07. Suspect

135 21 3
                                    

Setelah melakukan penyelidikan kesana kemari, di waktu yang tidak sedikit, aku pun akhirnya sadar, kalau aku berpindah tubuh ke seseorang yang ada di masa lalu.

Kenan, seorang pemuda berumur 19 tahun, lahir di Indonesia, Ia tidak memiliki keluarga lagi setelah Ayah nya meninggal dunia, meskipun begitu, beliau juga meninggalkan begitu banyak hartanya untuk Kenan.

Aku dan Kenan sering mengobrol, seperti biasa dia selalu datang semaunya, seperti setan.

Kupikir dia memang sejenis itu.

"Boleh gue pake tabungan lo buat kabur?"

"Rumah gua di indo ada 6, lo ga usah buang buang duit gua"

"Komplotan pak Hasan ga akan tinggal diem meskipun yang lain udah ngebantu nyembunyiin gue Ken, mereka juga bisa mati" ucapku, dengan memelankan kalimat diakhir.

Benar, aku kini menjadi seorang buronan, bukan hanya oleh anggota Organisasi gelap yang Kenan ikuti, tetapi polisi juga sudah mulai mencari nama samaran Kenan yang bocor ke publik, itu semua karena salah satu pelanggan VVIP yang mana merupakan artis membocorkan informasi tentang Kenan setelah Ia ketahuan mengonsumsi barang haram.

Dan sekarang aku berada di salah satu rumah Kenan, dia kaya raya rupanya, tidak heran juga, Ayah nya dulu PNS.

"Gua ga pake nama asli, dicari sampe bengek pun ga akan ketemu yang namanya Taro Sudirman"

Aku tertawa pelan mendengarnya, "Kok bisa kepikiran om?" tanya ku keheranan.

Kenan lalu melipat tangan nya di depan dada, "Gua belum setua itu" protesnya.

"Gak salah kan? kita beda 19 tahun, lo udah tua harusnya di era gue" culas ku menentang argumen nya.

"Lo ga penasaran kenapa gua bisa tau lo dari masa depan?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu seketika membuatku mengambil atensi penuh kepadanya. "Kenapa bisa? gimana?" tanya ku super penasaran.

"Nah itu, ga tau"

PRANGG

Aku peduli? tidak.

Kaca yang pecah berserakan itu aku biarkan saja dan aku memilih untuk menonton televisi.

Kenan bangsat.

Menyebalkan sekali, kalau dia dalam wujud nyata, aku yakin vas yang ku lempar tadi benar benar akan membuat kepala nya bocor saat itu juga.

"Mending liat ortu lo yang lagi bikin lo Rin"

"Ken—oh iya" aku membatalkan omelan ku, jujur aku juga penasaran siapa orang tua ku. "Gue ga tau siapa dan dimana mereka" lanjutku sambil menoleh pada Kenan yang ada di cermin yang lainnya.

"Bego sih"

"Bisa berenti ngejek gue ga sih??"

"Gak bisa, gimana dong?"

"Gue pecahin juga seluruh kaca di rumah lo ini" ancam ku, tapi jawaban dari nya langsung membuatku tertegun.

"Kita ini satu, lo ga akan pernah bisa nyingkirin gua, begitupun sebaliknya"

-----

Pagi kembali menyambut dengan cerah, dan kegiatan harian ku masih sama, setelah sarapan, aku pun menonton televisi.

"Telah ditemukan rumah bandar narkotika di daerah A, diduga ini adalah rumah ininal TS, petugas.."

"Padahal aku mau sekolah, kalo udah kaya gini, apa boleh buat coba?" pasrah ku, lalu tiba tiba telepon rumah Kenan berbunyi, aku sempat takut untuk mengangkatnya, bagaimana jika itu dari Polisi?

Tapi entah kenapa hatiku menyuruhku untuk mengangkat panggilan itu. "Halo?" salamku dengan pelan.

"Lo kemana anjing?! gunanya beli HP buat apa kalo tiap hari di matiin mulu hah?!"

Refleks aku menjauhkan telepon itu dari telingaku, Aiden ini memang sangat cerewet ya. "Hp gue rusak" jelasku, padahal nyatanya sampai saat ini aku belum bisa membuka nya, dan Kenan juga melarangku.

"Belaga miskin"

"Heh Sinden, mending jangan hubungin gue dulu deh, takutnya lo ikut kena masalah"

Tawa kecil terdengar dari sana, "Kita semua udah jadi buronan sejak satu minggu yang lalu, lo–"

"KOK?!"

"Kita lagi nyari tempat, nebeng rumah lo aja Ken, serlok cepet" Datang suara dari Albiru disana, ah sekarang aku akan memanggilnya Abi seperti yang lain.

"HP gue—" belum sempat aku menyelesaikan ucapan ku, panggilan itu langsung dimatikan dengan tidak sopan nya dari sana. "Anjing" umpatku spontan.

"Ken! kasih tau password HP lo, temen temen lo—"

Tubuhku seketika membeku saat mendengar suara sirine dari luar rumah Kenan, "PAK TARO SUDIRMAN!" teriakan bapak bapak dari arah sana membuatku semakin panik.

Aish, sial!

Tanpa pikir panjang, aku pun langsung berlari kesana kemari mencari jalan keluar.

Buntu!

Pikiranku buntu.

Aku membuka lagi ponsel milik Kenan dengan tangan yang gemetar, "Ka-kasih tau sandi HP lo Ken, gue mohon.. " aku melihat ke semua cermin yang ada di rumah itu dengan cemas.

Nihil, Kenan tidak kunjung muncul.

"Kita ini satu! lo harusnya tau situasi gue segawat apa!" bisikku dengan nada keras.

Tring

Satu bubble chat masuk, dan bisa terlihat disana Jericho mengirim pesan pada Kenan.

Nafa lagi hamil sat, lo ga mau serlok alamat rumah lo? gc

Ini jelas bukan sebuah informasi yang membantu ku untuk keluar dari situasi ini.

Tapi..

"S-sheevana.. AKH!" aku langsung menjatuhkan ponsel itu saat satu peluru berhasil menembus kaki ku.

"Angkat tangan!"

Polisi itu berhasil masuk, kesadaran ku masih bisa aku pertahankan, tapi entah kenapa pandangan di depanku mendadak menjadi sangat silau, membuatku tak tahan untuk menutup kedua mata ku.

"Karin! nak!"

Sebentar, suara Ami?

Aku pun langsung membuka kedua mata ku, astaga, ini kan..

Sulit dipercaya, tapi kini aku berada di kamar Panti asuhan ku lagi.

-To be continue-

vote dan komentar akan saya hargai, terima kasih ^^

Until The End | HEERINA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang