29. >DFS

100 21 1
                                    

Jam berikutnya adalah pelajaran olahraga, namun aku meminta izin pada guru ku untuk tidak ikut dalam pelajaran, dengan mengatakan kalau aku sedang tidak enak badan.

Ya, aku akui itu sebuah kebohongan.

Setelah teman sekelas ku pergi ke lapangan, aku mulai bergegas pergi juga secara diam-diam, dan tujuan utamaku adalah kelas yang ada di gedung sebelah, benar, tempat Kenan dan teman-teman nya.

Aku terus berjalan melewati beberapa kelas, sampai langkahku kemudian berhenti di depan pintu yang bertuliskan 'Ruang BK', tak menunggu waktu lama, aku pun segera masuk kedalam, tanpa mengetuk terlebih dulu.

"Selamat siang, Karin"

Aku tersenyum sebagai jawaban, dan tanpa berniat basa basi, aku pun langsung mengatakan apa niatku menemuinya. "Paman, kenapa tim Nafa diberi misi yang setingkat sama aku?" tanya ku pada Pak Hasan.

Pak Hasan kemudian menaruh lembaran kertas yang sedang Ia baca, lalu menatapku yang sekarang sedang berdiri di hadapan meja nya. "Saya pikir itu bukan masalah yang besar-" sejenak Ia tertawa, lalu melanjutkan, "Apa kamu merasa tidak adil?"

Aku sontak menggeleng, "Engga, tapi ini gak masuk akal, aku pikir.. misi itu gak cocok sama mereka" ucap ku, aku melakukan ini untuk menjauhkan mereka dari masalah, meskipun aku tidak tau ini akan berhasil apa tidak, setidaknya aku sudah mencoba. "Kenapa paman gak kasih aja misi ini ke tim killers?"

Ucapan itu seketika meluncur dari mulutku, jujur, meskipun itu tidak murni dari pemikiranku, tapi aku lumayan setuju dengan tawaran yang Katarina berikan.

"Kalau saya ngasih misi ini ke kamu, bagaimana?"

Tubuhku seketika membeku ditempatnya, tidak-aku tidak mungkin bisa melakukan hal sekeji itu, membunuh manusia lalu memutilasinya?! ck, itu mustahil.

"Iya, kasih ke aku aja"

KATARINA?!

Aku mengepalkan tangan ku dalam diam, ah sungguh, aku benar benar tidak bisa mendominasi tubuhnya dengan baik, dan aku harap misi ini tidak benar benar membuatku menjadi kriminal sungguhan.

"Ya sudah, misi itu jadi milik kamu, tenggatnya satu bulan, nanti biar saya kabari tim mereka tentang pergantian misinya" ucap Pak Hasan.

Tidak ada yang bisa aku jawab selain dari kata 'Iya', dan kemudian aku keluar dari ruangan nya, lalu berjalan lagi menuju gedung tempat kelas ku berada.

"Kamu udah gila" rutukku pada jiwa asli ditubuh ini. "Aku gak akan ngebunuh siapa-siapa, aku ga peduli pokoknya" lanjutku dengan suara yang sama pelan nya.

Mataku kemudian mengitari gedung sekolah ini, jika dibandingkan dengan gedung ku, sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan, selain dengan ajaran yang berikan.

"Masih ada 20 menit buat istirahat, kayanya gapapa aku keliling sebentar" pikirku.

Saat pertama kali datang kesini, aku bahkan tidak ada waktu untuk sekedar berkeliling, jangankan berkeliling, nyawaku saja sudah diambang batas saat itu.

Kaki ku berbelok menuju koridor lain, jujur saja ini lumayan unik, meskipun jendela kelas disini banyak yang tertutup, tapi aku masih bisa mendengar beberapa suara dari dalam kelas saat aku berjalan melewatinya.

Dan yang lebih anehnya lagi, aku mendengar dentingan besi yang adukan dibeberapa kelas, "Mereka bener-bener punya mapel tentang senjata?" lalu aku sedikit mengintip kedalam kelas dari celah gorden yang sedikit terbuka.

Dan betapa terkejutnya aku saat ada yang membuka gorden itu dari dalam, membuat tubuhku sedikit terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Kami saling menatap beberapa saat, pikiranku rasanya buntu, dan sialnya disaat seperti ini aku tidak bisa menggerakan tubuhku.

Tak lama kemudian gorden itu kembali ditutup olehnya, aku langsung menghembuskan napasku, karena tadi aku sempat menahan napasku beberapa saat.

Aku lantas langsung menepuk pipiku agar aku tersadar dari lamunan, dan kemudian kaki ku berputar arah untuk segera melangkah pergi dari gedung ini.

"Itu Kenan, ck engga engga, dia pasti bakal lupa, pasti bakal lupa" yakin mu beberapa kali, dan aku semakin mempercepat langkahku saat mendengar langkah kaki dibelakang tubuhku.

Aku tidak percaya aku benar benar bertemu dengan nya, tidak-maksudku berpapasan dengan nya dengan dia melihat wajahku, lalu bagaimana jika- "J-jangan ganggu aku!" tangan yang sempat memegang tanganku langsung kuhempaskan, sudah pasti dia orang yang mengikutiku.

"Lo Katarina kan?"

Saat mendengar suara nya, aku pun tergerak untuk mengangkat kepala ku yang sedaritadi kutundukan. "Jericho?" bingung ku, tunggu, dia tau Katarina?

Dia kemudian mengusap tengkuk nya, terlihat ada sesuatu yang sulit untuk dikatakan nya. "Sorry gua ngebuat hubungan lo sama Nafa buruk" ungkapnya dengan nada yang terdengar menyesal, bahkan dari tatapan nya bisa ku artikan kalau dia benar benar merasa bersalah.

"Apa maksud kamu?" tanya ku saat Katarina tidak memberi jawaban dari kebingunganku atas ini, dan aku pikir Katarina juga mungkin tidak tau.

"Sebenernya waktu gua berantem sama dia, gua pernah bawa-bawa nama lo"

Mataku langsung menyipit tidak suka, meski sudah mulai kesal, aku tetap mendengarkan penjelasan nya.

"Gua denger lo sering nongkrong sama cowo, jadi waktu itu gua bilang kita jalan bareng, itu sengaja gua bilang gitu biar Nafa nanya sama lo, biar dia dapet penjelasan dari lo langsung biar dia percaya kalau gua sebenernya gak kemana mana, secara lo adiknya, gua pikir-"

PLAK

Lagi lagi aku tidak menahan tubuhku, dan akhirnya Katarina sendiri yang mengambil alih, mataku tak sengaja melihat Nafa yang ada dibelakang Jericho saat ini, dengan tatapan yang sama persis dengan yang Jericho berikan.

Sama-sama mengartikan perasaan bersalah.

Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi apa daya kaki ku langsung melangkah pergi dari tempat itu.

Aku tau, aku mengerti bagaimana perasaan Katarina saat ini, ya meskipun bisa melawan, aku memilih untuk membiarkan nya membawaku pergi dari gedung ini.

Setelah berjalan beberapa menit, aku pun sampai di kelas ku, untungnya teman sekelasku belum ada yang kembali ke kelas.

"H-hei.. "

Mendadak mataku memanas, membuat satu persatu bulir air mata kian menetes melewati pipiku. "Selama ini kamu bingung kenapa Nafa berubah, dan sekarang kamu tau alasan nya, dan kalian bisa baikan lagi nanti" ucapku, guna menenangkan nya.

Aku kemudian mengambil tisu untuk menghapus air mataku, "Sebaiknya kita fokus ke misi dulu, kamu gak nerima ini tanpa rencana kan?" aku bertanya dengan harapan kalau misi itu tidak dilakukan.

Ingatan nya langsung memberiku sebuah gambaran.

Sontak aku pun menggeleng dengan cepat, "Aku udah bilang, aku gak bisa" tegas ku, disana Katarina memberikan ku ingatan nya yang sudah berpengalaman membunuh orang. "Engga, Katarina, engga" sekali lagi aku menolaknya, sekalipun aku hanya perlu menembaknya tanpa memutilasi, aku tetap tidak sanggup.

"Bunuh orang atau kamu mau aku ngebunuh Kenan sekarang?"

-TBC-

vote dan komentar akan saya hargai,
terima kasih ^^

Until The End | HEERINA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang