26. Clues

99 19 4
                                    

Ryo yang aku benci, sekarang tiba-tiba menjadi teman ku, seharusnya ini bukan masalah besar, karena di era ini dia bahkan tidak tau apa apa, percuma juga jika aku melayangkan pembalasan dendam ku padanya disini.

Ingatan ku memberitahu kalau Hasan ini adalah paman nya, lagi dan lagi aku tidak tau menahu kalau ternyata ada banyak keterhubungan dari beberapa orang yang aku kenal.

Wajah ini persis diriku, sempat aku mengira ini tubuh Zea, nyata nya bukan, dan ada juga beberapa ingatan yang tidak bisa aku lihat secara jelas.

"Dream Four School?" aku terkejut saat Hasan memberikan formulir pendaftaran sekolah itu padaku dan Ryo. "Aku ga mau" tolak ku langsung.

Tidak mau lagi aku kembali ke sekolah iblis itu!

Saat aku menatapnya, aku sedikit terkejut melihat ekspresi di wajah keduanya.

Seaneh itukah penolakan ku? aku berpikir keras.

"Ini yayasan punya Ayah, kamu sendiri yang mau daftar disini kemarin, kok tiba-tiba berubah pikiran?" beliau bertanya dengan nada heran.

Aku pun terdiam beberapa saat, lalu entah dengan kesadaran penuh atau tidak, aku langsung menandatangani pendaftaran itu.

"Loh?" aku menjatuhkan bolpoin yang ku pegang, lalu memegang erat pergelangan tangan ku. "Paman, ini gerak sendiri!" aku mengadu padanya, sungguh, aku benar benar tidak melakukan nya.

Ryo tiba tiba membanting dirinya pada sandaran sofa, "Orang gila orang gila" hei, yang dia maksud bukan aku kan? Bapak sialan.

Aku menatapnya cukup lama, dan tiba tiba terbesit sesuatu yang sebenarnya cukup membuatku ragu untuk melakukan nya, tapi di sisi lain aku ingin melindungi Ibu ku, aku ingin mencegahnya untuk bertemu dengan Ryo.

Tapi dengan aku melakukan itu, aku tidak akan lahir.

"Ayo dah beli seragam, kalo lama gua tinggal" lamunan ku seketika buyar, lalu aku pamit pada Pak Hasan, dan pergi menyusul Ryo, aku memang mengisi raga nya, tapi semakin lama aku juga sadar kalau sebagian diri aslinya juga ikut andil mengendalikan di alam bawah sadar.

Aku mana mau pergi bersama Ryo.

"Lo mau kenalan sama temen-temen gua gak nanti di sekolah?" dia bertanya saat kami sudah berada di dalam mobil, bersama satu supir yang mengemudi. "Yang pernah gua tunjukin foto nya" lanjutnya.

"Ohh, Kenan ya?" lagi lagi dia membantuku mengingat.

Ryo mengangguk, "Gua heran, lo beneran langsung suka sama dia gara-gara liat foto doang? gila" dia mendengus tak percaya lalu tertawa renyah.

Jadi.. Karin yang ini juga suka pada Kenan?

Sudah seperti primadona saja dia itu, tapi kuakui memang tampan, oh tapi maaf, sepertinya aku akan lebih mendukung hubungan Ibuku dengan nya.

Aku melihat ke luar jendela, lalu tersenyum miris, hobi sekali membohongi perasaan sendiri, disitu aku mencibir diriku sendiri.

"Sepertinya.. bukan suka" aku spontan mengatakan itu saat merasakan sesuatu dalam hatiku, ini jelas bukan perasaan ku, tapi perasaan nya.

"Gimana?" Ryo menagih penjelasan.

"Ah enggak jadi" dalih ku, ada sesuatu rupanya antara Ia dan Kenan, karena sebuah perasaan benci tiba-tiba muncul di dalam benakku.

——

Percaya tak percaya, aku kembali ke sekolah iblis ini.

Until The End | HEERINA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang