Sesampainya mereka didaerah pertempuran yang berdarah darah, Sean memperhatikan dengan seksama daerah sekitar, terlihat segalanya berantakan, dan bercak darah tersebar dimana-mana, membuktikan kalau pertempuran kemarin sangat dahsyat.
Sean melihat sekelilingnya dengan sedikit menyeritkan keningnya, walaupun tidak merasakan adanya bahaya, maupun firasat buruk, mereka harus segera pergi dari sini sekarang juga, takutnya bau darah mengundang para zombie datang.
Saat Sean akan bersuara, dia mendengar suara gerakan kecil dari arah belakang mereka, seketika semua orang berbalik dan melihat seekor singa putih setinggi dua meter dihadapan mereka, siangan itu mengeram kearah mereka.
Seketika seperti sebuah refleks Sean menarik Ren kebelakang tubuhnya untuk melindunginya, juga mengambil gerakan pertahanan dan siap menyerang, begitu juga anggota yang lain.
Singa yang awalnya sedikit agresif menjadi semakin tersinggung saat melihat posisi penyerangan mereka, tak lama singa itu meraung dengan sangat keras sampai memekakkan telinga, bukannya menutupi telinga sendiri Ren malah menutupi kedua telinga Vio dengan tangannya.
Setelah suara auman singa yang memekakkan telinga itu berhenti, terdengar suara mendesis yang membuat orang seketika merinding, disamping singa besar itu muncul dua binatang yang tinggi abnormal, seekor ular setinggi rumah dan burung mutan yang ganas dan cakar setajam pedang besi.
Ren merasa ingin menangis melihat ular sebesar rumah ini, jika dia sendirian yang di ngap pun hanya akan menjadi taik gigi ular didepannya, kenapa hewan-hewan diakhir zaman pada enggak normal gini, apa aku yang terlalu kecil ya, batinnya sengsara.
Walaupun yakin sistem akan selalu melindunginya, dia pun juga memiliki kekuatan perisai tanpa celah, tapi dia tetap khawatir dan takut, dari kecil dia sudah sangat takut pada hewan melata tanpa kaki seperti ini, yang kecil aja bikin trauma apalagi yang sebesar gajah.
Mau nangis duluan rasanya, walaupun didalam hatinya Ren berdebat sengit, tapi diluar dia masih tetap tenang agar tak membuat anggota yang lain kehilangan konsentrasi.
Berbeda dengan Ren yang panik, Sean justru santai, dia tetap setia diam ditempat sambil melindungi Ren, dia sama sekali tidak merasakan adanya niat membunuh dari tiga binatang abnormal didepannya, anggota Sean pun tak akan menyerang jika belum ada perintah.
Kedua belah pihak terdiam dan tak ada yang bergerak sampai Ren melihat siluet seseorang anak dibalik tubuh singa albino didepannya, anak itu seakan-akan mengintip mereka, Ren agak kurang yakin dengan penglihatannya jadi dia memperhatikan dengan seksama.
Saat melihat anak dibelakang singa untuk yang kedua kalinya barulah Ren sadar kalau anak dibelakang singa benar-benar anak manusia, Ren tertegun tak percaya, darimana muncul anak itu?, mengapa hewan-hewan itu tidak menyadarinya?.
Tidak yang paling penting anak itu dalam bahaya!, Ren segera memasang perisai disekitar mereka lalu dengan cepat melempar perisai pelindung tepat kearah anak itu, saat anak tersebut terkurung dalam perisai mengambang, dengan cepat Ren mengontrol perisai pelindung masuk kedalam pelindung yang melindungi mereka.
Ren segera meng.endong anak yang diambil olehnya, sekarang Ren melihat dengan jelas siluet anak itu, anak laki-laki yang dipegang olehnya agak berdebu, bajunya sudah compang-camping.
Lalu rambutnya yang sepanjang bahu menutupi separuh wajahnya, anak itu masih tertegun saat berada dipelukan Ren secara tiba-tiba, setelah dia sadar, dia mulai meronta dengan hebat.
Ketiga binatang buas yang sadar kalau sekarang anak yang mereka lindungi sudah ada ditangan manusia didepan mereka, sangat marah, mereka mengeram ganas, walaupun begitu tak ada satupun dari mereka yang bergegas bergerak maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
membangun toko serba ada diakhir zaman
FantasyProlog Ren tiba tiba masuk dunia novel populer akhir zaman, hidup didalam novel dipaksa sistem untuk untuk membuka toko serba ada diakhir zaman, demi bertahan hidup dan menjadi ikan asin diakhir zaman Ren bertekad untuk membangun toko serba ada yang...