BAB 16 : sepotong moment

7 2 0
                                    

Adakah cinta yang sudah lama pergi, tiba tiba saja datang kembali. Adakah cinta itu bisa menetap lagi di hati seseorang. Sejak pulang dari sekolah Queenzha hanya bisa diam. Melamun di balkon kamar nya dengan pikirkan yang entah kemana. Mendengar jika tunangan mereka akan di lakukan saat liburan semester satu. Itu membuat Queenzha belum siap, belum siap apapun. Dia hanya anak kecil yang belum memiliki emosional yang baik.

"Queenzha,"

Queenzha menoleh ke arah ambang pintu, di sana sang mama terlihat dengan senyuman manisnya. Wanita itu lalu berjalan menghampiri Queenzha, tidak lupa dengan secangkir teh hangat yang ia letakkan di atas nakas di hadapan Queenzha.

"Kamu mau cerita?" tawar sang Mamah, yang langsung mendapatkan pelukan dari putrinya.

"Aku gak bisa mah, aku masih ada rasa sama Agares. Aku gak bisa," ungkap Queenzha. Berkata jujur.

"Dan aku gak mau tunangan nya secepet itu, apa gak bisa di undur mah," tambah Queenzha. Suara nya mengecil sampai isak tangis pun terdengar.

Rasa nya sangat sakit, jika ada seseorang yang masih belum selesai dengan cinta nya, di paksa untuk terikat dalam sebuah perjodohan. Satu hal yang sebagian orang membenci itu.

"Aku belum bisa, nerima Nathan lagi mah,"

Mamah hanya mengangguk kecil, ia tersenyum sambil mengelus hangat punggung putrinya.

"Sayang mamah paham ini sangat sulit buat kamu, tapi kamu tau, ini kemauan ayah kamu nak. Mamah juga gak bisa apa apa, tapi kalo kamu ingin berhenti, hari ini pun mamah temani, gak ada yang salah, kalo kamu bener bener tidak setuju, kamu boleh menolaknya, mamah ada di pihak kamu Queenzha."

Pelukan dari Queenzha semakin mengerat, air matanya kian deras di pelukan sang ibu, jika Queenzha berani melakukan itu apa yang akan terjadi, apa ayah nya akan kecewa kepadanya, apa dia tidak akan pernah di anggap lagi. Apa sampai segitu nya.

"Ayah baik, mungkin ini juga yang terbaik buat kamu," bisik mamah Queenzha. Tepat di depan telinganya.

"Apa mamah sama ayah juga di jodohkan?" Pertanyaan itu berhasil membuat Sang Mamah tertawa kecil.

"Kamu tau, kita orang asing yang tidak pernah bertemu sama sekali. Saling kenal di medsos pun tidak. Mamah sama ayah kamu, bertemu saat kita sudah mau menikah. Dalam ikatan perjodohan yang tidak ada cinta sama sekali, di sana kita belajar, belajar untuk menumbuhkan rasa cinta itu. Sampai kamu datang, kami baru bisa saling mencintai,"

Queenzha terdiam sejenak. Mendengar cerita singkat itu, seberapa lama mereka menemukan cinta tulus itu. Seberapa lama mereka merasa Canggung yang luar biasa, queenzha tidak bisa membayangkannya, jika dulu orang tuanya adalah orang asing. Yang di pertemukan dalam ikatan serius, yang memaksa mereka untuk saling bertemu setiap hari. Mencoba mencari topik agar tidak kaku. Jujur Queenzha sangat kagum mendengar perjuangan mereka. Dalam hal itu.

"Queenzha, mamah ga pengen apa apa dari kamu. Mamah cuman mau kamu bahagia, bahagia dengan segala hal yang kamu miliki, termasuk lelaki yang menjadi kekasih kamu."

Queenzha Melepas pelukanya, ia tersenyum manis ke hadapan sang mamah, hati nya sudah membaik saat wanita itu duduk bersamanya. Sore hari ini, langit sudah terlihat cantik. Senja hadir membahas suasana hangat yang begitu menenangkan hati.

Sampai tak sadar. Sudut bibir Queenzha tersenyum, saat ingatannya berputar ke masa, pertama kali dia mengenal nama Nathan yang terdengar unik.

"Nama gue, nathaniel haellio anigbrata, bagus kan. Udah kayak orang luar negri aja," ucap seorang  cowok, yang menyadarkan punggung nya ke tiang halte bus.

"Nama lo aneh, panjang lagi," balas seorang cewek yang duduk di halte bus. Tanpa mau menoleh ke arah samping.

"Nama gue itu paling cakep, kayak orang nya,"

"Geer banget lo, udah gak penting,"

"Penting kok, penting untuk di ingat,"

"Iyain."

"Harus di iyain sih, biar gak sakit hati,"

"Cowok gila,"

Queenzha tertawa diam diam. Melihat bagaimana ending dari perkenalan itu. Mereka tiba tiba terjebak hujan selama satu jam, bus pun tidak kunjung lewat yang alhasil membuat keduanya terpaksa menerabas derasnya hujan saat itu. Queenzha ingat sekali, bagaimana ia menghafal nama rumit itu setiap kali mereka bertemu. Memang terasa menyebalkan, tapi entah kenapa Queenzha selalu menyukai moment itu. Dan dia terlalu gengsi untuk jujur jika dia sangat rindu, rindu di mana pertama kali mereka bertemu, dan pertama kali Queenzha mendengar nama aneh yang sangat panjang.

NATHANISKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang