Sebelumnya Danu tak pernah berpikir akan berakhir bersama Havis. Tapi bagaimana ya menjelaskannya? Danu juga terkadang bingung dengan perasaan manusia. Tapi Danu lebih tidak mengerti mengapa Havis tak pernah mau menyerah terhadap dirinya? Danu sudah jelas mengatakan bahwa dia tak akan pernah sembuh, tapi Havis seolah ingin menunjukkan kepada Danu bahwa semua ada obatnya.
Termasuk bagaimana luka Danu yang berangsur-angsur sembuh. Tergantikan dengan catatan-catatan kebahagiaan bercampur menyebalkan setiap hari nya. Tidak salah Havis mencetaknya dalam beberapa jilid sampai rasanya tidak akan ada habisnya.
Tapi dari semua yang ceritakan, ia tak pernah tau bagaimana cerita ini dari sudut pandang Danu. Maka untuk meluruskan semuanya, di sore hari yang teduh, Danu mendudukkan kedua putranya di kursi makan. Masing-masing diberikan camilan agar diam dan mendengarkan.
"Biasanya Ayah kalian yang cerita. Tapi sekarang bagian Papa."
Hugo mengerutkan keningnya. Ternyata cerita yang selalu sang Ayah ceritakan banyak sekali versi nya. Dan kepala kecil Hugo saja tidak mampu menampung cerita-cerita Havis yang sangat tidak masuk akal anak-anak.
Seharusnya Hugo hanya mendapatkan cerita seringan alur kancil yang mencuri mentimun. Atau kartun-kartun lucu, bukan malah berkelahi dengan kisah kasih remaja labil.
Tapi mau bagaimana lagi? Hugo tenang karena camilan enak di depannya. Hansa juga begitu, mana pernah serius mereka mendengarkan cerita kedua orang tua nya itu? Hugo ingat saja tidak.
"Papa mau cerita pas bagian Papa ninggalin ayah kalian. Jadi denger baik-baik, ini sejarah terbentuknya kalian."
Dan sesaat kemudian, Danu memulai cerita yang telah lama berlalu itu.
***
[Seminggu setelah Danu meninggalkan Havis]
"Lo beneran putus sama Havis?"
Danu mengerutkan keningnya, darimana asal kata itu disaat Danu yakin sekali ia tak pernah berpacaran dengan Havis. Oh, dulu pernah sih saat Havis dilarikan ke UGD karena makan pedas. Tapi kan tidak serius.
"Gue nggak pernah pacaran sama Havis. Yang bener kalo ngomong, Vin."
Melvin berdecak, ia sudah mendengar kabar kegalauan adik kelasnya itu dari Yovi. Dari sini pula ia tau bahwa Havis si anak tengil itu merupakan adik angkat dari Yovi. Sebenernya yang diangkat itu Yovi sih, tapi Melvin bingung menyebutnya bagaimana.
Karena Havis adiknya Yovi, Melvin tidak jadi kesal dengan Havis. Mana bisa dia kesal dengan calon adik ipar—— Melvin menggeleng, ia tidak boleh memikirkan dirinya sendiri disaat Danu sedang kurus kering begini. Entah kapan terakhir Danu menyentuh nasi, tapi seakan lambung Danu menghilang sesaat setelah semua ini terjadi.
Melvin paham bagaimana kehilangan Jalu mengubah hidup Danu. Tapi hidup terus berlanjut, dan hanya kepada Havis, Melvin percaya bahwa Danu bisa hidup lebih baik kedepannya. Jadi Melvin mengikrarkan dirinya menjadi tim sukses Havis sama seperti Ares.
"Kasihan loh Nu, kabarnya Havis nggak berangkat seminggu ini." Kata Melvin.
Danu mengedikkan bahu, baguslah kalau Havis tidak berangkat atau berniat pindah sekolah. Ia tak perlu melihatnya dengan rasa bersalah yang besar.
"Lo nggak mau ngasih kesempatan ke Havis? Lo nggak mau nikah sama orang kaya?"
"Melvin..."
Tatapan Danu seakan memohon kepada temannya itu agar tidak membahas masalah ini lagi. Danu pusing kalau harus memikirkan semua ini. Setidaknya ia tidak boleh bersama Havis atau siapapun itu jika dirinya saja masih berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TEA || HARUBBY [✓]
Teen FictionSemuanya bermula dari Teh manis kala itu. Havis si sulung kaya raya dengan segala sifat bosannya memilih untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah negeri alih-alih sekolah elite swasta. Namun, pilihannya tersebut ternyata mengantarkannya kepada pemi...