Sirine ambulance menyala kencang, mengiringi Mai yang dilarikan ke rumah sakit. Pendarahan dan kontraksi yang Mai alami semakin parah. Jay masih terlihat bingung, bahkan dia masih mengenakan pakaian basah yang tadi dia gunakan untuk berendam. Tangannya menggenggam tangan Mai, sementara gadis itu masih mengernyit menahan rasa sakit yang semakin menjalar.
"Jay, apa yang terjadi. Bagaimana dengan anak kita Jay?" Ucap Mai disela rasa sakitnya.
Jay mencium tangan Mai, lalu mengusap kepalanya, "Aku tidak tahu darling. Tapi aku yakin kalian pasti baik-baik saja. Kau dan bayi kita pasti akan selamat dan sehat."
--
Jay tidak pernah mengalami kehancuran dalam hidupnya sebelum ini. Melihat tetesan darah sepanjang lantai rumah sakit menuju ruang bersalib membuatnya nyaris gila. Jay menyadari satu hal, sesuatu yang Mai dan anak mereka sedang berada di situasi yang tidak baik. Sebastian dan bibi tidak lama hadir, menyerahkan pakaian ganti untuk Jay dan meminta lelaki itu berganti. Lalu kembali menunggu tindakan yang tengah dilakukan oleh dokter terhadap Mai.
"Tuan Idzes?" Seseorang memanggil Jay, membuat lelaki itu menoleh dan menghampirinya.
"Pertama kami mengucapkan selamat atas kelahiran putra anda, kondisi Nyonya Idzes sudah lebih baik dan sedang dalam kondisi pemulihan." Ucap lelaki dengan name tag Guzel.
Menghela nafas Jay bersiap kembali mendengarkan penjelasan lelaki tersebut karena nada bicaranya terdengar sangat menggantung.
"Tetapi kami harus menempatkan putra anda ke ruang perina guna observasi lebih lanjut. Putra anda prematur dan kami menyatakan bahwa kondisinya sangat tidak stabil. Anda bisa menemuinya nanti setelah proses observasi berakhir." Jelas Guzel, kemudian berlalu meninggalkan Jay, sementara sebastian dan bibi mengurus administrasi mereka.
Jay memasuki kamar rawat Mai, gadis itu terlihat lemas dan pucat. Bersandar pada kepala ranjang, ada selang infus dan transfusi yang tersambung ke punggung tangannya. Hati Jay hancur melihatnya. Dia merasa gagal dan tak berdaya.
"Mai maafkan aku. Seandainya aku tidak membawamu ke Falcade. Kau pasti sedang mengusap perut mu sambil menonton film favoritmu." Jay berlutut mencium puncak kepala Mai. Tubuhnya bergetar, hatinya remuk, seburuk itu perasaannya hari ini.
Mai memeluknya, "Mana anak kita Jay?"
"Dia berada di ruang perina. Dokter sedang mengobservasinya. Dia seorang laki-laki sayang. Kita akan memanggilnya siapa? Eugene atau Luigi?" Tanya Jay, air mata benar-benar membasahi seluruh wajahnya.
"Eugene Idzes." Ucap Mai tersenyum, mengusap jejak air mata di wajah, "Jay, berhentilah menyalahkan dirimu ya. Ini bukan karena aku ikut ke Falcade, tapi karena Tuhan ingin Eugene terlahir lebih cepat."
--
Ternyata ujian Tuhan tidak berhenti disitu. Jay kembali dibuat hancur melihat Eugene, putranya tertidur sendirian di inkubator. Tubuhnya sangat kecil, tidak lebih besar dari lengan bawah Jay. Kulitnya sangat transparan, pembuluh darah terlihat jelas dibaliknya. Nafasnya tersengal, berbagai kabel ditancapkan ditubuhnya.
Kembali menangis Jay memasukkan tangannya kedalam inkubator, menyentuh kulit Eugene yang rasanya bisa saja sobek jika dia menyentuhnya terlalu keras. Tertunduk Jay kembali menangis tersedu.
"Putra anda menolak asi yang dia minum. Semua asi dimuntahkan kembali. Sepertinya karena pencernaannya belum sempurna." Ucap salah seorang perawat saat Jay memasuki ruang perina.
Eugene belum bisa menerima asi saat Mai bersemangat memompa asinya demi kesehatan Eugene.
Jay kembali merasa gagal menjadi suami dan ayah.
Mai datang dengan kursi rodanya, menatap Eugene yang berada di inkubator dengan nafas tersengal. Gadis itu sama hancurnya dengan Jay, bahkan jauh lebih hancur dari lelaki itu, tapi entah mengapa air matanya tak bisa menetes sama sekali. Rasa sedihnya hanya bisa bercokol di hatinya.
Jay masih menangis tersedu. Lelaki itu menghampiri Mai, berlutut dihadapan Mai, mencari ketenangan dan kekuatan dari Istrinya yang dia tau pasti jauh lebih hancur dari dirinya.
"Maafkan aku Mai." Masih terus menggumamkan maaf, Mai merengkuh Jay. Memeluknya erat menguatkan satu sama lainnya.
Berharap musim semi tahun ini tidak menjadi seburuk yang mereka bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jay Idzes - Catch The Runaway Bride
FanfictionMenjelang hari pernikahannya bersama dengan Jay membuat Mai merasa gelisah. Apalagi ketika disadari bahwa Jay kini adalah lelaki bersinar, pesebak bola dengan jutaan fans wanita sekaligus pebisnis handal dengan berbagai kolega dengan sekretaris cant...