Bab Tujuh

1.3K 196 41
                                    

Selalu banyak hal yang terjadi semenjak penerimaan siswa baru. Mendadak Danu yang baru menjadi ketua PMR disibukkan dengan banyaknya siswa-siswi yang sakit, entah benar atau memang hanya malas mengikuti serangkaian kegiatan buatan OSIS itu.

Lalu setelahnya ia bertemu dengan sosok tinggi sedikit sinting. Aroma nya begitu mewah, dari jarak jauh Danu ingat betul bagaimana wangi khas parfum seharga ginjal manusia itu. Meskipun Danu tak pernah mencoba nya, setidaknya Danu tau mana yang mahal dan mana yang harga nya standar.

Sudah jelas sekali pertemuan tidak sengaja itu membuat Danu kewalahan. Dari pertama bertemu juga Danu sudah tahu bagaimana Havis terlahir. Pasti dengan cecar yang biayanya mahal, belum lagi kamar rumah sakit seperti hotel. Sangat berbeda dengan dirinya yang merupakan orang biasa.

Danu tahu jelas bagaimana Havis secara terang-terangan mencoba mengejarnya. Dari sekian orang yang pernah tertarik dengan Danu, hanya Havis yang tak gentar dengan ancaman Jalu.

Ia tahu Havis kaya dan keras kepala, suka seenaknya, dan gila. Tapi Danu tak tahu bahwasanya ia ditakdirkan untuk melihat kegilaan itu setiap waktu.

Seperti sekarang ini.

Di jam istirahat dimana Danu baru selesai dari giliran menjaga UKS. Perutnya terasa benar-benar kosong karena tak sempat sarapan.

Danu berjalan sendirian menuju kantin. Sepanjang perjalanan ia jarang melihat orang, mungkin karena kebanyakan berada di kantin.

Tapi asumsi itu menguap dengan rasa terkejutnya ketika Danu sampai di depan kantin. Tiba-tiba saja dua penjaga kantin berada di depan pintu kantin.

"Mas Danu, ayo saya tunjukkan meja nya."

Danu semakin tercengang.

"Hah?"

Ada apa lagi sekarang?

Lagak dua penjaga itu seakan Danu ini tamu penting di sebuah restauran mahal yang sudah direservasi. Dirinya menurut digiring menuju sebuah meja yang diletakkan di tengah setelah menata meja-meja lain agak ke samping.

Ya Tuhan, Bola mata Danu seakan ingin keluar ketika melihat Havis sudah duduk manis dengan semangkuk bakso di depannya. Danu didudukkan di depan Havis, diberikan buku menu dan ditanya apa yang ingin Danu pesan.

Tunggu!

Danu tersenyum canggung lalu menyebutkan menu yang sama seperti Havis saja biar cepat. Ia ingin mencari tahu apa yang orang kaya ini lakukan.

"Lo apa-apaan?" Tanya Danu.

Ia menatap sekelilingnya yang sepi. Jangan-jangan orang di depannya ini mereservasi satu kantin di jam istirahat begini?

"Lunch, kata satpam nggak boleh keluar. Yaudah di kantin aja. Ternyata reservasi nya murah."

Kok bisa!

Danu memijat pelipisnya yang terasa pening. Maksudnya, orang sinting mana yang mereservasi kantin sekolah untuk makan siang berdua.

Ini berlebihan!

"Lo sinting ya?"

Danu memelankan ucapannya, tidak mungkin mengumpat keras-keras. Nanti penjaga kantin tahu.

Tak lama datang dua orang yang biasanya menjaga stan bakso.

"Permisi mas Danu. Ini pesanannya mitbol wit yelo nudel en hot saos " Seorang pria paruh baya memberikan semangkuk bakso di depan Danu. Lalu dibalas acungan jempol dari Havis.

Butuh bermenit-menit untuk mengajari penjaga kantin ini sebuah nama menu pengganti nama bakso. Pada akhirnya walaupun belepotan setidaknya bakso ini terlihat lebih mahal karena namanya diganti.

SWEET TEA || HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang