31: Lani Semakin Ngelunjak

10.8K 796 83
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pesan Mommy jangan jadi silent readers dong!!! Vote dan komen juga

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ TAKDIR TERBAIK ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Najla diperjalanan menuju rumah orang tuanya, di siang hari selasa ini, Najla berniat mengunjungi orang tuanya, dan nanti sekalian mampir ke rumah mertua, sedangkan Mayor Adam tidak bisa ikut karena harus tugas ke Sragen, jawa tengah. Disebuah desa terpencil.

Motor yang Najla kendarai berhenti tepat didepan gerbang rumah orang tuanya.

"Pak Malik!, Assalamu'alaikum." Teriak Najla.

"Wa'alaikumussalam sebentar, Neng."

Tak lama pintu gerbang yang semula terkunci kini terbuka sekitar 2 meteran, dengan Pak Malik yang membukanya, lelaki mendekati tua itu tersenyum kepada Najla.

"Eh Neng Najla, sehat Neng?." Basa-Basi Pak Malik.

"Sehat Alhamdulillah." Jawab Najla.

"Yaudah kalau begitu." Pak malik berniat menutup gerbang kembali, membuat Najla tercengang.

"Eehh Pak Malik, kenapa ditutup?." Cegah Najla.

"Bercanda Neng, silahkan masuk." Pak malik terkekeh lalu membuka gerbang kembali.

"Pak Malik tolong nanti bawain motor saya ke dalam ya?."

"Iya Neng." Pak Malik membawa motor Najla ke dalam

"Najla." Panggil seseorang membuat Najla menoleh.

Dahi perempuan muda itu mengernyit, "Tante Lani?."

"Saya mau bicara boleh?." Najla dibuat bingung dengan sifat Lani, wanita itu berucap dengan lembut, tidak biasanya seperti ini. Ditambah pakaian yang wanita itu kenakan, sebuah gamis dan kerudung. Kalau memang Lani berniat hijrah Najla sangat bersyukur.

"Boleh." Jawab Najla ragu.

"Mau ngobrol dimana?." Tanya Najla, sebenarnya perasaan tak enak sekarang, tapi ia tidak boleh berburuk sangka dulu.

"Di rumah kamu aja boleh?." Najla mengangguk lalu mengajak Lani masuk ke dalam setelahnya ia mempersilahkan Lani untuk duduk di kursi yang ada di teras rumah orang tuanya.

"Duduk Tante." Dengan hati setengah dongkol karena Najla memanggilnya Tante, ia pun duduk di kursi.

"Jadi apa yang mau dibicarain?." Tanya Najla.

Bukannya langsung menjawab, Lani justru terisak lirih membuat Najla tercengang.

"Eehh Tante jangan nangis dong, saya gak punya balon." Najla menghibur.

"Najla."

Dengan sabar, Najla menjawab walaupun hatinya gondok. "Iya kenapa?."

"Saya janda." Tanpa diberi tahu pun, Najla sudah mengetahui.

"Saya tau." Najla menjawab enteng.

"Saya punya anak untuk dibiayai." Ucap Lani lagi.

"Itu kewajiban Tante." Lani berusaha sabar mendengar balasan dari anak ingusan disampingnya.

"Saya baru memulai hijrah."

"Bagus kalau begitu, mudah-mudahan istiqomah."

"Saya ingin dibimbing."

"Ruang guru aja kalau mau dibimbing."

"Saya ingin dibimbing sama suami kamu, izinkan saya untuk jadi madu kamu." Ucap Lani terisak dramatis, seakan Najla yang jahat disini.

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang