15 : Hujan-hujanan Bersama Senjani

123 100 2
                                    

"dunia ini penuh dengan kebetulan, dan kebetulan yang aku syukuri adalah bertemu denganmu."

*****

Sasa bangun dari tidurnya dan segera melihat jam di ponselnya, ia meregangkan badannya lalu berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap, hari ini jadwalnya bekerja di perpustakaan, ia tidak tidur terlalu lama ia baru sampai kamar sekitar jam setengah tiga subuh dan harus bangun pagi untuk bekerja.

Sasa keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju mandinya, ia berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil setelan rok hitam selutut dan kemeja putih, ia segera memakainya dan berjalan ke depan meja rias.

Sasa memakai riasan yang sangat sederhana lalu mencepol rambut panjangnya, setelah semua siap ia menyemprotkan parfum miliknya dan mengambil totebag, ia memasukan beberapa barang yang diperlukannya.

Setelah semua sudah siap ia berjalan memakai sepatu putihnya dan segera keluar dari kamar tidak lupa untuk menguncinya, Sasa berjalan ke ujung jalan besar dan naik angkot ke perpustakaan balai kota.

Ia masuk ke dalam perpustakaan dan segera membersihkan, Sasa tak lupa menyapa beberapa staff perpustakaan, setelah membersihkan ia berjalan ke sebuah keranjang buku dan mengangkatnya untuk disusun ke rak seharusnya.

Hari semakin siang sudah lumayan banyak yang berkunjung di perpustakaan, Sasa menatap sekumpulan orang di depannya yang ia ketahui mereka sebaya, "gapapa Sa, dua bulan lagi pendaftaran kampus di buka gue pasti bisa dan gue gak akan sia-siakan kesempatan terakhir ini." Gumam Sasa menghela nafas berat.

Ia kembali menyusun buku di rak, ia melihat buku di rak atas tidak sesuai dengan tempatnya Sasa berjinjit untuk mencapai buku tersebut tetapi emang dasarnya Sasa yang pendek sehingga ia tidak mencapainya.

Tidak menyerah begitu saja Sasa berpegang di rak dan kembali berjinjit sehingga ia kehilangan kendali dan juga ia merasa buku diatas sana mulai perlahan berjatuhan, Sasa hanya membeku dan menutup kepalanya menggunakan tangan.

Bruukk... brukkk... brukkk

Hening beberapa saat Sasa merasa tidak terjadi apa-apa ia merasa ada yang menahan badannya, Sasa perlahan menurunkan tangannya dari wajahnya dan mata mereka bertemu, wajah mereka hanya terpaut beberapa centi andai saja Sasa bergerak sedikit mungkin Sasa bisa mencium seseorang di depannya.

Mereka terdiam seperkian detik, Sasa mencoba mencernah apa yang terjadi tetapi itu juga membuat jantungnya berdetak lebih cepat dua kali lipat, nafas mereka saling adu sampai saat Sasa menggumam, "ersyaa." Ucapnya pelan.

"Sa lo gapapakan gaada yang kena, atau kepala lo sempat terbentur." Panik Ersya yang memeriksa seluruh tubuh Sasa.

"hah, ehh anuu gguee gapapa kok Sya." Ujar Sasa yang masih setengah terkejut.

"syukurlah, lo mau ambil buku apa emang sampai semua bukunya jatuh." Legah Ersya yang mulai berjongkok memungut beberapa buku yang terjatuh.

"Ersya lo gapapa, tadi bukunya jatuh kena belakang lo." Sasa menatap Ersya khawatir bagaimana tidak bukunya kebanyakan memiliki seratus halaman lebih.

"syukur gue gak telat nolongin lo Sa bukunya tebal-tebal juga." Ersya terkekeh memperhatikan buku yang ia susun.

"hah maksudnya syukur apa?" Sasa menatap Ersya bingung dan ikut berjongkok membantu Ersya menyusun buku yang terjatuh.

"syukur lo ga kenapa-napa Sa, santai aja gue gapapa kok Sa buku ginian juga belakang gue aman kok." Sasa menatap Ersya dalam.

"syukur kata lo, gaada yang berhak nerima sakit Sya, makasih udah nolongi gue tapi lain kali jangan ngorbanin diri lo untuk nolongin gue." Sasa merasa tidak enak.

Melody untuk SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang