Aura permusuhan terasa begitu nyata sejak Havis memasuki ruang OSIS. Tujuannya tak jauh-jauh dari memberikan formulir pendaftaran calon ketua OSIS. Pandangannya bertemu dengan Jalu yang terkesan meremehkan.
"Orang kayak Lo mau jadi ketua OSIS?" Itu bukan pertanyaan, Jalu sepertinya benar-benar meremehkan kemampuan Havis. Walaupun terlihat seperti sekolah adalah sebuah formalitas, tapi Havis jika sudah bertekad maka apapun itu pasti akan tercapai.
Termasuk menjadi ketua OSIS dan tipe idaman Danu.
"Orang kayak Gue gimana maksud Lo?" Havis tak kalah menantang. Ia tak takut sekalipun.
Kalau dipikir-pikir, Havis kan kaya, tampan, tinggi, dan setia. Mana ada orang yang sepertinya.
"Nggak usah Gue jelasin juga orang-orang udah pada tau." Balas Jalu.
Ruangan benar-benar tidak enak sejak kedatangan Havis. Ares pun mencoba membuat Havis segera pergi dari ruang OSIS atau adegan paling tidak terduga akan terjadi. Kan tidak lucu kalau tiba-tiba Havis membeli ruang OSIS ini sekarang juga.
"Kayaknya Lo suka banget sama Gue, sampai Lo perhatiin segitunya." Wajah Havis sungguh menjengkelkan. Jalu diam-diam mengepalkan tangannya karena sejujurnya ia bersumbu pendek. Hanya di beberapa kesempatan ia tak terlalu menunjukkannya.
"Jauh-jauh dari Danu. Lo bawa pengaruh buruk buat dia."
Havis tertawa sejenak, ia menepuk lengan Ares sehingga Ares pun mau tak mau harus ikut tertawa. Padahal ia sudah ketar-ketir karena teman-teman Jalu berada disini.
Ares paling takut sama yang sedang duduk di sofa. Kalau tidak salah namanya Jeevan, tatapannya seperti om-om yang suka menculik anak-anak.
"Walaupun Lo jelek, tapi sekali-kali coba ngaca. Kak Danu itu dapat aura negatif karena temenan sama Lo. Kasihan banget jadi Kak Danu. Untung ada Gue——"
"MAKSUD LO APA?"
Havis tak lagi main-main. Tatapannya jauh lebih serius dari beberapa saat lalu. Mengimbangi bagaimana Jalu mengeluarkan tatapan mematikannya seperti biasa.
"Vis, kita pergi aja." Ares berbisik. Ia bukannya tidak suka keributan. Ia hanya tidak suka bagaimana Jeevan menatap ke arah mereka. Lebih menakutkan dari Jalu.
"Gue kesini mau daftar jadi ketua OSIS. Bukan mau berantem sama Lo. Tapi kalo Lo mau, ayo aja Gue mah." Havis memunculkan senyuman sinis.
Jalu berdecih.
"Gue tunggu ntar malem di arena deket sekolah. Kita balapan." Ucap Jalu.
Havis tenang, Ares yang justru ketar-ketir sebab ia tau kemampuan berkendara Havis jelas tak semumpuni Jalu. Laki-laki itu banyak diantar supir, jika harus berkelahi dengan seseorang yang selalu mengejar lampu hijau sungguh sangat tidak seimbang.
"Oke, kira-kira jam berapa balapannya?"
Havis bodoh! Ares merutuki temannya itu yang dengan santai malah menanyakan jam berapa. Padahal kemampuannya saja sudah dipastikan kalah jauh dari Jalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TEA || HARUBBY [✓]
Ficção AdolescenteSemuanya bermula dari Teh manis kala itu. Havis si sulung kaya raya dengan segala sifat bosannya memilih untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah negeri alih-alih sekolah elite swasta. Namun, pilihannya tersebut ternyata mengantarkannya kepada pemi...