13 : Bernyanyi Bersama Senjani

140 114 2
                                    

"kalau ada kamu, rasanya aku punya segala hal yang ada di dunia."

*****

Sasa turun dari motor Ersya, ia berjalan memasuki halaman sekolah yang sudah beberapa hari ini dia rindukan, Sasa berjalan masuk bertemu Celisya dan Dava ia tersenyum menyapa.

"loh Sasa kenapa baru keliatan." Tegur Celisya.

"maaf yah mba Cel kemarin lagi ada kerjaan jadi gak sempat kesini buat ngajar." Sasa menatap Celisya.

"kemarin anak-anak nyariin lo Sa, mereka kangen diajarin ngegambar." Celisya memberitahu.

"gue juga kangen mba sama anak-anak." Balas Sasa.

"yaudah sana masuk mengajar Sa, gue udah bilang sama anak-anak kalau hari ini jadwal kamu mengajar, mereka udah nungguin daritadi." Sasa mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam ruangan.

Sasa membuka pintu dan melihat sekumpulan anak-anak yang sudah menunggunya, mereka berteriak serentak menyambut Sasa.

"kak Sasa."

"kemana aja kak."

"minggu kemarin kok kak Sasa gaada sih."

"kak kami kangen diajarin menggambar sama kakak."

"kak aku udah bisa gambar loh."

Begitulah yang mereka ucapkan, Sasa hanya tertawa dan menyapa mereka satu-persatu, "adik-adik maaf yah aku baru muncul, kemarin gak sempat tapi hari ini kakak mau bayar semuanya, aku mau ajarin kalian teknik-teknik menggambar." Mereka berteriak serentak.

Sasa berjalan ke tengah ruangan, mengambil kanvas dan juga kursi, anak-anak duduk mengelilingi Sasa mereka sudah tidak sabar diajarkan menggambar.

"sama seperti yang kakak bilang sebelumnya, kalau menggambar narik kuasnya jangan ragu-ragu pokoknya kalian harus menikmati setiap prosesnya, misalnya nih kalian lagi pengen gambar rumah, yaudah kalian bayangin mau rumah seperti apa, apakah ada halaman di sekitarnya atau mungkin pepohonan pokoknya adik-adik harus masuk ke dalam gambar itu dan jangan ragu-ragu buat menggambar, jangan takut jelek semua butuh proses dan semua bisa menjadi nilai seni." Jelas Sasa yang jarinya sudah menari-nari di kanvas.

Sasa menggambar pemandangan rumahnya, ia tersenyum menatap kanvas yang berada tepat di depannya, jujur dari lubuk hati yang paling dalam ia kangen suasana rumah dan ingin pulang, Sasa tersenyum menatap anak-anak disekitarnya.

"aku bisa gambarnya kalau cuman rumah mah."

"aku juga."

"aku mau gambar rumah, tapi gak punya rumah aku gaada gambaran tentang rumah."

"gambar sekolah rumah aja."

"sekolah rumah bukan rumah ini tuh sekolah."

Sasa yang mendengar hanya menghela nafas, "dengar yah adik-adik rumah bukan tentang bangunan yang ditinggalkan, rumah punya banyak makna, sekolah rumah juga bisa jadi rumah, teman-teman yang di samping kalian juga bisa jadi rumah, tempat kalian buat nyari uang juga bisa jadi rumah,rumah banyak maknanya adik-adik." Mereka mengangguk mengerti.

"tapi kak bukannya rumah tempat untuk pulang yah?"

"iya betul, rumah bisa jadi tempat untuk pulang dan beristirahat."

"terus bagaimana jika kita tidak punya tempat untuk pulang?"

"terus bagaimana kita bisa beristirahat sementara kita gapunya rumah."

"kamu gak dengar kan kata kak Sasa rumah gak hanya berbentuk bangunan."

"terus kalau gak berbentuk bangunan, kalau kita capek pulangnya kemana dong, istirahatnya dimana, apa jalanan layak buat dijadiin tempat beristirahat."

Melody untuk SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang