24 : Dibalik Kisah Mentari

43 30 3
                                    

"aku tau perjalanan kita memang tidak mudah, setiap langkah selalu tanda tanya. tapi asal kamu tau, sekalipun aku tidak pernah berfikir buat ninggalin kamu, aku selalu mikir gimana caranya kita bisa bersama. meskipun tidak mudah, aku coba seribu satu cara, agar kamu selalu bersamaku."

*****

Sudah sebulan berlalu sudah sebulan juga Sasa berkuliah, ia dengan Ersya sudah tidak pernah bertemu lagi hanya mengirim pesan singkat, Ersya semakin sibuk dengan kegiatan manggung dan jumpa fansnya.

Audisi sudah memasuki final tiga besar dan Ksatria Tenggara masuk di tiga besar sehingga membuat mereka semakin terkenal dan itu juga yang membuat Sasa semakin tidak bisa menghubungi Ersya.

Sasa duduk di sebuah bangku taman kampus yang menghadap ke lapangan, ia sedang mengerjakan tugas melukis, sesekali memeriksa ponsel menunggu kabar dari Ersya yang sudah tiga hari tidak mengirim pesan.

"kamu se sibuk itu yah sampai ngabarin aja ga sempat." Gumamnya kecil.

Sasa memeriksa media sosial Ersya yang memiliki dua ratus ribu pengikut, ia memeriksa story Ersya banyak yang tag sedang berfoto dengannya, "bahkan fans kamu lebih beruntung dari pada aku." Gumamnya yang menatap foto itu.

"ada banyak hal yang ingin aku ceritakan ke kamu Ersya, tidak mudah untuk melalui semua ini, aku kesepian, aku kesulitan, aku tidak punya tempat untuk mengeluarkan semua keluh kesah aku, cuma kamu yang bisa aku andalkan saat ini, maaf aku terlalu bergantung padamu." Sasa menunduk mengingat moment awal mereka kenal.

"aku kangen sama kamu Ersya." Air mata Sasa sudah membasahi pipinya.

"Sasa." Panggil seseorang Sasa mengusap air matanya dan menoleh.

"mba Reysha?" Sasa menatap Reysha heran.

"hai Sasa maaf yah kalau aku ngeganggu." Reysha duduk di samping Sasa.

"eh enggak kok mba." Sasa tersenyum kikuk.

"gimana lukisannya lancar gak?" Sasa mengangguk mantap.

"lancar ini lagi dikerjain." Reysha tersenyum.

"eh Sa gimana tadi aku ngajar perdananya?" Reysha menatap Sasa.

"bagus mba." Jawab Sasa tersenyum.

"hari ini perdana aku ngajar, bu Mita lagi di luar kota biasanya aku cuma atur jadwalnya bu Mita." Jelas Reysha.

"mba keren loh maksud aku seorang fresh graduate udah jadi asisten dosen." Reysha tertawa geli.

"syukurlah." Mereka tertawa sejenak.

"aku tau kamu sudah dengar gosip tentang aku kan." Reysha menatap Sasa serius.

"iya mba." Balas Sasa pelan.

"hari itu penyesalan terbesar aku Sa, dan setelah hari itu aku hanya melanjutkan hidup, bertahan dengan hubungan toxic, hampir mengugurkan anak yang tidak tahu apa-apa, perbuatan aku tidak bisa dianggap sepeleh lagi." Sasa menatap Reysha serius.

"hampir?" Reysha mengangguk pelan.

"aku sudah mencoba banyak hal agar anak itu tidak lahir tapi keinginan untuk hidupnya sangat kuat dia berhasil lahir aku menaruhnya di panti asuhan, aku ibu yang buruk Sa, bahkan anak se suci itu harus menanggung dosa ibu yang tidak tahu diri ini, dan aku harus hidup di bayang-bayang penyesalan harus bergantung pada obat depresi, semua orang tidak tahu itu, bahkan ayah dan ibuku mengira putrinya seorang wanita yang lugu." Reysha menahan airmatanya agar tidak terjatuh.

"bagaimana dengan Sagara?" Reysha tersenyum simpul.

"kami sudah mengakhiri hubungan, dia meninggalkanku disaat aku lagi jatuh-jatuhnya, memaksa aku untuk mengugurkan kandungan, memberikanku trauma yang sangat amat besar, tapi bodohnya aku masih mengharapkan dia menjadi ayah yang baik buat anakku, aku bahkan menyia-nyiakan orang yang tulus demi hidup bersama bajingan itu, walaupun bajingan dia tetap ayah dari anakku." Reysha menunduk dan menangis.

Melody untuk SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang