08. On The Way

114 25 4
                                    

"Kenapa kamu tidak mau di adopsi?"

Ya, hari ini tepat satu hari sebelum ulang tahun ku, hari yang sama saat aku menerima kabar kalau aku akan di adopsi. "Aku mau cari kerja dan dapet uang yang banyak buat Panti Asuhan ini aja setelah lulus"

Itu bukan sebuah kebohongan, disamping fakta yang aku ketahui lebih dulu, itu adalah impian ku.

"Ami, boleh aku pergi?" tanya ku langsung pada nya.

Ami memandangku dengan pandangan bingung. "Pergi? kamu bilang kamu ga mau di adopsi?" ucapnya dengan nada yang sama bingung nya.

Melihat reaksinya, aku pun tertawa pelan, kemudian menggeleng, "Aku mau sekolah di Jakarta, aku ga akan ngebebanin Ami, beasiswa ku ada pilihan di daerah Jakarta, aku mau kesana" Ujarku menjelaskan, dan tentu aku punya tujuan lain selain sekolah.

"Tapi kamu bakal jauh dari kami, apa kamu yakin bisa tinggal sendirian disana? enggak ya Karin, jangan aneh aneh"

"Aku bisa" yakin ku dengan sungguh sungguh, tapi nyatanya tak semudah itu membujuk Ami dan pengurus yang lain nya, mereka tetap menolak, mereka bilang akan mengizinkan ku jika aku sudah berusia 18 tahun.

Tapi aku tidak menyerah, di hari berikutnya aku membujuk lagi dan lagi, dan akhirnya usaha ku tidak mengkhianati hasil, aku pun mendapat izin dan kepercayaan mereka.

Tunggu saja.

Aku yakin pada pirasatku.

Aku menemukan siapa orang tua ku.

Dan ya, aku juga tidak lupa untuk mengunjungi Kenan di penjara nanti, masa tahanan nya masih berlangsung bukan?

Kupikir seperti itu, kalau hukum tidak bermain dengan uang. Eh?

--

Saat turun di terminal Bus Jakarta, aku terlihat seperti anak hilang disini, bagaimana tidak?

Sedaritadi aku terus memutar balikan ponsel pemberian Ami, aku bingung cara membaca peta online yang ada disana, ah harusnya aku bertanya cara bagaimana menggunakan aplikasi ini lagi kemarin.

"Butuh bantuan dik?"

Hampir saja, ponsel yang kupegang meluncur dari genggaman ku saat orang itu datang. "O-oh ini.."

"Kamu mau kemana? biar kakak bantu" Ia mengadahkan tangan nya, menawarkan bantuan nya untuk ku, aku pun tersenyum dan memberikan ponsel ku padanya.

Lihat? orang baik itu ada dimana ma- "M-MALINGG!! Pak tolongin saya pak!" aku menepuk pundak bapak bapak yang berada di sampingku dengan panik.


Orang orang disana langsung berlari mengejar perempuan itu saat aku menjerit, siapa yang menyangka perempuan itu membawa lari ponselku!

Astaga, apalagi ini, kepala ku pusing sekali.

Tubuhku meringsut kebawah, tak sanggup lagi menahan berat tubuhku yang sudah lemas.

"Nak, kamu kesini sama siapa?" tanya Ibu ibu yang tiba tiba saja ada disampingku.

"Sendiri" jawabku lemas.

Dan seketika jawaban ku mendapat seruan iba dari orang sekitar, hah, aku jadi semakin mengasihani diriku sendiri kalau begini.

Until The End | HEERINA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang