-Elrony's Point of View-
"Selamat sore Kak Mentari, ini Bintang bawain bunga buat Kakak." Aluna meletakkan buket mawar putih di atas nisan milik almarhumah Alana, adik keduaku yang telah lebih dahulu di panggil oleh sang pencipta.
Mentari dan Bintang adalah nama yang digunakan oleh Aluna kalau dia sedang mengunjungi makam Alana. Entah apa maksud dari julukan yang adiknya berikan itu. Pasti ada maksud yang hanya diketahui oleh Aluna
"Alana sayang, ini ada Tante Farah, Tantenya Aluna sama Abang El, Kak Al, Dede Aluna, Kakak Raina dan Abang Rayyen juga." Mommy menyentuh bahu Tante Farah seolah memperkenalkan. Tante Farah -yang baru aku lihat dan kuketahui beberapa minggu lalu- tersenyum manis lalu meletakkan sebuket mawar merah di sisi lain nisan Alana.
"Hallo sayang, ini tante Farah. Kamu lagi apa? Pasti lagi diajakin Opa main ya disana? Kayak dulu waktu Tante kecil, Opa sering ajak Tante main kuda-kudaan." Kulihat setitik air mata mengalir diwajah Tante Farah begitu pun dengan Mommy, sementara Aluna mencabuti rumput liar yang tumbuh disekitar nisan Alana.
"Tante sama Mommy jangan nangis. Yaudah yuk kita doa dulu. Udah sore ini, mau mau magrib. Nanti Daddy sama Al nyariin kita." Ajakku. Memang hari sudah beranjak petang karena siang tadi Tante Farah yang baru tiba di rumah tanpa Om Deon dan Oma Resi mengajak Mommy dan Aluna yang kebetulan sudah pulang sekolah pergi ke mall untuk refreshing, tentunya dengan aku sebagai supir mereka karena aku sudah memasuki masa libur panjang sehabis ujian akhir dan tinggal menunggu pengumuman sembari memilih kampus tempatku melanjutkan studi nanti.
Setelah dari mall dan makan siang di sebuah restoran, tante Farah mengajak untuk mengunjungi makam Alana sebentar, mengingat sudah lama sekali dia tidak bergabung dengan keluarga, sehingga dia ingin berkenalan dengan siapapun termasuk Alana yang sudah tiada.
"Amin..." Ucap kami bersama seraya mengusapkan telapak tangan seusai memanjatkan doa.
"Abang pulang dulu ya De." Pamitku dalam hati sambil mengusap rumput hijau yang tumbuh diatas tumpukan tanah makam Alana, lalu bangkit berdiri.
"Dadahh Kak Mentari, kapan-kapan Bintang dateng lagi yaaa..." Aluna melambaikan tangannya setelah jarak berada dua meter dari makam Alana.
"Alana mirip banget nggak sih Mba sama Aluna waktu bayi?" Tanya Tante Farah membuka perbincangan saat kami melewati makam-makam lain untuk keluar dari area pemakaman ini.
"Lumayanlah Far, lagian dulu kan Alana pergi waktu usianya masih kecil banget, sebulan lebih. Cuma ukuran tubuh mereka aja yang beda." Jawab Mommy yang berjalan didepanku bersama tante Farah, sementara aku mengikuti dari belakang sambil menggendong Aluna.
Kedua bola mataku menyisir area pemakaman yang tampak sepi namun indah karena sebagian besar makam disini dihiasi bunga berwarna-warni yang mungkin dibawakan oleh para peziarah untuk keluarga mereka yang telah tiada dan dimakamkan disini. Pandanganku berhenti sejenak pada siluet seorang wanita yang menelungkupkan wajahnya pada sebuah nisan dengan bahu bergetar seperti menangis.
"Kok berhenti Bang?" Tanya Aluna memandangku yang menghentikan langkah.
"Enggak, Abang lagi liat temen Abang. Bentar yaaa De." Jawabku kepada Aluna dan memandang kearah wanita itu lagi yang kini sudah mengangkat wajahnya, namun memunggungiku dan Aluna sehingga aku tak dapat melihat rautnya.
"Kayak kenal deh..." Ucapku dalam hati karena memang rambut panjang terurai milik perempuan itu seperti sangat familiar dimataku.
"Ehh, De... Kamu ngapain? Ntar jatoh!" Tanyaku pada Aluna yang bergerak digendongan. Namun ia tak menjawab malah semakin menggerakkan tubuhnya hingga akhirnya aku menurunkannya takut jika dia akhirnya terjatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Ficção GeralSelalu mendapat hinaan sebagai gadis cupu, tidak menarik, tidak laku, dan sebagainya, membuat seorang gadis bernama Princess Salsa Narendra nyaris depresi. Terlebih lagi nama yang orang tuanya berikan semakin menambah beban untuknya. Bukan hanya nam...