aku rasa ini tidak wajar." Terang Bruno. Mai masih bersandar sambil memejamkan matanya mengabaikan percakaoan keduanya.
"Bruno, tolong, bantu aku mendapatkan dokter terbaik yang bisa aku temui sekarang juga." Ucap Jay penuh kekhawatiran
KAMU SEDANG MEMBACA
Jay Idzes - Catch The Runaway Bride
FanfictionMenjelang hari pernikahannya bersama dengan Jay membuat Mai merasa gelisah. Apalagi ketika disadari bahwa Jay kini adalah lelaki bersinar, pesebak bola dengan jutaan fans wanita sekaligus pebisnis handal dengan berbagai kolega dengan sekretaris cant...