El menepikan motornya saat sudah tiba di depan rumah Salma. Dia menepuk pelan sepasang tangan Salma yang memeluk erat pinggangnya, selalu seperti ini jika mereka sedang menaiki motor hitam itu berdua.
"Udah sampe sayang..." ujar El membelai rambut kekasihnya. Wajah Salma masih tampak pucat dengan wajah yang memerah karena selama perjalanan tadi tak hentinya dia menangis.
"Ada yang mau kamu bagi sama aku?" Tanya El pelan. Salma menunduk menghapus air matanya yang mengalir kembali. El memandang Salma iba.
Entah apa yang terjadi dengan kekasihnya saat ini, sejak bertabrakan di mall tadi dengan sepasang pria dan wanita, dia menjadi membisu dan menangis, sepertinya ada kesan buruk yang ditinggalkan salah satu dari dua orang yang tak sengaja ditabraknya tadi. El mengangkat dagu Salma agar menatapnya kembali.
"Aku nggak tau apa yang terjadi sebenernya sama kamu, tapi aku akan tetap tunggu penjelasan kamu tentang ini..." El menunjuk tanda kebiruan dirahang Salma.
"Air mata ini..." Lalu mengusap air mata Salma yang terjatuh.
"Dan tentang kejadian tadi." Sambungnya lagi.
"Kamu nggak perlu nutupin segala sesuatu yang kamu pendem sendiri dari aku Sal. Ajak aku untuk berbagi apapun yang kamu alamin. Mungkin aku bisa kasih solusi, yaaa kalau pun enggak, aku akan berusahaan buat bikin kamu tersenyum ditengah masalah yang kamu hadapi." Ucap El lagi.
Hati Salma berdesir sejuk mendengar penuturan El. Sungguh, ingin sekali dia menumpahkan segala keluh kesahnya yang selama ini ditanggungnya sendiri, tapi mulutnya seolah gagu. Terlalu banyak hal menyedihkan yang dialaminya.
Salma menghamburkan dirinya ke tubuh El, seolah menyalurkan rasa lelah, penat, sakit, dan kepedihan yang dirasakannya. Air matanya kembali tumpah saat terbayang pertemuannya tadi dengan Muel dan Elyssa. Ya, orang yang tadi mereka temui adalah Mamanya, yang mampu membuat wajahnya pucat.
El mengelus punggung gadisnya itu seolah sentuhannya dapat memberikan kenyamanan bagi si penerima. Entah mengapa, dirinya seolah dapat merasakan apa yang dialami pacarnya yang manis ini. Seperti banyak beban berat yang ditanggungnya sendiri. Dia memberikan kecupan singkat diatas kepala Salma lalu membelainya lagi dengan sayang.
"Makasih Kak..." Ucap Salma disela-sela tangisnya.
"Aku cinta Kakak..." Lanjutnha yang terdengar oleh El. El menyunggingkan senyumnya karena baru kali inilah kalimat itu terlontar dari bibir mungil Salma.
"I love you too, Salma..."
***
Salsa melirik jam yang tertempel di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Ia bergerak gelisah diranjang mencari posisi ternyaman agar bisa terlelap tapi tetap tidak bisa.
Suara deru mobil memasuki pelataran rumah terdengar, mobil milik suaminya. Sepuluh menit berlalu, terdengar langkah berat milik Lian yang mendekat kearah kamar. Salsa memejamkan matanya pura-pura tertidur saat Lian membuka kamar.
Buugghh!
Suara tas yang seperti dibuang begitu saja terdengar, lalu bergantian dengan suara sepatu yang di lempar pelan diikuti dengan suara pelan dari kemeja, dasi dan juga celana yang sepertinya sengaja dijatuhkan ke lantai.
Ranjang yang ditiduri Salsa berguncang karena pemilik sisi sebelahnya merebahkan tubuh. Salsa masih tetap pada posisinya, tertidur sambil memeluk guling. Sebuah tangan merengkuh tubuhnya dan kini hidungnya bersentuhan dengan kulit dada milik sang suami yang mengeluarkan bau parfum khas—wanita!
"Maafin aku sayang..." Bisik Lian ditelinga Salsa yang membuat Salsa ingin menangis seketika.
Pikiran-pikiran buruk kembali merasukinya, bekas bibir berwarna ungu? Parfum wanita? Dan sekarang permintaan maaf? Apa Lian mulai berpaling? Pikirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Ficção GeralSelalu mendapat hinaan sebagai gadis cupu, tidak menarik, tidak laku, dan sebagainya, membuat seorang gadis bernama Princess Salsa Narendra nyaris depresi. Terlebih lagi nama yang orang tuanya berikan semakin menambah beban untuknya. Bukan hanya nam...