Dunia Orion

1 0 0
                                    

Sepertinya, mimpi semalam mampu menaikkan mood Orion pagi itu−mimpi berkencan dengan Rigel yang entah kapan bisa terwujud secara nyata. Meskipun begitu, senyum tak lepas dari sudut bibirnya meskipun tampak lebam akibat pertandingan boxing semalam. Mata hazel itu menelisik tiap sudut dapur, kemudian memeluk kucing persia abu yang masih tidur malas di atas meja makan.

"Morning, Yoshi," sapanya sambil terkekeh melihat komok Yoshi.

Yoshi mengeong lirih ketika dipindah sang tuan ke sofa. Orion beranjak membuka kulkas untuk mengambil sandwich cokelat yang iseng dibuatnya semalam ketika baru pulang, kemudian meraih buku farmasi− farmakologi− setebal KBBI dari atas laci dan membawanya ke ruang tamu.

Laki-laki dengan buku farmakologi berbahasa inggris di tangan duduk manis di ruang tamu apartemennya. Libur sekolah membuatnya memiliki waktu lebih untuk melakukan hal yang disukai. Ia benar-benar tenggelam dalam ilmu yang digemarinya sejak kecil itu hingga terdengar belldoor apartemen berbunyi beberapa kali.

"Bentar," teriaknya sembari beranjak ketika belldor semakin nyaring berbunyi. Demian datang bersama Dion membawa dua kresek putih besar.

"Party party party~" Demian nyelonong masuk setelah memberikan kresek di tangannya pada Dion. Orion hanya bisa menghela napas pasrah sementara Dion mencak-mencak masuk ke dalam apartemen bernuansa monokrom itu. Orion sampai hapal, selalu saja apartemennya yang menjadi sarang Demian untuk main game sampai suntuk.

"Sabar bro, kita emang ngurusin bayi."

Dion tertawa terpaksa, perlahan mengeluarkan snack setelah meletakkan kresek di atas pantry dibantu Orion. Laki-laki itu mendelik ketika menemukan lima botol wine di salah satunya.

"Dem, bisa lo jelasin ini?" Orion mengacungkan salah satu botol wine pada Demian.

Demian yang sedari tadi mengusili Yoshi agar kucing abu itu bangun langsung mengangkat Yoshi dan menyembunyikan wajah di antara bulu tebal hewan kesayangan Orion.

"Dem, Yoshi tidur...."

"Kak Dion yang nyuruh beli wine!" seloroh Demian masih dengan wajah ditenggelamkan pada bulu Yoshi.

"Gimana reaksi om Kevin kalau gue bilang black cardnya Demian digunain buat beli wine ya?" Orion memainkan ponsel yang sengaja dihidupkannya.

Demi melihat itu, Demian meletakkan Yoshi kembali dan memegang tangan Orion yang tengah sibuk mengutak-atik ponselnya.

"Jangan ya, kak, jangan. Nanti kartu gue diblokir lagi. Gue jajanin buku kedokteran deh, tapi jangan bilang papi, ya, ya, please...," Demian menaik turunkan alis sambil mengguncang bahu Orion pelan.

Orion menghela napas beberapa saat setelah berpikir. "Oke, tapi jangan diulangi," wine itu disimpannya di laci yang tergantung di atas salah satu sudut tembok setelah mengantongi ponsel. "Bawa ke sofa. Gue bikini kopi dulu," titahnya setelah Dion selesai membongkar belanjaan mereka.

Segera Demian mendekap beberapa snack sementara Dion di belakangnya membawa camilan yang lebih berat seperti onigiri dan ramen. Tak lama Orion segera bergabung membawa nampan berisi tiga cangkir kopi hitam yang masih mengepul dan meletakkannya di meja. Ia memilih duduk di sofa meskipun dua sahabatnya sudah mengambil posisi di lantai sambil membawa stik playstation.

"Bang Sat, sayo sini, jangan baca mulu," Demian menarik tangan Orion, namun laki-laki berkaus putih oblong bergeming dengan buku di tangan-kini ia membaca novel sci-fi.

"Mulut lo minta ditabok."

Demian menyengir kuda, kemudian melepas tangan dari lengan Orion dan menunjukkan dua jari−peace. "Gue diajarin temen kecil kak Orion."

Lacuna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang