-Princess's Point of View-
"Princess... Princess... Bangun sayang..." Samar ku dengar suara lembut Mama ditelingaku. Mataku teramat sangat berat untuk dibuka.
"Pah, gimana ini?" Suara Mama lagi, namun nadanya kali ini menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Perlahan, aku berusaha kembali untuk membuka mataku. Aku mengingat-ingat kembali kenapa kini aku sedang berada di ranjang kamar apartemen ini, seingatku tadi aku sedang membuka pintu dan..... OH MY GOD! MAMA PAPA ADA DISINI! DI APARTEMEN INI! Seketika mataku terbuka lebar.
"Princess, Alhamdullilah yaa Allah..." Mama menghampiriku dengan sisa air mata di kedua pelupuk matanya, sementara ku lihat Papa hanya melirik kecewa kearahku lalu memalingkan pandangannya lagi ke pemandangan malam yang tersaji dari balkon kamar.
"Apa yang kamu rasain nak? Pusing?" Tanya Mama khawatir sambil membelai keningku. Aku memandang wajah Mama yang sepertinya sama kecewanya dengan Papa terhadapku. Mataku terasa panas memandang wajah Mama, dan tumpahlah air mataku.
"Maafin Caca Mah..." Ucapku tersedu sambil menatap wajah Mama. Air muka Mama berubah. Setitik air mata kembali menetes di wajahnya. Mama merengkuhku ke dalam pelukannya. Aku menangis tersedu di pelukan Mama, menumpahkan segala kesedihan yang selama ini bergelayut di dalam hidupku. Pelukan Mama adalah tempat ternyaman yang kini kubutuhkan. Mama membelai kepalaku dengan sayang.
"Udah sayang, udah... Yang terjadi biarlah terjadi." Aku tak menyangka Mama bisa mengatakan ini padaku. Padahal sudah ku perkirakan, Mama pasti akan pingsan atau bahkan terkena serangan jantung mengetahui kondisi putrinya yang saat ini hamil tanpa sepengetahuannya, tapi lihatlah sekarang yang dilakukan Mama, menenangkanku dengan bersikap bijak.
"Siapa ayahnya Princess?" suara berat papa menghentikan acara pelukanku dengan Mama. Papa sudah berdiri di belakang Mama dengan wajah datar dan kecewanya. Aku membisu sambil menundukkan wajahku. Tak mungkin aku jujur kepada Papa siapa yang bertanggungjawab atas semua ini.
"JAWAB PAPA, PRINCESS SALSA NARENDRA!" Hatiku meringis mendengar bentakkan Papa yang ditujukan padaku. Papa tak pernah semurka ini pada anak-anaknya terutama aku. Aku tetap diam tak berani menatap wajah papa. Plaaakkkk!
"PAPA!" Aku merasakan cairan mengalir dari sudut bibirku seiring dengan jeritan pilu Mama karena tamparan yang kuterima dari Papa di pipi sebelah kanan. Panas sekali rasanya, tapi itu pasti tidak sebanding dengan kekecewaan Papa terhadapku. Mama kembali membawaku kedalam pelukannya.
"Mama nggak suka Papa sekasar ini sama Princess! Biar gimana pun Peincess anak kita Pah. Anak perempuan kita satu-satunya."
"Papa nggak pernah ngajarin anak-anak Papa buat jadi murahan kayak dia." Balas Papa sengit. Hatiku seperti terhujam ribuan jarum mendengar perkataan Papa. Serendah itu kah kini pandangan Papa terhadapku?
"Caca minta maaf Pah..." Ucapku bergetar yang masih dalam pelukan Mama. Braakkk!
Suara bantingan pintu terdengar seiring dengan keluarnya Papa dari kamar ini. Mama mulai merenggangkan pelukannya padaku lalu memandang wajahku dan menghapus darah yang masih mengalir dari sudut bibirku dengan jari-jarinya.
"Maafin Papa ya sayang. Dia cuma shock aja tau kondisi kamu kayak gini." Aku mengangguk kecil mendengar ucapan Mama. Aku tahu, dalam hati Mama pasti merasa sakit yang teramat dalam.
Bayangkan saja, anak bungsu dan putri satu-satunya yang dia manjakan dan tumbuh menjadi gadis dewasa yang memiliki karir cemerlang dibidang accounting pada perusahaan besar milik suaminya, ia temukan dalam kondisi hamil di negeri orang? Pasti miris sekali rasanya. Mama menurunkan pandangannya ke perut buncit yang terlapis selimut yang ku kenakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
General FictionSelalu mendapat hinaan sebagai gadis cupu, tidak menarik, tidak laku, dan sebagainya, membuat seorang gadis bernama Princess Salsa Narendra nyaris depresi. Terlebih lagi nama yang orang tuanya berikan semakin menambah beban untuknya. Bukan hanya nam...