21. Still The Same

100 19 13
                                    

"Gue kasian sama lo, sebegitu haus perhatian nya kah? sampe sampe percaya sama orang yang bahkan baru lo temuin hari itu"

A-apa ini? aku tidak menyangka dia mengatakan itu pada ku.

Aku tidak ingat apa yang terjadi sebelum ini, tapi sekarang aku sedang berdiri di hadapan orang orang yang aku kenal, dan yang tadi berbicara itu adalah Ciya, teman baik ku sendiri.

"Kalo ga ada kamu, Zea ga akan meninggal"

Cukup.

Aku membuka kedua mataku, ya, tadi hanya sebuah mimpi ternyata, tapi tetap saja, sakit nya terbawa sampai ke dunia nyata.

Mengingat kembali apa yang sudah terjadi, membuatku terus merutuki diriku sendiri. "Dasar bodoh" aku sampai menjambak rambutku untuk meluapkan kekesalan.

Seketika kegilaan ku terhenti saat mendengar suara dari luar kamar ini, ah iya, aku baru sadar, ini dimana?

"Kamu sadar ga sih tadi itu berbahaya?!"

"Saya masih hidup, jangan berlebihan Na"

"Ken, dia itu bukan siapa-siapa kamu, sadar!"

Aku mendengar keributan itu dalam diam, ternyata Kenan yang menyelamatkan ku, dan sekarang aku yakin aku berada di rumah nya.

Tapi tunggu, aku tiba tiba penasaran siapa perempuan yang berdebat Kenan di luar kamar ini.

Mendengar suara pintu terbuka, aku langsung berpura pura tidur lagi.

"Saya tau kamu udah bangun"

Sial. Mau tidak mau aku membuka mata ku lagi, dan melihat Kenan yang sudah duduk di tepi tempat tidur. "Aku-"

"Makanya, nurut sama saya" Kenan memotong ucapanku, sambil membenarkan selimutku.

Aku langsung mendelik padanya dan kemudian bangun untuk duduk. "Kamu yang nurunin aku ya!" aku membalikan kesalahan padanya, tapi memang itulah kenyataan nya.

Dia menggeser duduknya, menjadi lebih dekat dengan ku. "Kalo kamu ga liat sendiri kejahatan dia, kamu mana percaya?" setelah mengatakan itu, dia tersenyum miring.

"Kamu.. sengaja??" oh lihatlah dia, aku hampir menjadi tawanan! dia serius? ck, yang benar saja!

Kenan menggeleng, "Ga sepenuhnya sengaja, bocah labil kaya kamu, emang harus dikasih pelajaran" ucap nya tanpa beban, membuatku mendengus tak percaya.

Setelah ku perhatikan, ternyata wajah Kenan ada yang tergores, pasti gara-gara menyelamatkan ku kemarin, tangan ku tergerak untuk menyentuh luka yang ada di pipi nya itu. "Apa sakit?" tanya ku khawatir.

"Lebih sakit kalau ditinggal kamu"

Langsung saja aku mendorong pundak nya dengan sekuat tenaga, "Ga lucu tau ga" tukas ku, lalu membuang wajah ku ke samping, oke, sebut saja aku cengeng, terserah.

"Karin" panggilnya dengan suara yang membuatku semakin ingin menangis.

"M-maaf" cicitku kemudian menunduk, "Seharusnya aku percaya sama kamu, maaf Ken, aku-"

Aku sedikit terperanjat saat Kenan tiba tiba memeluk ku, "Saya juga minta maaf karena datang terlambat" ucap nya, aku sedikit terkekeh, lalu ku tumpukan dagu ku di bahu nya.

"Terima kasih, Ken" ucapku dengan tulus, jujur saja, aku merasa aman dan nyaman saat bersamanya.

E-EH?!

Tanpa berpikir, aku langsung mendorong tubuh nya, "Kenapa pake m-meluk segala sih" sial, kenapa aku mendadak gagap begini coba, memalukan.

Lagian, salahnya juga tiba tiba memelukku, aku kan kaget.

Until The End | HEERINA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang