TUJUH BELAS

526 64 3
                                    

Jay memundurkan tubuhnya ketika jemari lentik Emma meraba dadanya, bagaimanapun itu dia lelaki normal dan Emma menggodanya. Dari ujung tangga Mai tampak turun menghampiri mereka dengan elegan. Dagu gadis itu terangkat dengan tangan yang menggegam gelas dengan tangkai tinggi.

"Hai Ms. Zuccher, bagaimana rasanya menyentuh dada suamiku? Apa yang kau tawarkan padanya?" Ucap Mai berdiri di satu anak tangga yang lebih tinggi dari tempat Jay dan Emma berpijak.

"Darling-" ucapan Jay terhenti ketika Mai menenggak jus apelnya dan memukulkan gelasnya pada pegangan tangga, membuat beberapa serpihan gelas berserak, menyisakan kaki gelas dengan ujung tajam yang Mai genggam.

Jay menelan ludahnya, dia tidak pernah melihat Mai seperti ini sebelumnya.

"Aku seorang pengusaha, begitu juga mertuaku dan orang tuaku. Kami tau persis bagaimana caranya menyingkirkan benalu-benalu didepan kami." Mai mencondongkan tubuhnya pada Emma. Menempelkan perlahan ujung runcing gelasnya sepanjang leher hingga belahan dada Emma.

"Jangankan menghancurkanmu, menghancurkan karir ayahmu saja aku sanggup melakukannya. Jadi aku harap kau berhati-hati, Emma Zuccher." Ucap Mai.

"Dan kau" tatapan Mai beralih pada Jay, "sekali saja aku melihatmu dengan wanita lain. Aku pastikan kau kehilangan segalanya sayang." Mai mengalihkan ujung runcing gelasnya pada ujung hidung Jay.

Mai menuruni tangga, membuat jarak antara Emma dan Jay. Gadis itu melempar begitu saja gelasnya hingga hancur berkeping, lalu berjalan menuju kerumunan tamu undangan.

Menggigit bibirnya, Jay menahan senyum yang entah mengapa tak bisa dia tahan. Mai, Istrinya oh sungguh terlihat dominan dan seksi bagaikan singa betina mempertahankan kekuasaannya.

--

Matahari sudah tinggi ketika Mai terbangun dari tidurnya. Jay yang sialan itu semalam kembali membuatnya tidak bisa melakukan apapun karena ulahnya.

"Salah sendiri kau terlihat begitu menggoda." Ucapnya ketika Mai memprotes perbuatannya.

Makan malam semalam berakhir pukul sepuluh dan mereka baru tidur pukul tiga dini hari. Dan Jay? Entah jam brapa lelaki itu bangun, karena Mai tahu pasti dia sedang berolahraga mengelilingi kebun anggur seperti dulu saat pertama kali mereka bermalam disini.

Pintu kamar terbuka, Jay memasuki kamar dengan keringat bercucuran, menatap Mai yang masih berbaring dengan selimut sebatas dadanya.

"Mandilah darling~, tidakkah kau ingin menyapa para pemanen anggur di kebun? Atau berkuda bersama spot dan cheeks? Atau membaca buku dibelakang sambil menikmati cahaya matahari?" Tawar Jay, lelaki itu melepas kaosnya dan melempar iseng ke wajah Mai, membuat gadis itu tertawa.

Mai melempar kaos Jay ke lantai, lalu beringsut duduk di ujung tempat tidurnya. "Sayang, aku ingin berpiknik di halaman depan. Minta tolonglah seseorang untuk menyiapkannya ya."

Mengangguk ringan Jay menyetujui permintaan istrinya. "Tentu sayang. Aku akan menyiapkannya."

"Aku sudah menerima informasi dari Solene, kapan kita bisa melakukan IVF lanjutan. Kau sudah siap sayang?" Tanya Mai pada Jay.

Mencium Mai sesaat, Jay tersenyum "Seharusnya aku bertanya padamu sayang, karena tindakan yang dilakukan padamu lebih banyak. Kau baik-baik saja, tidak ada rasa trauma?"

Mai mengusap punggung Jay, memperhatikan bagaimana otot punggung nya terbentuk sempurna. "Hanya sedikit rasa kehilangan karena embrio itu tidak berkembang. Jay, Kau jangan coba-coba mendekati wanita lain, aku kesal sekali melihatnya. Kenapa kau diam saja saat Emma menyentuh dadamu?"

"Hai aku lelaki normal sayang, response ku tentu saja akan membeku sesaat. Kau bagaimana dulu saat aku pertama kali menciummu di pesta topeng, bagaimana responsemu? Kau membeku lalu malu kan menyembunyikan wajahmu padaku? Jangan menyalahkanku sepenuhnya ya." Jay membela diri sambil mencubit pipi nya.

Mai tertawa memeluk Jay, membiarkan suaminya kembali mengambil alih dirinya.

Jay Idzes - Catch The Runaway BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang