14

30 3 5
                                    

LAPANGAN sekolah itu ramai dengan sorak parau para murid, matahari tepat berada di atas kepala, teriknya menyengat kulit. Hari ini SMA Taruna Negara mengadakan pelajaran olahraga, teruntuk seluruh para murid kelas 12 A.

Hal paling membangakan bagi tiap murid di SMA Taruna Negara tak lain adalah pelajaran jasmani. Sebab akademik di SMA ini terbilang kelas atas, untuk terus belajar dan belajar jelas membuat kapasitas otak mereka meledak kapanpun. Jadi olahraga merupakan salah satu cara refreshing yang baik.

Kendati demikian bagi Alin ini boleh jadi hal paling memuakkan. Beraktivitas diluar ruangan terutama pada saat terik matahari yang menyengat membuat tubuhnya lemah.

Jika 200 meter adalah jarak lari maksimal untuk melilingi satu lapangan, maka Alin akan tepar saat itu juga. Hanya kuat satu putaran.

Lihatlah! Badannya sempoyongan dan sangat lemas, kakinya sudah tak kuasa lagi untuk berjalan. Tremor tak berkesudahan menyerangnya. Saat para murid lain bersemangat mengelilingi lapangan, ia lemas bukan main.

Alin itu terkenal dengan kepintaranya, tidak dengan kekuatan fisik. Ia sekilas tampak seperti orang yang tidak menjaga tubuh, orang nolep. Rambutnya hitam acak-acakan, kacamata bulat terpasang di wajah, kelopak mata hitam bak panda. Aura yang ia pancarkan terasa negatif, bahkan kerap kali ia disalah sangkakan sebagai kuntilanak. Atau bahkan hawa keberadaan yang setipis tisu nyaris membuat dia tidak disadarkan oleh orang-orang.

Sialan napas Alin makin berantakan. Sesak di dadanya kini tak bisa dikendalikan lagi, si gadis yakin beberapa langkah lagi ia akan tiada.

Dan detik kemudian, tak kuasa lagi berjalan. Ia terjungkal, jatuh sebab menginjak tali sepatu sendiri—yang tidak ditali—ia terkapar di lapangan dengan menyedihkan.

Sejenak aktivitas lapangan berhenti, sorot perhatian beralih ke Alin. Tawa mereka pecah, ini bukan pertama kali Alin jatuh di lapangan. Seorang yang sudah bersekolah kurang lebih tiga tahun sudah banyak peristiwa yang Alin alami. Jatuh dilapangan kali sudah jadi makan kesehariannya.

"Alin, hati-hati dong kalau jalan."

"Dasar kamu benar-benar ceroboh."

Seperti yang orang bilang. Selain pintar ia terkenal akan tingkah ceroboh. Level ceroboh yang dia alami sudah bukan seperti biasa. Nyaris mengancam nyawa.

Pertama, ia pernah berlari menyeberang jalan tanpa melihat ke kanan dan kiri. Sebuah motor hampir menabraknya, beruntung si pengendara berhasil mengerem tepat waktu. Alhasil ia mendapatkan cacian maki oleh pengendara tersebut.

Kedua, ia pernah tidak sengaja terkunci di ruang penyimpanan sekolah yang terletak di basement. Tidak ada sinyal di ruangan itu, dan Alin terjebak selama beberapa jam sebelum akhirnya ditemukan oleh petugas kebersihan

ketiga, saat insiden kebakaran Sekolah. Ia nyaris jadi abu gosong sebab tertidur di UKS. Beruntung seseorang membangunkan sebelum api menyebar parah.

Dan sekarang terjatuh di lapangan. Jadi bahan tawa pula.

Sial! setelah semua yang ia alami. Alin cuma bisa tersenyum, tertawa bagaikan orang kesurupan demit.

"Woi, Alin kumat lagi."

"Siapapun panggil pak guru!"

*

Tidak ada yang lebih mengenaskan dibandingkan kau dikira kelainan jiwa oleh orang-orang, kembali ke beberapa menit sebelumnya.

Efek ketawa dari Alin terlalu tinggi. Ia dikira kerasukan setan kala itu. Murid yang panik pun mengundang Pak Mul—guru Agama. Ia dibacakan ayat-ayat kursi dan pada akhirnya ia dipindahkan ke ruang UKS. Untuk mengistirahatkan diri.

Jejak Investigasi Edan RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang