-Princess Point of View-
"Selamat yaa Sof, gue senang banget sekarang lo udah sah jadi miliknya Dika." Ucapku kepada Sofie yang masih terpaku. Tiba-tiba dia memeluk tubuhku erat sambil terisak
"Apa yang terjadi sebenarnya Ca? Lo anggep gue apa selama ini?" Air mataku mengucur mendengar pertanyaan Sofie, sesak rasanya. Dia melepas pelukanku dan memandang kearah perutku
"Siapa ayahnya?" Tanyanya pelan sambil membelai perutku dengan tangannya yang terlapis sarung tangan khas pengantin.
"Kapan-kapan aja gue cerita ya, nggak enak sama tamu yang lain. Lo juga udah cantik gini masa nangis." Candaku mencairkan suasana sambil menghapus air matanya.
"Nope! Selesai gue nyalamin mereka, gue perlu bicara sama lo." Ucapnya yang kemudian mempersilahkanku berjalan meninggalkan mereka, sementara Dika masih menunduk terdiam.
"Caca, astaga... Kamu udah hamil sayang? Kapan nikahnya? Kok nggak ngundang-ngundang Tante?" Tanya tante Adrienna, mamanya Sofie sambil menangkup kedua pipiku dan mencium pipiku.
"Iyaa Tante hehehehe... Tante sih sibuk banget ngurusin bisnis Tante di luar negri." Balasku.
"Maaf ya sayang, kamu kan tau sendiri Tante kalo udah ngurusin bisnis kayak gimana. Yaudah, sebagai gantinya nanti kalo dia udah lahir Tante beliin hadiah dari luar negri."
"Nahh gitu dong Tante." Jawabku senang.
"Sehat-sehat terus ya sayang. Nanti kalo udah besar Oma ajak jalan-jalan keluar negeri, sama dede dari Aunty Sofie juga." Ujarnya membelai perutku. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Yaaa, mungkin saja jika sudah besar anakku dan Sofie bisa menjalin persahabatan seperti kami.
"Yaudah Tante, Caca pamit ke bawah dulu. Nggak enak tuh sama tamu yang udah ngantri di belakang. Sekali lagi selamat yaa Tante."
"Makasih sayang..."
***
Aku terduduk di sebuah sofa empuk berwarna putih tulang dalam sebuah ruangan. Sebenarnya, ruangan ini terpasang AC dengan temperatur yang lumayan dingin, namun entah mengapa udara yang kuhirup serasa menyesakkan dada.
"Apa yang perlu gue tau?" Tanya Sofie tegas. 30 menit sesusai aku menyalami Sofie tadi, tanganku di tarik oleh Sofie menuju sebuah kamar yang berada tidak jauh dari ballroom, mungkin kamar ini adalah tempat Sofie dan keluarganya melakukan persiapan sebelum resepsi, karena terlihat kamar ini agak sedikit berantakkan dan ada beberapa koper di dalamnya.
"Nothing..." Jawabku menunduk. Aku tidak tahu harus cerita dari mana kepada Sofie. Jika aku jujur, pasti hancurlah hati Sofie mendengar bahwa pria yang sudah resmi menjadi suaminya sekarang pernah menyatakan cinta pada sahabatnya sendiri, tapi jika aku berbohong, itu artinya aku mengkhianati segala ketulusan yang dia berikan kepadaku.
"Oke, kalo ini mau lo. Selamat tinggal Princess Salsa Narendra. Gye nggak kenal dan nggak akan mau kenal sama lo." Jawabnya sambil berjalan menuju pintu keluar. Buru-buru aku mengikutinya dan menggenggam tangannya. Aku tidak mau persahabatan kami putus seperti ini hanya karena ketidakjujuranku, ohh Tuhan! Apa yang harus ku perbuat?
"Gue nggak mau Sof kita kayak gini. Lo sahabat terbaik gua." Ucapku terisak.
"Mau lo apa hah? Lo pergi dengan alasan ngurusin sesuatu disana, tapi apa yang gue lihat sekarang. Lo pulang dengan keadaan kayak gini dan lo nggak mau nyeritain ke gie apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyanya geram.
Tidak pernah aku melihatnya semarah ini padaku, yang kutahu dia hanya pernah melakukan ini kepada Milka ketika dia melihatku dijambak oleh dua dayang-dayang Milka, sementara satu diantaranya memegang tanganku agar aku tak bergerak dan Milka mencoret-coret wajahku dengan lipstick merah menyala miliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
General FictionSelalu mendapat hinaan sebagai gadis cupu, tidak menarik, tidak laku, dan sebagainya, membuat seorang gadis bernama Princess Salsa Narendra nyaris depresi. Terlebih lagi nama yang orang tuanya berikan semakin menambah beban untuknya. Bukan hanya nam...