34: Maaf, Mas yang Salah

9.4K 616 33
                                    

Lettu Amar tengah bertugas di Sragen, Jawa Tengah. Saat sang atasan sudah dahulu pulang, ia juga teman-temannya masih bertugas di daerah ini.

Dimalam yang gelap dan angin malam yang menerjang halus kulitnya, ia dan teman-menanya tengah melakukan patroli. Ia tidak sendiri melakukan patroli, tapi dengan Nabil, Naufal, Fais dan Arifin.

Sebenarnya tidak hanya mereka berlima yang melalukan patroli, tapi ada rekan-rekan lain juga tapi dibeda tempat.

Krusukkk... Krusuukk.

Terdengar suara ranting pohon yang bergerak. Nabil menoleh ke arah Naufal.

"Jangan-jangan hantu." Ucapnya.

Naufal mendelik. Ia heran dengan teman seprofesi nya ini, Nabil tidak takut dengan siapapun tapi takutnya dengan hantu.

"Gundulmu!." Ia melanjutkan jalannya, mereka semua tidak menggunakan kendaraan diakibatkan jalanan yang terjal.

Sebenarnya mereka tidak berniat patroli, karena udara malam sehabis hujan ini bisa membuat masuk angin, tapi mendengar aduan dari warga saat mereka beristirahat di asrama yang sudah beberapa hari ini mereka tinggali, mereka mengatakan kalau malam sering ada yang mojok. jadilah mereka melakukan patroli. Bagaimana itu tindakan yang tidak benar.

Lettu Amar berjalan mendekat, ia ingin memastikan apa yang dibalik semak-semak itu. Siapa tahu kucing. Rahang Lettu Amar mengeras melihatnya, matanya melotot.

"Heii sedang apa kalian?!." Gertak Lettu Amar melihat seorang perempuan tengah dicekoki minuman oleh dua teman prianya.

Sontak saja kejadian tidak disangka itu mengagetkan tiga orang yang sedang melakukan mabuk-mabukan. Salah satu dari tiga orang itu berniat kabur, tapi gagal lantaran ditangkap oleh Arifin.

Posisi ketiga orang itu dikepung dari berbagai sisi.

"Mabuk?." Tanya Lettu Amar datar.

"Nggak pak! Saya cuman minum bensin." Ucap salah satunya ngaco. Kelima anggota militer itu yakin kalau orang yang berusaha menampik itu tengah mabuk.

"Kamu limbad, minum bensin?."

"Tujuan kalian apa mabuk-mabukan seperti ini?!." Tanya Lettu Amar.

"Gak ada tujuan pak!." Masih dengan orang yang sama, yang menjawab.

"Semprul! Gak ada tujuan ngapain mabuk?." Kesal arifin.

"Maaf Pak, ampuni saya pak huhuhu.... Saya dipaksa sama mereka." Seorang perempuan itu menangis ketakutan.

"Benar kamu dipaksa sama mereka?."Tanya Lettu Amar memastikan.

"Benar Pak, saya baru pulang kerja tapi dicegat dengan mereka, terus dipaksa minum." jawabnya jujur. Saat akan pulang ke rumah, dan lewat jalan sepi ia dicegat oleh kedua lelaki ini. Mau bagaimana lagi, ia butuh uang tapi mendapatkan perlakuan seperti ini membuatnya trauma juga.

"Supaya apa kalian, mabuk-mabukan?." Tanya Lettu Amar pada dua lelaki muda.

"Permisi pak." Seorang lelaki muda yang sedari tadi diam akhirnya membuka suaranya, ia berpamitan pada kelima anggota militer itu.

"Hei! Kita lagi ngomong sama kamu juga!."

"Saya juga pak? Saya kira bapak mau ngomong sama teman saya." Tunjuknya pada Arifin yang tengah diam. Sontak saja Arifin tidak terima dengan itu, ia tidak ingin menjadi temannya.

"Gundulmu! Saya bukan teman kamu!." Sewot Arifin.

Lelaki itu menggaruk kepalanya, lalu menunjuk Nabil dengan polosnya. "Dia baru teman saya pak." Sepertinya akibat minuman keras, lelaki itu tidak mengingat siapa temannya.

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang