BAB 21 : pulang

9 1 0
                                    

Suara roda terdengar ngilu menggema di setiap lorong rumah sakit. Sebagian orang yang berlalu lalang mencuri pandangan mereka ke arah tiga brankar yang tengah di dorong kuat kuat oleh dokter, terlihat darah segar dari salah satu pasien yang mereka bawa mengucur dengan deras, menghiasi setiap langkah kaki dokter dan suster yang membawa nya.

Bumi tersenyum samar samar, tangan pucat itu memegang kecil tangan keriput seorang dokter yang begitu khawatir. Banyak keringat dingin yang membasahi keningnya. Ia terlihat kelelahan.

"Bawa ketiganya ke UGD!" interupsi dari dokter itu di angguki oleh para suster.

"Ayah, bumi pulang,"

Hanya satu kata yang mampu terucap di bibir itu, Queenzha yang terlelap pun bisa mendengarnya, ia tidak tuli dengan apa yang baru saja Bumi katakan, meski jarak mereka cukup jauh. Dokter tua itu adalah Ayah nya Bumi, pria gagah yang tidak pernah sama sekali Bumi tahu seperti apa bentuk rupanya. Di tempat lain, air mata Queenzha menetes. Apa ini adalah akhir dari segalanya, apa ini adalah akhir dari cinta nya bersama Nathan. Bagaimana jika cowok itu tau, apa kisah nya memang sesingkat itu.

Terdengar pintu di tutup rapat, hawa dingin dari AC mulai menyelimuti badan mereka bertiga. Satu menit kemudian suara berisik mulai memasuki ruangan itu, mungkin para suster dan dokter yang akan memeriksa mereka.

"Dokter, detak jantung ketiganya lemah. Mereka juga kehabisan darah,"

Hal konyol yang Bumi lakukan, adalah bunuh diri. Apa iya, ini layak di sebut bunuh diri berkedok kecelakan tunggal, mungkin iya, tapi itupun tidak tau. Bumi merasa bersalah akan ini, tapi ia pun tidak mau Affa entah Queenzha terluka di tangan Agares. Dan Bumi berani mati di tangan Nathan jika Tuhan masih memberinya kesempatan.

✰✰✰

Sebuah gelas kaca itu pecah dari tempat nya, kaca yang sempurna kini hancur lebur bak bubur. Reyna terdiam di tempatnya dengan debaran jantung yang tidak normal, kepala wanita itu tiba tiba pusing, hatinya tiba tiba merasa gelisah. Pikiran buruk tentang Queenzha mulai berkobaran di atas kepalanya. Satu detik kemudian dering ponsel wanita itu berbunyi. Karena yakin itu berhubungan dengan Queenzha, dengan cepat ia mengangkatnya.

"Halo, dengan keluarganya Queenzha?" tanya seseorang dari sana.

Kerutan di kening Reyna semakin kentara. Rasa paniknya sudah tidak bisa di bendung lagi.

"Iya, dengan saya ibunda nya Queenzha, ada apa? " balasnya.

"Kami dari pihak rumah sakit, ingin  memberi tahu bahwa Anak anda ada di rumah sakit,"

Telepon itu jatuh dari tangan nya dengan mulus. Reyna menduduki tubuhnya ke lantai dengan lemas. Ia sungguh sangat tidak percaya jika Queenzha ada di rumah sakit.

"Mamah, ada apa?" tanya Rio, ayahnya Queenzha. Dia kaget saat melihat istrinya seperti orang hilang arah.

"Tadi pihak rumah sakit nelepon, katanya Queenzha masuk rumah sakit yah," jelas Reyna dengan air mata yang sudah menetes. Membasahi pipinya.

"Mau kesana?"

"Iya yah, aku mau denger keadaan Queenzha," kata Reyna. Tanpa penolakan dari Rio.

✰✰✰

Satu jam berlalu, mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Di sama sudah ada keluarganya Bumi dan Affa yang menunggu di depan ruangan UGD. Wajah mereka terlihat sedih, seolah mengatakan bahwa belum ada kabar soal Bumi, Affa ataupun Queenzha. Mereka bertiga masih dalam pemeriksaan.

"Tolong maaf kan Bumi, Reyna," ucap Mamah nya Bumi.

Reyna mengerut tidak paham.

"Yang membuat Queenzha dan Affa masuk rumah sakit, adalah anak saya, dia tidak sengaja menabrak kan mobilnya. Karena waktu itu mereka lagi di kejar anak geng motor, ban mobil Bumi pun ada yang berhasil di tembak,"

NATHANISKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang