Hari Senin adalah hari yang paling membuat Danu takut. Bukan karena banyak sekali ulangan atau pelajaran sulit di hari itu, namun akhir-akhir ini hari Senin mempunyai banyak kejutan yang tentunya sangat-sangat merepotkan Danu.
Dan belum lima langkah dirinya menginjak sekolah sejak turun dari mobil ayahnya, Danu sudah dihadapkan dengan seseorang yang berdiri sok keren, bersandar pada tembok pos satpam dengan jaket kulit hitam. Dan juga, sesuatu yang diputar-putar di jari telunjuknya.
"Hai, manis."
Sudah tertebak itu siapa, Danu hanya mencoba mengabaikan eksistensi Havis seolah makhluk itu tidak ada, membiarkan Havis membuat benda di tangannya semakin berisik. Namun lama-kelamaan Danu terganggu juga dengan aksi Havis yang terus memanggil Danu dan mengikuti langkahnya.
"Kenapa sih?!"
Havis memang luar biasa merepotkan, bahkan setelah penolakan-penolakan Danu selama ini. Walaupun terkadang Danu membiarkan Havis berkeliaran di sekitarnya, tapi tetap saja Havis menganggu.
Tuan muda itu tersenyum, malah semakin menyeramkan. Karena setelah ini, Danu pasti dibuat tercengang dengan tingkah aneh Havis.
"Kak, coba liat ada yang beda nggak dari Gue?"
Pertanyaan macam apa itu!
"Nggak." Jawab Danu singkat, matanya tidak rabun, ia jelas melihat tidak ada yang berubah dari penampilan Havis. Lelaki itu masih tinggi, tidak tiba-tiba berubah menjadi jelek atau terlihat seperti gembel. Dan...masih tampan.
Danu menggeleng kecil. Ia sadar jawabannya akan memicu Havis untuk semakin menganggu nya.
"Coba liat lagi."
Dan kali ini Havis semakin semangat memutar-mutar benda dengan ujung telunjuknya, bahkan memajukannya di depan muka Danu sampai Danu harus mundur agar tak terkena benda tersebut.
"Apa sih?" Omel Danu.
Havis kini berhenti memainkan benda di tangannya, lalu menyodorkannya semakin dekat dengan mata Danu.
"Liat, Gue udah punya motor." Ucapnya bangga memamerkan sebuah kunci motor yang seratus persen baru dibelinya. Yang pasti bukan motor hasil meminjam, Danu berpura-pura terkejut sesaat lalu kembali datar.
"Terus? Harus banget gitu pamer di depan Gue? Mentang-mentang Gue nggak punya motor." Kata Danu, ia kembali berjalan membuat Havis kelabakan. Lelaki tinggi itu kembali menyusul langkah Danu dan menghentikan sang kakak kelas.
"Nggak gitu maksudnya!"
Danu tak bergeming. Tapi sorot matanya seolah tak sabar mendengar penjelasan Havis selanjutnya.
"Gue dah punya motor, jadi bisa dong Gue jadi tipe cowo Lo?"
Danu mengerutkan keningnya.
"Maksudnya?"
Havis tersenyum, menarik Danu dengan sedikit paksaan dan membawanya menuju parkiran yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Awalnya Danu memberontak, namun lama-kelamaan ia membiarkan Havis membawanya entah kemana. Lagipula Havis punya seribu satu cara agar Danu mengikutinya. Kalau tidak sekarang ya nanti.
Lalu mereka berhenti di sebuah tempat parkir yang tak seperti biasa? Maksudnya, sejak kapan tempat parkir motor seperti ini? Danu membulatkan matanya, melihat sendiri bagaimana penampakan sebuah sepeda motor yang masih terlihat baru, diletakkan di sebuah tempat di tengah-tengah lahan parkir, memiliki pembatas dan tempat yang luas dibandingkan dengan motor-motor lain yang ditegakkan berjejeran. Dan pada pembatas seperti garis polisi tertulis properti milik keluarga Wiyasa.
Motor tersebut adalah motor Scoopy berwarna hitam yang masih mengkilat, bahkan lantai parkiran yang biasanya hanya aspal, kini dilapisi dengan sebuah karpet merah. Havis memang sinting, jangan bilang——
"Nggak boleh beli semuanya, jadi beli segini doang." Ucapan Havis rancu. Langsung saja mendapatkan tatapan bertanya dari Danu, lelaki manis itu menatap Havis menunggu kelanjutan dari penjelasannya.
"Kemarin-kemarin setelah Gue beli motor secara cash nggak kredit, Gue mau simulasi parkir disini kan, tapi lihat motor-motor lain jaraknya deket banget, nggak aman buat smoopy——"
"Smoopy?!"
"Oh, motor ini namanya smoopy, kata Ares orang yang punya motor harus ngasih nama buat motornya. Nama motor Ares——"
"Oke cukup! Jadi maksud Lo cuma beli segini tuh apa?" Potong Danu sebelum Havis menceritakan secara rinci betapa anehnya makhluk bernama Ares. Pokoknya Danu sering mendengar nama tersebut terucap bersama dengan hal-hal yang menurut Danu sangat diluar kepala manusia.
"Setelah Gue pikir-pikir, lahan parkir ini bahaya buat smoopy, jadi setelah diskusi keluarga Wiyasa yang melibatkan Gue, Papa, Mama. Papa akhirnya kesini buat beli semua lahan parkir disini biar Smoopy nggak kegores-gores."
"GILA!"
Danu menganga tak percaya, hari Senin memang banyak menyimpan kejutan, Danu sudah menduga nya. Namun Danu tidak menduga kejutan tersebut dapat membuatnya pucat pasi seperti ini.
"Kata sekolah nggak boleh Kak, Papa marah tuh mau panggil pengacara. Ini kan soal Smoopy, nggak bisa dianggap remeh. Jadi setelah diskusi panjang, akhirnya Papa dibolehin beli sedikit lahan parkir. Nah, kalau gini Smoopy aman."
Tidakkah Havis melihat wajah pucat Danu. Keluarga Wiyasa itu kenapa sih? Anehnya seperti mendarah daging.
Danu sampai tidak bisa berkata-kata.
"Kenapa Lo beli motor sih?" Tanya Danu, ia mendadak takut kalau-kalau Havis membeli sekolah nya juga. Atau membeli rumah Danu agar bisa tinggal serumah. Semua pemikiran Havis membuat Danu khawatir sekarang.
"Ya buat PDKT sama Lo. Kemarin-kemarin Lo nolak naik mobil gue, malah milih naik motor sama Jalu. Gue tadinya emosi, kalau Jalu nggak bawa Lo, Gue pasti udah hadang dia di tengah jalan." Kata Havis menggebu-gebu.
"Tapi kak, dengan otak dingin Gue, akhirnya Gue tau, semua ada alasannya, mungkin Lo emang mabuk darat jadinya Gue beli motor."
Enak aja!
Danu tidak mabuk darat!
Baru akan protes, Danu kembali bungkam saat Havis mengeluarkan gestur akan berbicara lagi.
"Dan Gue akhirnya beli smoopy, tadinya Gue mau beli yang keren kayak anak motor gitu. Tapi liat Lo kesusahan naik ke motornya Jalu, jadi Gue pilih motor yang pendek biar Lo bisa naik dengan mudah——" Havis memang masih menyebalkan, selalu, tapi Danu tertegun ketika mendengar kalimat Havis yang memperhatikan detail tentang dirinya.
"Sinting." Gumam Danu pelan, karena Havis memang pantas mendapatkan umpatan tersebut.
Tapi setelahnya Danu seperti mendapat sebuah hipotesis. Alasan mengapa Havis sampai repot-repot membeli motor beserta lahan parkirnya sekalian.
Apa mungkin Havis mengira bahwa tipe pacar Danu adalah mereka yang memiliki motor?
Danu melihat Havis mengubah posisi menghadap ke arahnya. Matanya tak lagi menampilkan sorot jahil seperti biasa, lagi ini terlihat tulus dan bersungguh-sungguh.
"Karena Gue udah ada motor, pulang bareng Gue ya kak?"
Ah, sepertinya kesimpulan Danu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TEA || HARUBBY [✓]
Roman pour AdolescentsSemuanya bermula dari Teh manis kala itu. Havis si sulung kaya raya dengan segala sifat bosannya memilih untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah negeri alih-alih sekolah elite swasta. Namun, pilihannya tersebut ternyata mengantarkannya kepada pemi...