26. Senjani Untuk Sang Fajar

20 13 0
                                    

"dari banyaknya kesempatan yang pernah semesta berikan, senang karena bisa mengenalmu di bumi yang seluas ini."

*****

Sasa berlari menyusuri koridor kantor polisi, matanya menatap ruangan introgasi yang sudah dipenuhi oleh wartawan yang sedang meliput, Sasa mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ersya.

Nihil, Sasa tidak melihatnya saat ingin beranjak sebuah pintu terbuka membuat para wartawan bergegas mengelilingi mereka, disana Ersya berdiri di dampingi oleh kuasa hukum keluarganya baru saja melakukan pemeriksaan.

Tatapan mata Ersya kosong, seakan linglung dengan masalah yang datang bersamaan secara tiba-tiba, Sasa mendekat berusaha untuk menggapai tubuh Ersya, ingin rasanya ia memeluk erat menenangkan tetapi apa daya sangat tidak mungkin untuk sekarang.

Mata mereka bertemu, Sasa tersenyum memberi Ersya semangat.

"mas Ersya apakah benar rumor yang tersebar?"

"apakah anda mengetahui bahwa kakak anda seorang pengguna obat-obatan terlarang?"

"bagaimana dengan rumor bahwa karya penulis Renjana Amerta adalah palsu menjiplak karya seseorang?"

"bagaimana dengan ibu anda yang katanya penulis lagu para diva indonesia tetapi belum membayar lisensi?"

Pertanyaan berbondong-bondong keluar begitu saja, Ersya tidak menjawab memilih terdiam dan tertunduk, kuasa hukum berusaha mendorong para wartawan agar memberi mereka jalan untuk lewat.

Ersya berjalan dengan menundukan kepala, Sasa melihat itu ikut sedih, berusaha untuk mengikuti langkah Ersya sampai ke mobil di parkiran.

"aku percaya sama kamu, aku akan selalu ada di samping kamu Ersya." Teriak Sasa saat Ersya hendak memasuki mobil.

Ersya menatap Sasa sekilas dan tersenyum simpul, lalu masuk kedalam mobil, mobil berjalan meninggalkan tempat dengan beberapa orang yang berkerumun sekedar mencari informasi, Sasa menatap kosong mobil itu.

"aku janji akan menarikmu dalam keterpurukan itu Ersya." Gumam Sasa.

Sasa berjalan kembali ke kos, memasuki kamar kos dan merebahkan tubuh diatas ranjang, ia meraih ponsel mencari berita terbaru, begitu banyak hujatan yang dilontarkan kepada keluarga Ersya.

Sasa mencoba mereport komentar negatif dan berkomentar yang baik-baik, mata Sasa tertuju dengan nomor baru yang menghubunginya, ia segera mengangkat.

0812+++++++

"halo siapa ini?"

'aku Ersya Sa.'

"Ersya kamu dimana? Kamu gapapa? Aku kesana yah."

'aku ada di depan kos kamu Sasa.'

"eh tunggu aku kedepan."

Sasa mematikan sambungan berlari menghampiri Ersya yang sedang berdiri di depan kos Sasa, ia berlari memeluk tubuh Ersya erat, "gapapa Ersya aku disini, aku percaya sama kamu, aku gak bakal ninggalin kamu." Sasa mengusap punggung Ersya membisikan kata-kata yang sangat ingin Ersya dengar.

"aku takut Sa." Suara Ersya mulai bergetar.

Sasa melepas pelukannya menangkup wajah Ersya, "gausah takut, kita lewatin semua ini berdua yah." Ersya menggeleng pelan.

"tidak mudah Sasa, dalam satu malam keluargaku hancur tiba-tiba, aku gak bisa menyelamatkan mereka, aku takut mereka kenapa-napa." Ersya menunduk tidak berani menatap wajah Sasa.

"Ersya kamu harus percaya sama diri kamu bahwa kamu bisa menyelamatkan mereka, semakin tinggi kamu semakin banyak saja hal yang membuat kamu terjatuh, begitu juga dengan keluarga kamu, mau sebanyak apapun komentar diluar sana kamu harus yakin bahwa kamu baik-baik saja kamu bisa lewatin ini semua, bahkan sebelum menemui pelangi yang indah kamu harus melihat badai terlebih dahulu." Sasa menatap Ersya meyakinkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melody untuk SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang