18. ZOMBIE AKHIR ZAMAN

1.5K 222 7
                                    

Semakin mereka membandingkan dua orang ini, semakin mirip mereka jadinya, semua orang juga penasaran mengapa Sean tanpa aba-aba menyerang anak kecil yang tidak terlihat berbahaya ini, tapi mereka juga belum sempat bereaksi saat itu.

Sean merasa bersalah dan agak gugup, IQ nya memang tinggi, tapi EQ nya rendah, dia tidak tau bagaimana caranya berbicara dengan baik, Sean semakin gugup, dia takut Ren akan membencinya.

"Cairan merah, kupikir milikmu" setelah lama terdiam, Sean akhirnya berbicara.

"Cairan?" Ren melirik kearah cat yang tumpah, dan ada sedikit cat diwajah Vio seketika dia mengerti maksud Sean, Sean tau kalau Vio adalah zombie, jadi dia berfikir vio melukainya.

Ren hampir tertawa, dia menahan tertawanya yang akan pecah, menyebabkan tubuhnya bergetar, ternyata ada ya orang seperti Sean, sangat imut sampai membuatnya terlihat polos.

Melihat tubuh Ren yang bergetar, Sean mengira Ren marah besar padanya, dia hanya bisa menunduk dalam diam, Ren yang sudah mulai bisa mengendalikan tawanya berdehem lalu menjelaskan pada Sean dan anggotanya.

"Aku tidak sengaja menumpahkan cat minyak berwarna merah dilantai, saat kami ingin melukis beberapa bunga didinding agar tidak terlihat lebih monoton, jangan khawatir adikku tidak akan pernah melukai manusia sedikitpun"

Walaupun Sean mengerti tapi anggotanya masih kebingungan, tapi karna Sean juga tidak menjelaskan mau tak mau mereka memendam rasa penasaran mereka.

Sean mengangguk canggung, dia merasa tidak nyaman, walaupun dia memiliki kesan yang baik pada Ren, tapi adiknya ren adalah zombie tingkat tinggi pertama yang sangat mirip dengan manusia, kemungkinan zombie ditengah kota ketakutan dibuatnya, itulah mengapa jalanan dikota kosong.

Sean sangat waspada, tapi juga sedikit berharap, kalau zombie tingkat tinggi ini benar-benar tidak menyerang manusia, maka manusia bisa saja hidup berdampingan dengan para zombie itu untuk sementara.

Tapi manusia sudah ketakutan oleh zombie dalam waktu yang lama, jadi mungkin hal itu sulit dihapuskan dia hanya bisa menghapuskan bayangan dunia damai itu, Sean terlihat memikirkan banyak hal, tapi diluar dia hanya datar saja.

Ren selesai membersihkan cat dilantai, tapi setelah dia melihat sekelilingnya yang sangat berantakan seperti kapal pecah, Ren menghela nafas.

Dengan kekuatannya dia melayangkan barang-barang satu persatu, membersihkan lantai tokonya yang gosong, dengan sekejap tokonya seperti keadaan semula.

Mereka yang melihat kekuatan Ren sangat takjub dan terpukau, padahal Ren bukan mengadakan pertunjukan, mereka juga kagum karna Ren bisa menahan serangan kapten mereka padahal kapten adalah orang terkuat di pangkalan mereka.

Ren tidak memperdulikan mereka yang memandang dirinya kagum, dia hanya memperdulikan vio.

Ren menarik vio untuk duduk di sofa khusus untuk satu orang yang diletakkan khusus disamping dia berdiri didepan meja kasir, Sean dan anggotanya masih diam mematung melihat kakak beradik yang tak memperdulikan mereka.

situasi toko kini sudah seperti semula Ren menyapa mereka setelah merasa vio baik-baik saja saat melihat manusia selain dirinya, mereka pun kembali pada aktivitas biasanya seakan hal tadi tidak pernah terjadi.

Liam dan lainnya melihat senjata baru yang dikeluarkan toko, walaupun tidak ada senjata seperti senapan dan pistol, tapi tetap saja itu berguna, pisau ataupun pedang masih berguna melawan zombie.

Dan juga senjata ditoko ini ternyata bagus sekali, sangat kuat dan tajam, Ren hanya menjual senjata ini pada orang yang memiliki kartu peraknya, dia tidak bisa menjual hal ini pada sembarang orang, takutnya orang itu mempergunakan sengaja untuk niat jahat.

Ren percaya pada Sean dan timnya, sementara Liam yang disuruh untuk berbelanja pesanan tuan Albert, Sean yang sudah melemparkan tugasnya pada Liam berada dilantai bawah sambil memilih barang sekali-kali melirik Ren dari sudut matanya.

Dia merasa bersalah karna telah menyerang adik Ren, dia tidak tau dan tanpa berfikir jernih dia langsung gelap mata, dia merasa ini hal yang aneh, biasanya dia tenang dan berfikir dengan kepala dingin untuk menilai situasi se-genting apapun situasi tersebut dia malah semakin tenang.

Tapi saat melihat cairan merah dilantai dia merasa kepalanya kosong seketika, tanpa pikir panjang langsung menyerang seseorang, dia harus berlatih lebih giat lagi agar bisa mengendalikan emosinya.

Ren tau Sean merasa bersalah, dia juga kadang-kadang menangkap lirikan Sean, dan matanya yang penuh dengan rasa bersalah itu membuat Ren mau tidak mau memaafkannya.

Lagipula Sean tidak tau kalau Vio yang anak baik jadi kali ini dia akan memaafkannya, saat Ren melihat Sean meliriknya sekali lagi, dia langsung tersenyum lembut, Sean seketika merasa kelabakan.

Dia tidak menyangka kalau ketahuan melirik Ren, apakah dia akan marah?, Sean semakin pusing, jarang sekali dia merasakan perasaan ini, apa yang harus dia lakukan sekarang?, meminta maaf?, tapi dia tidak pernah meminta maaf sebelumnya.

Ok kali ini Sean kebingungan, walaupun didalam hati terasa kacau, diluar dia masih tenang, dan damai, seperti yang kebingungan didalam hati bukanlah dia, Ren sudah biasa dengan Sean yang tidak meresponnya sama sekali.

Liam dan anggotanya sudah turun karna sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan termasuk pesana tuan Albert, Sean melihat anggotanya datang melepas rasa canggung mereka entah kenapa dia merasa akhirnya orang-orang ini sedikit berguna.

Sambil menunggu mereka selesai berbelanja, Ren main bersama vio dengan gembira sesekali tertawa, vio hanya menatap Ren polos, hal inilah yang membuat Ren tertawa, merasa vio sangat imut, seperti bayi kecil yang tidak tau apa-apa.

Sean masih sesekali melirik Ren, dia hanya khawatir kalau-kalau zombie itu menyakiti Ren, tapi seperti dia terlalu berburuk sangka kepada zombie itu selain tidak berbicara, zombie itu memiliki kepintaran seperti anak-anak seumurannya.

Ren belajar mengenal gambar buah yang digambar Ren sendiri, Vio sangat pintar, walaupun dia zombie, tapi dia tidak ada bedanya dengan anak-anak seusianya bahkan lebih pintar.

Ren menjejerkan berbagai macam gambar buah diatas meja kasir, saat Ren bertanya buah mana yang bernama apel, Vio pasti akan mengangkat gambar apel berwarna merah dari meja kasir, begitu pula buah lainnya.

Ren bertepuk tangan sambil memuji Vio dengan semangat, semakin Vio dipuji, semakin bersinar mata merahnya, selesai dengan semua pertanyaan, Ren akan memberikan Vio beberapa inti kristal untuk cemilan.






membangun toko serba ada diakhir zaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang