14 : The Audition

124 106 3
                                    

"kamu adalah pemenang. Jangan lagi bahas masa lalu aku ya? masa lalu ya masa lalu, kamu ya kamu. kamu menang tanpa harus bertanding."

*****

Sasa sudah berada di cafe, suasana pagi ini masih sangat sepi membuat Sasa ada waktu buat bersantai, ada beberapa hal yang memenuhi kepalanya sehingga Maura yang melihat itu lantas menyenggolnya.

"lagi mikirin apa sih Sa." Sasa terkejut dan berbalik ke arah Maura.

"gue bingung masa gue kesana tangan kosong gak kasih apa-apa ke Ersya." Maura paham dengan situasinya.

"sebenarnya dengan lo ada disana Ersya pasti udah senang Sa, tapi kalau misalnya lo mau kasih sesuatu lebih bagus." Lanjut Maura lagi.

"nah makanya gue bingung mau kasih apa." Sasa menghela nafas.

"gimana kalau bucket bunga aja nanti dikasih ucapan selamat gitu." Sasa terdiam lalu mengangguk cepat.

"ide bagus, tapi emang ada gitu yang ready bukannya harus di pesan dulu yah." Ujar Sasa teringat akan hal itu.

"ada Sa lo langsung ke toko bunga nya aja, setau gue di perempatan ujung jalan besar ada toko bunga deh." Maura memberitahu Sasa.

"ehiya yah, sebentar temanin gue kesana yah Mau." Ajak Sasa yang disetujui oleh Maura.

"iyaa Sa, ntar kalau udah break kerja kita kesana." Sasa mengangguk lalu kembali menyelesaikan pekerjaannya.

Tidak lama kemudian sudah waktunya untuk beristirahat, Maura dan Sasa pamit ke rekan kerjanya untuk keluar sebentar, Sasa menunggu Maura mengeluarkan motornya, setelah sudah berada di depan ia langsung naik ke atas motor.

Maura mengendarai motornya dengan kecepatan normal, tidak begitu lama berada di jalan karena tempatnya yang cukup dekat, Sasa turun dari motor dan masuk ke toko bunga Sriwedari, baru berada di pintu masuk aroma manis sudah memenuhi indera penciumannya.

Sasa tersenyum ke karyawannya, "permisi mbak, ada yang bisa saya bantu?" ujar Karyawan dengan sopan.

"saya mau bucket bunga buat dikasih ke seseorang, kira-kira ada rekomendasi gak mbak." Karyawan itu tampak berfikir lalu berjalan ke arah bunga lavender.

"mau bunga seperti ini mba? Atau bunga mawar." Sasa tampak berfikir, ia mengarahkan pandangannya ke seluruh ruangan dan melihat bunga matahari.

"mba saya mau bunga matahari yang di pojok sana." Tunjuk Sasa berjalan menuju pojok ruangan.

"wah mba sangat mengikuti trand yang lagi rame yah, banyak banget orang-orang belakangan ini beli bunga matahari sampai kami resctok terus." Sasa hanya tersenyum canggung.

Entah mengapa melihat bunga matahari mengingatkannya pada Ersya, baginya Ersya seperti bunga matahari, senyumnya yang hangat, tawanya yang ceria bak bunga matahari, terlebih lagi Ersya menyukai warna orange sama persis seperti bunga matahari.

"mba nanti bucketnya serba orange gitu yah terus kalau bisa full bunga matahari, sama ditengahnya ada note." Karyawan tersebut mengangguk lalu mengambil beberapa bunga matahari.

"notenya apa mba, atau mau mba aja yang tulis notenya?" Sasa terdiam lalu mengangguk.

"saya aja yang nulis notenya mbak." Karyawan tersebut mengangguk lalu berjalan ke meja untuk merangkai bunganya.

"eh, Sa menurut lo gue kasih bucket juga gak?" tanya Maura yang sehabis melihat-lihat bunga.

"ya dari lo aja sih Mau, emang mau kasih buat siapa?" Sasa menatap Maura yang sedang berfikir.

Melody untuk SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang