#31

3.7K 179 1
                                    

HAPPY READING


"Maaf pak saya ingin tahu alasan mereka menelantarkan anak ini di taman" tanya Naran.

"Silahkan di jelaskan tuan".

"Jadi begini waktu itu saya sedang bekerja dan istri serta anak saya sedang berada di rumah lebih tepatnya di halaman rumah kami saat itu anak saya sedang di letakkan di lantai teras rumah kami, karna kelalaian istri saya dia meninggalkan anak kami sendirian dan istri saya menjemur pakaian di belakang rumah, saat istri saya kembali anak kami sudah tidak ada disana dan istri saya syock begitu juga dengan saya, waktu itu kami sudah bertanya pada orang sekitar rumah namun tak ada yang melihatnya, kami terus mencari keberadaan anak kami bahkan kami sudah lapor polisi namun laporan kami tidak di terima karena belum 24 jam, saat itu kami tak tau harus bagaimana sampai besok nya laporan baru di terima dan tak ada hasil sampai 1 Minggu".

"Sampai kami menerima kabar bahwa ada seseorang yang menemukan anak kami, dan kalian menemukan raya di taman yang jauh dari rumah kami, kami tak tau siapa yang telah menculik anak kami sehingga dia tega meninggalkan anak kami di taman seorang diri, kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada kalian karna sudah dengan senang hati merawat dan menyayangi anak kami, kami tak tahu harus balas Budi seperti apa, intinya kami mengucapkan banyak terimakasih kepala kalian" Ayah dari Raya membungkuk berterimakasih kepada keluarga Kusuma.

"Maafkan kami, kami tak tahu kalau raya di culik, kami berfikir bahwa raya di telantarkan" Ucap Naran.

"Tak apa tuan, kami sangat berterimakasih".

"Namun kalian harus tahu menantu kami asya dia sudah terikat dan sangat menyayangi Raya dan dia tak ingin berpisah dari Raya" Jelas Naran.

"Anda boleh berkunjung melihat raya Tuan dan nyonya kapan pun kalian mau, karna sekarang Raya mempunyai dua ibu dan dua ayah serta kakek dan nenek" Jelas ibunya Raya.

"Hiks...jika aku mengadopsi anak kalian apa kalian mengizinkan...hiks..." Ucap asya blak-blakan.

"Sayang tak baik biacra begitu".

Orangtua Raya saling bertatapan bingung dengan apa yang asya katakan.

"Ma-maaf nyonya, kami tak mau berpisah dari anak kami lagi, saya rasa anda cukup menjenguk nya saja kerumah".

"Hiks...mas..."

"Sayang kuatkan dirimu..."

"Mama...hiks...huwaaa...Mama...huwaa...papa..." Raya menangis sambil merentangkan tangan seolah ingin di gendong asya.

Ibu kandung Raya pun memberikan raya pada asya.

"Sayang...ini mama nak...hiks...Ruhi sayang...Mama gakmau pisah sama kamu...hiks..." Asya begitu terpukul dia memeluk erat sang anak.

"Maaf nyonya kami harus segera pulang karna keluarga kami menunggu kedatangan raya di rumah".

Asya seketika terdiam membeku saat Ruhi nya di ambil alih oleh ibu kandungnya, asya menangis kejer begitu juga dengan Ruhi yang ikut menangis.

"Mas Ruhi kita mau dibawa kemana...hiks..."

"Sayang Ruhi kita sudah bersama keluarga kandungnya biarkan dia pergi".

"Enggak mas enggak dia anak ku, aku mama nya dia akan tinggal bersama ku di mansion bukan dengan wanita itu".

"Sayang sudah cukup jangan seperti ini...mas mohon...".

"Hiks...Ruhi...sayang...jangan tinggalin mama...".

GUDUBRAKKK...

Asya pingsan saat melihat Ruhi sudah tak terlihat disana, ruhi telah dibawa pergi oleh kedua orangtuanya.

Keluarga kusuma panik dan langsung membawa asya kerumah sakit.

Asya masih belum sadarkan diri, dia harus di rawat karna keadaannya sangat lemah.

Dion sangat mengkhawatirkan istrinya bagaimana jika dia bangun dan menanyakan keberadaan Ruhi.

Setelah satu jam asya akhirnya sadarkan diri dan mereka bertiga bernafas lega.

"Ma-mas...dimana Ruhi..." Suara lirih asya.

Benar saja apa yang Dion pikirkan hal pertama yang asya tanyakan adalah keberadaan Ruhi.

"Sayang jangan banyak bicara dulu kamu baru sadar lebih baik istirahat saja lagi" Dion berusaha untuk mengalihkan pertanyaan asya.

"Dion...dimana anakku Ruhi...hiks ..".

"Nak ikhlaskan Ruhi, dan jangan lupakan anak yang ada di dalam kandungan mu".

"Asya selalu mengingat dan menantikan kehadiran bayi ini bunda, tapi asya juga menginginkan kehadiran Ruhi...hiks...".

"Tenangkan dirimu nak, jangan terlalu banyak pikiran itu tak baik untuk kehamilanmu".

"Ayah...tolong bawa Ruhi ku kembali...hiks...".

"Bukankah kita sudah sepakat waktu itu jika alasan mereka jelas dan jujur maka kita harus kembalikan Ruhi pada mereka".

"Hiks...hiks...Ruhi...Mama kangen...hiks...".







Suami Muda||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang