BAB 12 : PERJODOHAN

6 1 0
                                    

Lima hari kemudian, setelah keributan antara Nathan dan Agares. Queenzha benar benar  aman, tidak ada kekerasan yang Agares lakukan. Mungkin dia sadar kalo Nathan itu adalah orang yang paling bahaya jika tengah marah. Tapi sebenarnya, cowok itu tidak tahu seperti apa marah besar itu.

Langkah kaki nya turun dari anak tangga, sambil memakan chiki yang ia bawa di genggamannya. Nathan terlalu keasikan memakan cemilan yang dia bawa. Tanpa melihat siapa yang sekarang tengah berkumpul di ruang tamu.

"Nathan,"

Tangan kanan yang mau memakan kepingan kentang terakhir dari chikinya, itu terhenti. Nathan terdiam sejenak, saat telinganya mendengar suara yang tidak asing. Itu seperti suara ayah kandung nya.

"Buang lah chiki mu, sudah habis kan?" Aksa_Papa tiri Nathan berdiri dari tempat duduknya.

Nathan menengadahkan pandangannya, tanganya lalu melirik ke arah tong sampah. Tidak ada jawaban, nathan langsung membuang cemilannya yang sudah habis.

"Kemarilah," kata Bunda Nathan ramah.

Nathan mengangguk, menuruti kemauan Bundanya. Cowok itu sedikit bingung dengan kedatangan Ayah kandung dan istri barunya. Karena tidak tau harus berbicara apa, cowok itu memilih untuk duduk di antara Papa tirinya dan Bunda nya.

"Ada apa?" tanya Nathan.

Ayah kandung Nathan tersenyum di tempat nya.

"Kita tunggu, tamunya."

Nathan lantas mengerutkan halisnya dalam. Malam malam begini, harusnya ia tidur nyenyak, tapi karena ada hal yang penting katanya. Nathan terpaksa untuk tidak tidur lebih awal.

"Ada apa Bunda, apa ada sesuatu?" bisik Nathan kepada Wanita itu.

Bunda nya tersenyum kecil, ia sedikit tertawa, gemas melihat Nathan yang kebingungan.

"Kamu akan senang, ini hadiah paling besar," balas Bundanya. Kecil.

Nathan lagi lagi hanya bisa terdiam, dengan wajah bingungnya, beberapa detik kemudian. Langkah kaki yang terdengar banyak itu, memasuki ruang tamu. Di antar oleh asisten rumah dari keluarga ini.

Mata Nathan terangkat ke atas. Di sana juga jantungnya mendadak lepas dari tempat nya. Perut nya terasa banyak sekali kupu kupu. Percayalah Nathan mati matian menahan diri untuk tidak menjerit saat melihat siapa yang datang malam ini.

"Maaf, membuat kalian menunggu lama,"

Seluruh anggota keluarga berdiri, guna menyambut kedatangan tamu mereka. Tidak lama kemudian, semuanya kembali duduk dan sedikit berbincang bincang hal random. Sebelum berbicara ke inti topik yang akan mereka bawa nanti.

Suasana di ruang tamu saat itu, benar benar campur aduk. Nathan yang terlihat bahagia dan masih bingung, dan Queenzha, yang terlihat seperti seseorang yang ketakutan. Nathan tidak tau apa yang cewek itu takuti. Tapi jujur, hati Nathan yang berbunga bunga itu hilang. Queenzha terlihat tidak bahagia.

Selang beberapa menit kemudian, ayahnya nathan berdeham kecil, dan tentu itu membuat mereka saling mengangguk. Paham jika sudah waktunya membahas hal yang sudah lama mereka simpan.

"Jadi Nathan, kedatangan ayah ke rumah ini. Untuk menjodohkan kamu, sama Queenzha."

Deg!

Nathan membisu dan Queenzha semakin mengertkan kepalan tanganya. Apa ini tidak terlalu cepat, mereka masih bocah yang tidak tau apa apa, soal berumah tangga. Dan tentu sebuah pernikahan muda itu sangat tidak di anjurkan.

"Ini sebenarnya, kemuan kakek-kakek kalian, mereka ingin sekali cucu nya hidup bersama."

Penjelasan singkat itu, membuat Queenzha tidak bisa menahan air matanya. Entah apa yang terjadi, rasanya Queenzha ingin menangis di tempat itu.

Nathan yang menyadari itupun, hanya bisa diam saja. Rasa senang nya yang membara tiba tiba padam dan hilang.

"Yah, apa ini terlalu kecepatan. Kenapa ayah setuju soal perjodohan, dan tentu, gak semua orang setuju kalo di jodohin, ayah tau itu, maaf."

Ayah Nathan tersenyum.

"Nathan, ini sebuah amanat. Kita tidak berani untuk melanggar amanat dari kakek kalian."

Queenzha menoleh ke samping, tepat di mana ayah cewek itu duduk. Pria itu lalu menoleh ke arah putrinya. Gengggaman tangan yang begitu erat, seakan memberi tau, bahwa jika dia menolak. Dia dalam bahaya.

"Kita masih terlalu kecil, untuk di jodohkan," komentar Queenzha. Akhirnya bersuara.

"Kalian bisa berdiskusi soal ini, dan kita berharap kalian setuju, dengan perjodohan ini."

Begitu kata Ayah Nathan, yang lalu di angguki oleh Rio Ayahnya Queenzha.

Mimpi paling indah dan buruk, mungkin itu yang bisa Nathan simpulan, dari perasaan dirinya sendiri  dan Queenzha. Lidah Nathan terasa ingin kembali bersuara, tetapi Queenzha menatapnya begitu tajam, seolah memberi tau jika lebih baik diam.

"Kasih waktu, satu minggu," tuntas Nathan  tidak mau di bantah.

NATHANISKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang