"Gak bisa ya, Thea gak pindah?" pertanyaan itu sudah ribuan kali rasanya ditanyakan oleh bocah laki-laki itu. Anak perempuan yang tengah membereskan meja belajar setelah kegiatan mewarnai bersama mereka selesai menatapnya dengan tatapan horror.
"Tau gini Thea gak ngasih tau Arrel kalau Thea mau pindah."
"Jangan dong," bocah yang dipanggil Arrel itu merengut.
Gemas, anak perempuan itu langsung menggigit pipi teman kecilnya dan merengkuhnya erat. Sementara yang direngkuh mencoba memberontak dengan wajah memerah menahan tangis.
"Thea jahat!"
Anak perempuan itu tertawa penuh kemenangan. Ia berlari menjauh ketika bocah laki-laki itu tampak akan mengejarnya sampai dapat.
"Gel, ngelamun lagi?"
Rigel terkesiap. Bolpoin yang sejak tadi dimainkannya hampir saja terjatuh karena kaget. Ingatan itu tiba-tiba saja terlintas ketika ia tengah melakukan bimbingan untuk olimpiade kimia. Bukan bersama Orion, tapi Arrey.
"S-sorry, kak, gue lagi banyak pikiran."
Tangan Arrey terangkat untuk mengelus rambut Rigel. Ia sesekali melirik soal yang baru dikerjakan setengahnya oleh gadis itu.
"Istirahat dulu, mau?"
Rigel mengangguk. "Gak pa-pa, kak?"
"Apa sih yang nggak buat manisnya gue?"
Senyum Rigel terkembang. Arrey merangkul pundak gadis itu dan membawanya keluar dari laboratorium menuju kantin. Suasana memang sedang sepi karena pelajaran sedang berlangsung di kelas-kelas. Rigel dan Arrey berjalan dalam keheningan.
"Kak Rey," Rigel buka suara.
"Hm?"
"Gue mau tanya."
"Tanya aja sih, gak ada undang-undang yang melarang seseorang bertanya."
Rigel berhenti di tengah koridor yang kosong. Ia menatap punggung lebar Arrey sebelum laki-laki itu berhenti dan menatapnya. Laki-laki itu menarik tangan Rigel dan menggenggamnya lembut.
"Mau tanya apa, princess?"
"Itu...," Rigel menjeda kalimatnya. "Kakak pernah gak, punya temen cewek waktu kecil? Yang sering banget gigit pipi terus meluk erat-erat?"
Arrey menyerngit. Tidak ada ingatan seperti itu dalam memorinya, sekeras apapun Arrey mencoba mengingat. Arrey menggeleng menanggapi pertanyaan Rigel.
"Sahabat cewek pertama gue tuh lo, Gel. Otomatis baru kisaran setahun gue ngerasain punya sahabat segemes lo, manisnya gue...."
Rigel menunduk. Jadi, bukan. Ia terus memikirkan hal itu. Jadi, kalau bukan Arrey, siapa? Tapi sejak awal pertemuan mereka, memang mata itu masih terasa asing untuknya.
"Gitu, ya...."
"Kenapa, Gel?"
Rigel menggeleng. Jadi sekarang, ia harus kembali mencari siapa Arrel itu sebenarnya. Ketika melewati kelasnya sendiri, ia menyerngit. Orion tak ada di kursinya. Tumben sekali, kemana laki-laki itu sampai tidak masuk sekolah? Kini, makin banyak pertanyaan yang menumpuk di kepalanya.
***
Masa sih Arrey bukan Arrel?
Kenapa bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [END]
Fiksi RemajaBagi Rigel, Orion adalah rival yang paling menyebalkan sejauh ia mengenal laki-laki keturunan Australia itu. Orion selalu berusaha mengganggunya, dan tidak pernah memberikan memori yang indah untuk Rigel. Tapi Orion, dia adalah orang yang paling men...