BAB 13 : Diskusi.

7 1 0
                                        

"Gimana, lo setuju soal perjodohan nya?"

Itu pertanyaan yang keluar dari mulut Queenzha, saat keduanya berada di taman samping rumah Nathan. Untuk berdiskusi soal rencana perjodohan, yang terdengar tidak wajar. Mereka sangat terlalu dini untuk memulai sebuah kehidupan, yang serius.

Nathan duduk, sambil memberikan minuman ke arah Queenzha.

"Kalo lo setuju gue juga setuju,"

Queenzha refleks tertawa, cewek itu menggeleng kecil setelahnya, ia mengusap wajah nya kasar.

"Gue jelas gak mau, karena perjodohan ini, dengan tanpa sadar. Ayah gue pengen gue putus sama Agares."

Merasa geli mendengarnya, nathan memilih diam saja, sambil melihat rumput hijau yang ia tinjaki. Pikiran cowok itu  mulai bercabang kemana mana. Berisik dan membuat nya tidak bisa fokus.

"Nath, lo bahagia kan, atas perjodohan ini. Gue tau, karena cuman lo yang begitu berharap, kalo kita bakal bisa kembali, kayak dulu lagi."

Nathan menoleh ke arah Queenzha. Tanpa ragu cowok itu mengangguk.

"Gue bahagia, dengan ini gue bakal nunjukin siapa yang berhak jadi pendamping hidup lo," urai nya tegas.

"Lo setuju?" tanya Queenzha ragu.

"Apa yang lo takutin, kalo semisalnya lo juga setuju?"

Seperti ada sesuatu yang di paksa untuk di telan kuat kuat oleh Queenzha. Tidak peduli meski ia akan mati sekalipun, benda di dalam sana harus ia telan untuk bisa sampai ke lambung.

"Tapi perjodohan ini, kemauan kakek kita," tambah Nathan.

"Gue gak mau ada perjanjian."

Halis Nathan mengerut dalam dalam, menatap wajah dingin Queenzha, dengan tatapan tidak paham.

"Perjodohan ini masih berlangsung, selama satu minggu. Setuju atau tidak nya, itu di tentukan sama kedua belah pihak. Dan kita bakal lihat, mana yang lebih dulu tumbang."

"Jika ada yang tumbang?"

"Perjodohan nya batal."

"Gak salah?"

Queenzha mengggeleng. "Gue gak salah, Kita punya hak untuk nolak, dan kita juga punya pilihan," jelas cewek itu.

Nathan tersenyum sedikit kecut. Cowok itu meremas kuat kuat kerikil kecil yang ia ambil dari tanah. Apa mungkin setelah ini dia akan benar benar berjuang untuk tidak tumbang. Demi mempertahankan perjodohan nya.

"Queenzha,"

Queenzha menoleh ke arah Nathan.

"Kalo misalnya, di antara kita ada yang tumbang, tapi pada akhirnya, kita tetep bersama. Apa perjodohan nya bakal lo setujui?"

"Mungkin begitu. Gak ada yang tahu, takdir Tuhan terkadang memang semengejutkan itu. Tapi mari kita lihat,"

"Lo takut sama Agares?"

Queenzha terdiam cukup lama di sana, jari jari tanganya kembali meremas ujung baju nya. Merasakan rasa takut yang kembali hadir ke dalam hati nya. Queenzha tidak akan pernah tau, apa yang akan terjadi jika Agares mendengar kabar ini. Kabar bahwa dirinya dan Nathan sudah kembali terikat dalam ikatan perjodohan. Yang kemungkinan tidak akan bisa terputus kan.

Nathan yang masih setia diam di tempat, menunggu balasan dari Queenzha yang terlihat gelisah. Ingin sekali tangan nya menarik tubuh itu ke dalam pelukan nya, tapi Nathan tidak bisa melakukan nya. Tidak akan bisa.

"Jangan takut, ada gue."

Kepala yang menunduk sejenak itu, kini menoleh kembali ke arah Nathan duduk. Masih dengan tatapan dingin nya Queenzha sedikit tersenyum di sana.

"Gue gak suka lo ikut campur Nath," balas Queenzha dingin.

"Gue berhak ikut campur, karena hari ini, gue resmi kembali jadi milik lo," celetuk Nathan santai. Sambil tersenyum lebar.

Tatapan Queenzha semakin datar. Cewek itu sedikit memukuli pundak Nathan.

"Perjodohan nya belum di setujui, dan gue bukan milik lo," katanya.

"Gue setuju, itu artinya lo milik gue. Udah diem jangan bawel,"

"Sialan banget,"

Nathan hanya tertawa, saat melihat wajah Queenzha menekuk marah. Cewek itu memalingkan wajah nya dari Nathan.

"Lucu ya, es batu nya ngambek," ledek cowok itu, diringi dengan tawanya.

Kaki Queenzha  dengan cepat mengijak sapatu Nathan, melampiaskan amarahnya ke benda itu. Lalu ia berdiri dari tempat duduk dan pergi meninggalkan Nathan yang kesakitan karena di injak oleh heels yang begitu tajam.

"Gila sakit bangett," rintih Nathan, sebelum berdiri dari tempat duduknya.

Punggung Queenzha memghilang dalam sejenak, lalu tidak butuh waktu yang lama. Mata Nathan kembali terhenti kepada sosok lelaki seusianya berjalan bersama Ayah kandungnya. Cahaya lampu  yang bersinar terlalu terang itu membuat Nathan harus menyempitkan pandangannya guna memperjelas siapa yang tengah berjalan bersama ayahnya.

"Itu Bumi,"

NATHANISKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang