"berada di situasi mengasihani diri sendiri adalah part paling menyedihkan."
*****
Sasa Senjani Diningrat seorang gadis yang selalu tersenyum dan bersemangat dalam mengerjakan pekerjaannya, bekerja paruh waktu di sebuah Coffe Shop yang lumayan terkenal di ibu kota, tidak hanya bekerja sebagai Waiters di Coffe shop ia juga bekerja di sebuah Perpustakaan pinggiran Kota sebagai penjaga Perpustakaan, semua itu dilakukan untuk menghidupi dirinya.
Sasa merantau di ibu kota seorang diri, tidak ada keluarga di sisinya, semua ia lakukan di umurnya yang masih terbilang muda yakni dua puluh satu tahun, bohong kalau dia tidak iri dengan teman seumurannya tetapi apalah daya takdir tidak berada di pihaknya.
Sasa tinggal di sebuah kos putri yang berada di dalam gang, walaupun begitu ia sangat beruntung bertemu dengan ibu kos dan teman-teman kos yang sangat baik padanya sehingga ia merasa tidak terlalu takut tinggal di kota besar sendirian.
Keluarganya? Ia hanya mempunyai seorang ibu, ayahnya meninggal sejak ia berumur delapan tahun, ia memiliki seorang kakak yang saat ini sudah menikah walaupun sudah menikah kehidupan kakaknya sangatlah sederhana sehingga kakaknya tidak bisa membantu untuk membiayai kuliahnya, Sasa tidak mau membebani sang ibu yang sudah mulai sakit-sakitan sehingga ia memilih untuk bekerja demi dirinya dan juga ibunya.
Sasa tipikal gadis yang sangat pemalu, apalagi dengan lawan jenis yang membuatnya sampai sekarang belum pernah merasakan yang namanya pacaran, tentu saja ia pernah jatuh cinta pada masa SMA tetapi cintanya bertepuk sebelah tangan yang membuat ia terpaksa harus melupakan cintanya padahal memilikinya saja belum pernah.
Bukan karena dirinya tidak cantik, ia memiliki senyum yang sangat manis, warna kulit kuning langsat, matanya belo dengan bulu matanya yang lentik, alisnya yang lumayan tebal dan teratur serta bibirnya yang tipis berwarna pink natural, sangat manis.
Dia tidak pernah terfikirkan berpacaran untuk saat ini, ia harus memfokuskan dirinya dengan bekerja agar bisa membantu ibunya dan juga menabung untuk kuliah nanti karena baginya tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu.
Disini lah Sasa berada, di sebuah Perpustakaan pinggiran kota, hari ini jadwalnya bekerja di perpustakaan balai kota, jam masih menunjukan pukul dua siang, dua jam lagi jadwal mengawasnya selesai, dan sebentar jam delapan malam ia harus bekerja di Coffe Shop lagi ia mendapat shift malam.
Ia mengenakan kemeja putih dengan name tag bertuliskan "Sasa Senjani." Di balut dengan rok hitam selutut, rambutnya sengaja ia ikat cepol agar tidak menganggu aktifitasnya menyusun buku-buku di rak sesuai dengan jenis buku dan nama penulisnya.
Sedang asik menyusun buku di rak buku ia dengan tidak sengaja mendengar suara yang lumayan berisik dan di lanjuti dengan suara tertawa khas lelaki sekitar empat orang, ia segara berbalik ke sumber suara tersebut.
Awalnya ia hanya menghiraukan suara-suara itu tetapi bukannya malah diam justru suara mereka semakin membesar sehingga membuat beberapa pengunjung terganggu, Sasa terpaksa melangkahkan kakinya ke sumber suara tersebut.
"woi jangan ketawa-ketawa doang bantuin gue nyari juga kek."
"lo kan pinter gausah di bantu juga lo udah bisa sendiri."
"justru kalau kita bantu juga ga bakalan ngebantu mending gini aja dah."
"kita bantu doa aja yah, mayan doa anak yatim."
"yaelah dosa apa si yang gue lakuin kemarin ampe dapat kelompok satwa semua."
Ya begitulah kira-kira percakapan mereka yang super ribut, Sasa Kini sudah berada di meja mereka berdiri memperhatikan satu persatu, mereka merasa di perhatikan kini mendadak diam sambil saling tatap-tatapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Senjani
Teen Fiction"jika suatu hari kamu telah menemukan orang yang kamu inginkan dan suatu hari kita menjadi asing, ketahuilah aku menyukai semua waktu yang kita habiskan bersama." - Sasa Senjani Matahari Diningrat "selama aku di sini, kamu akan selalu memiliki seseo...