BAB 15 : Amarah dan pengkhianatan

8 1 0
                                    

"Apa yang bikin Queenzha minta putus sama gue, lo tau sesuatu, Jawab!"

Mata merah yang melotot itu tampak begitu mengerikan, apa lagi saat urat urat di leher nya saling bermunculan. Agares sudah terlihat seperti naga api yang tengah marah hari ini. Setelah Queenzha menghampiri nya dan langsung meminta, putus kepada Agares, tentu membuat cowok itu marah, ia tidak bisa tinggal diam. Ada sesuatu yang Queenzha sembunyikan di balik semua tindakannya tadi pagi di kantin. Dan sesuatu itu mungkin sangat besar, Agares harus tau.

Orang yang baru saja Agares minta untuk bertemu dengan nya di rooftop sekolah hanya diam saja, ia tidak mungkin berbicara jujur soal perjodohan Queenzha dan Nathan. Tapi melihat bagaimana Agares yang menahan emosinya itu mau tidak mau, ia harus mengatakan nya.

"Queenzha dan Nathan di jodohin,"

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi sang empu. Rahang Agares semakin mengeras, di detik itu juga ia menarik kuat kerah baju cowok itu menatapnya dengan tajam dan bengis.

"Jangan bikin gue pengen bunuh lo," ancam Agares, terdengar seperti bisikan.

"Gue gak bohong, semalem gue liat perjodohan mereka. Dan Nathan setuju soal perjodohan nya," tutur nya, kembali mendapatkan bogeman mentah dari Agares.

"Lo tau, gue suka sama Queenzha dari dulu, dan dengan senang hati nya dia malah rebut Queenzha lagi. Kali ini dengan cara yang bikin gue murka!" papar Agares menekan setiap kalimatnya.

"Segitunya lo, pengen dapetin Queenzha," komentar nya.

"Gue pengen perjodohan itu batal," celetuknya.

"Lo gila, perjodohan itu gak akan batal,"

Agares melirik tajam ke arah sosok itu, belati kecil ia todongkang ke hadapan wajah nya.

"Gue bisa batalin perjodohan nya," ucap Agares dingin.

"Jangan bikin ulah lagi, jangan lukain Queenzha lagi, Agares!"

Agares memiringkan kepala nya ke samping, tersenyum lebar sambil melotot tajam.

"Lo pikir gue suka, sama perjodohan nya, GAK. DAN GUE BAKAL LAKUIN APAPUN YANG GUE MAU," bentak Agares tepat di depan wajah cowok itu.

"Lo jangan gegabah Agares," balas cowok itu sedikit tajam.

"Kenapa, lo suka sama Queenzha, lo juga suka sama Queenzha, iyakan?"

Keduanya sama sama terdiam dengan tatapan yang siap membunuh satu salam lain, kepalan di tangan Agares menguat dengan deru nafas yang terdengar berat.

"Apa yang bakal lo lakuin?" tanyanya.

"Bikin salah satu dari mereka mati. Maka perjodohan nya, tentu akan di batalkan,"

"Lo gila? Jangan jadi gini, cuman lo pengen dapetin Queenzha. Queenzha benci pembunuh,"

Agares tersenyum licik di tempatnya, semilir angin di atap sekolah menerpa wajah tampan nya itu.

"Dan lo harus tau, kalo Nathan. Itu anak kandung dari Ayah Raka,"

Senyuman itu luntur kala mendengar nama seseorang, yang ternyata adalah nama ayah kandung dari seorang Nathan.

"Lo jangan bohong, ayah raka gak punya anak," elak Agares.

"Gue gak pernah bohong, Ayah raka punya putra satu, dan dia adalah Nathan. Yang artinya dia saudara kita, Agares," jelas Bumi dengan suara dingin.

Agares mati kutu di tempat nya, cowok itu mengusap wajahnya kasar, merasa tidak percaya dengan sebuah fakta yang baru saja ia dengar. Emosinya semakin bergejolak, satu detik kemudian tangan Agares kembali melayangkan pukulan ke wajah Bumi. Pukulan yang terasa sangat kuat dari pukulan yang pertama.

Dari arah jauh, Nathan melihat keributan antara Bumi dan Agares. Cowok itu menatap tajam Bumi yang tengah di siksa habis habisan oleh Agares.

"Bum, kenapa harus lo?" kata Nathan kecil.

✰✰✰

Bumi berjalan menghampiri lapangan basket, dengan nampan berisi bakso yang terlihat segar, cowok itu tersenyum saat melihat teman teman nya asik latihan. Namun, satu detik saat Bumi akan memanggil mereka, sebuah bogeman mentah kembali menghantam wajah nya. Pukulan yang begitu terasa gilu sampai rasanya seluruh gigi Bumi rontok di tempatnya. Belum sampai di sana, kerah baju Bumi di tarik kuat oleh Cleon. Lalu di banting ke bawah membuat bakso dan baju Bumi bersatu. Pukulan tendangan melayang secara bersamaan menghantam tubuh  Bumi, yang belum siap menerima serangan, cowok itupun terlihat kewalahan untuk membalas pukulan Cleon yang terlihat membabi buta.

"KENAPA LO JADI GINI BUM! KENAPA LO KHIANATIN KITA, KENAPA LO SEJAHAT INI BUMI KENAPA!" teriak Cleon tajam, tangannya kini mencekik leher Bumi kuat kuat.

"Kenapa lo gak bilang, kenapa lo gak bilang kalo lo sodara Agares! Kenapa lo cuman diem kayak orang bego selama ini hah! LO NGEBOHONGIN KITA SEMUA, LO NGANGGEP KALO KITA ITU BODOH BUM, JAWAB BUMI!" Cleon semakin mengeratkan kedua tangan yang mencekik leher Bumi yang terjatuh ke bawah lapangan.

"LO JAHAT BUM, LO JAHAT, GUE BENCI LO. GUE BENCI PENGKHIANAT BUM!" tangan Cleon kembali memukul wajah Bumi.

Bumi yang masih kaget melihat amarah Cleon hanya bisa diam, ia sadar dengan apa yang dia lakukan, tapi Bumi tidak pernah sama sekali mengkhianati mereka, Bumi tidak pernah berpikir soal itu.

"Dengan lo yang adiknya Agares. Tanpa sadar lo jadi mata mata di tim ini bum, NGAKU LO IYAKAN!" Cleon kembali berteriak. Sampai akhirnya Andra menarik cowok itu untuk membiarkan Bumi berdiri dan bernafas dengan tenang.

"Kenapa lo gak bilang bum?" tanya Keyvano, suara dingin cowok itu bahkan terdengar mengerikan dari suara Agares barusan.

Bumi berdiri dari tempat ia jatuh, cowok itu menatap satu persatu orang yang berdiri di depannya.

"Gue pengen jujur, tapi bukan sekarang. Gue emang adik nya Agares, tapi gue gak ada niatan jadi pengkhianat," jelas Bumi yang tak di dengar indah oleh telinga mereka.

"Lo tau, Agares itu orang jahat, mau lo gak Bermaksud jadi pengkhianat, tapi tetep aja, lo adik nya Bumi!" ungkap Andra. Sedikit membentak.

Bumi menunduk kecil, tanganya mengepal kuat kuat. Ia ingin sekali membunuh Agares jika cowok itu ada di depanya sekarang.

"Gue kecewa sama lo bum,"  ucap Keyvano tegas.

Nathan masih setia duduk di tempat nya, sambil memainkan bola basket, cowok itu sesekali melihat kedepan. Ke tempat di mana Bumi tengah di marahi habis habisan oleh teman teman ya. Tidak lama kemudian, nathan berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan ke arah Bumi, dengan bola basket yang sengaja di lempar ke arah wajah cowok itu.

"Bum, ayah gue pembohong hebat. Cocok buat kalian, yang sama sama pembohong," ungkap Nathan. Dengan tatapan yang begitu dingin.

"Tadi malem, lo ada di rumah gue?" tanya Nathan dan Bumi mengangguk kecil.

Nathan tersenyum lalu mengangguk. Kapten basket itu kemudian menepuk kecil pundak Bumi.

"Kecewa gue udah di ujung batas. Dan lo bener bener nunjukin sisi lain dari diri lo, pilih Bum,"

Bumi menatap ke arah Nathan berdiri, cowok itu terlihat tenang. Saat semuanya marah dan benci, Nathan  orang yang begitu tenang. Tenang yang begitu mengerikan.

"Keluar sendiri  tanpa label pengkhianat, bertahan sebagai pecundang atau di keluarkan  dengan label pengkhianat."

Begitu kalimat terakhir yang Bumi dengar saat jam istirahat selesai. Nathan pergi jauh dari pandangannya, begitu dengan yang lain. Bumi hanya bisa diam di tempat, dengan segala rasa yang campur aduk. Ia benci dan ia sangat marah.

"Gue, pengkhianat. Maaf Nath, maafin gue," kata Bumi. Saat lapangan sudah sangat sepi dan hanya ada dirinya seorang.

NATHANISKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang