FY-3

3.8K 261 58
                                    

-Lian's Point of View-

Aku berjalan di koridor klinik kecil ini yang terletak masih di dekat area masjid milik keluargaku di kota Bandung ini. Saat aku keluar dari masjid setelah menunaikan sholat magrib tadi, tidak sengaja aku bertabrakan dengan seorang perempuan yang ternyata adalah perempuan yang beberapa waktu lalu terlibat adu mulut dengan wanita jalang itu. Saat kami bertabrakan, aku bisa melihat gurat-gurat kesedihan diwajah putihnya yang tertutup ekspresi terkejut karena bertemu denganku.

Aku ingat juga, beberapa waktu lalu saat aku masih di Amerika, ketika aku mampir membeli minuman di sebuah cafe untuk menenangkan diriku yang saat itu habis dikunjungi oleh si jalang yang bertekuk lutut untuk memohon maaf kepadaku, tapi tentunya aku tak menghiraukannya, dia juga berada di cafe itu sedang menatap layar Ipad berlogo buah apel yang tergigit, mungkin dia sedang sibuk melepas rindu dengan orang terdekat yang ditinggalkannya di tanah air, karena yang ku tahu dia sepertinya juga berasal dari Indonesia mengingat pertengkarannya tempo lalu dengan Milka, dia juga menggunakan bahasa Indonesia.

Beberapa saat setelah dia tersadar dari keterkejutannya ketika kami bertabrakan, aku memberanikan diri untuk mengajaknya bicara. Setelah itu juga mengajaknya makan malam karena saat itu aku sudah lapar sekali sehabis melaksanakan meeting dari siang tadi.

Saat akan menyebrangi jalan raya, refleks tanganku menggandeng tangannya. Lancang memang, dan aku juga terkejut mengapa tanganku ini bisa sampai melakukan itu, tapi aku menutupinya melihat raut heran diwajahnya.

Saat sampai di restoran, aku memilih spot favoritku di restoran ini yang menghadap langsung ke arah kolam ikan. Aku menanyakan pesanannya, dan bodohnya aku yang baru menyadari bahwa dia hamil saat dia mengatakan dia tak bisa mengkonsumsi ayam, Lian bego!

Setelah aku memesan makanan kami, aku menanyakan namanya karna memang saat di masjid tadi aku tidak sempat menanyakannya dan menanyakan keberadaan suaminya yang sedari tadi tidak kulihat. Dan hampir saja makanan yang baru sampai di tenggorokanku menyembur keluar saat dia membeberkan bahwa dia hamil di luar nikah dan itu karena one night stand!

Awalnya aku tidak percaya padanya, jelas saja! Jika dilihat-lihat, dia seperti wanita baik-baik yang mungkin tidak akan menginjakkan kakinya di club-club malam, meminum minuman beralkohol tinggi, dan bahkan menyentuhkan bibir pinknya yang merona pada bibir laki-laki mata keranjang yang biasa berkeliaran di dunia malam.

Tapi setelah dia menuturkan alasannya melakukan itu, aku turut iba padanya. Hamil tanpa seorang pendamping di sisinya mungkin sudah membuatnya susah saat ini, belum lagi pandangan miring orang-orang di sekitarnya yang mungkin memandangnya rendah, belum lagi tekanan dan masalah yang lain yang masih harus dipikulnya.

"Silahkan Den..." Pak Amin mempersilahkan aku masuk ke dalam mobil setelah dia membukakan pintu bagian depan di sisi kiri untuk penumpang.

"Makasih Pak." Jawabku kemudian masuk ke dalam mobil. Suara halus mobil audi milikku terdengar ketika Pak Amin mulai menyalakannya dan meninggalkan pelataran klinik ini, menuju rumah karena tadi Mama menelepon bahwa acara tahlilan untuk Papa akan segera di mulai.

Papa! Sudah hampir tiga tahun dan ini adalah hari keseribu kepergiannya di karenakan sakit kanker hati yang diam-diam dideritanya meninggalkan aku, Mama dan Kak Flora. Suatu hari, Mama yang sedang pulang dari acara keluarga menjerit histeris melihat Papa pingsan di sebelah ranjang. Buru-buru aku, yang saat itu sedang ada di rumah membawa Papa ke UGD rumah sakit terdekat.

Belum juga selesai keterkejutanku karena pingsannya Papa, aku dan Mama harus menerima kenyataan bahwa selama ini Papa mengalami sakit kanker hati yang sudah memasuki stadium lanjut. Setelah tiga hari Papa tidak sadar, kami memutuskan untuk membawa Papa ke Singapore atas rujukan dari rumah sakit sebelumnya.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang